Friday, March 14, 2014

Selamat Jalan Kilo Class !!!



 
(KRI Cakra, sudah selayaknya digantikan oleh Kilo Class)

Akhirnya tamatlah pula untuk kesekian kalinya keinginan sebagian besar rakyat Indonesia khususnya insane pemerhati militer Indonesia ketika sebuah berita resmi dari KEMHAN menyatakan batalnya pembelian kapal selam bekas pakai Kilo Class dari Rusia. Tutuplah sudah segala spekulasi dan perdebatan yang hangat mengenai “paus hitam” Rusia yang legendaris itu, yang tersisa hanya kecewa saja dari keputusan yang nampaknya terlihat lebih karena faktor politis tersebut.

Sudah jadi rahasia umum bahwa kebutuhan akan kapal selam Indonesia begitu mendesak, maka pembelian terhadap kapal selam kilo tersebut menjadi solusi jitu sesungguhnya untuk mengamankan perairan dan harkat martabat bangsa ini. Bila kita mau jujur, isu mengenai alutsista tersebut bukan hanya mempengaruhi kewibawaan kita sebagai bangsa yang oleh jiran sebelah disebut “tak bisa ditebak”, namun juga muncul pula sindiran “nyaring suaranya tak de bentuknya”, aha kenapa begitu karena yang paling keras berkoar soal upaya mengakuisi Kilo Class hingga rudal jarak jauhnya bukan kah dari kementerian pertahanan?

Tidak kah kita berpikir suatu saat isu kegagalan akuisisi Kilo Class akan menjadi “bara dalam sekam” diantara matra pertahanan kita, taruhlah bila muncul semacam pandangan dari insan Angkatan Laut; bila saudara-saudara kami di Angkatan Darat mampu mendatangkan berbagai macam jenis persenjataan mutakhir macam Tank Berat Leopard yang sempat ditolak tapi akhirnya mampu dibawa kehadapan rakyat Indonesia itu, mengapa untuk Angkatan Laut, Kilo Class tak mampu di hadirkan, bukanlah petinggi negeri ini tahu persis selama ini pertahanan bawah laut kita hanya ditopang oleh dua ekor “ Paus Hitam” peninggalan Jerman yang tentu saja tak cukup mengontrol luas wilayah laut Indonesia. Atau dengan saudara kami di Angkatan Udara, pemerintah  mampu merogoh kocek lebih dalam untuk memperbaiki avionic, struktur dan segala persenjataan dari 24 ekor F-16 bekas yang jumlahnya juga tak kurang besarnya, mengapa pada 2 ekor Kilo Class pemerintah tak mampu dan beralasan berpaling pada produk dalam negeri yang belum dapat diprediksi berhasil atau tidaknya itu.

Oke, bolehlah misalnya insan Angkatan Laut ditenangkan dengan pernyataan pembuatan Kapal Selam Made In Indonesia jumlahnya 12 ekor. Masalahnya adalah Insan Angkatan Laut juga paham butuh waktu dan komitmen untuk mewujudkan pembuatan kapal selam dalam negeri yang sampai saat ini masih belum jelas. Bukan maksud meremehkan potensi PT. PAL, namun seperti yang kita ketahui dari program KFX saja Korsel bisa bermain “cantik”, mengakali isi kontral apa lagi jika menyangkut Chengbogo Class?

Bicara soal tekhnis, - bila benar Kilo Class tak jadi di ambil karena masalah tekhnis, bukan tekanan politik,- sejatinya mampu diakali dengan program overhaul dan revowering. Artinya jika memang mau kapal selam itu mampu untuk didatangkan ke Indonesia. China saja mau berputih mata untuk menghidupkan kapal Induk Lioning dari kuburannya, mengapa Indonesia tak mau melakukannya pada Kilo Class Rusia itu? Jelaslah ini nampaknya memang bukan soal tekhnis semata, jika sudah begitu mampukah kita masih bangga menyebut kekuatan Angkutan Laut kita sudah betul-betul merdeka dari intervensi asing?. (zee)