(OWA Class Kebanggan Angkatan laut Indonesia)
Bila di Angkatan Laut Amerika memiliki IOWA Class, kapal perang legendaris yang masih aktif berdinas. Maka dikalangan Angkatan laut Indonesia pun dikenal kapal legendaris yang tak kalah garangnya, apa lagi jika bukan OWA Class atau KRI Oswald Siahaan, kapal perang yang menjadi buah bibir beberapa saat yang lalu setelah berhasil meluncurkan rudal anti kapal Yakhont yang menerbitkan kemasygulan jiran Indonesia. OWA Class membawa efek Yakhont lebih jauh dari sekedar rasa bangga dalam dada TNI AL tapi juga efek deternt bagi pihak-pihak yang berniat mengusik ketenangan NKRI Tercinta.
Owa Class, Monster Laut kebanggan Indonesia.
Angkatan laut Indonesia tentu saja bangga bila menyaksikan keberhasilan peluncuran rudal anti kapal Yakhont buatan Rusia itu. Rudal dengan kecepatan 2 march atau setara dua kali kecepatan suara pantas menebar rasa takut bagi pihak-pihak yang berkeinginan mengganggua wilayah NKRI, wajar karena rudal ini mampu melesat sejauh 300 kilometer.
Hikayat OWA Class pun tak kalah menariknya. Sebelum masuk masa dinas dilingkungan Angkatan Laut Indonesia, OWA dan beberapa kerabatnya yang tergabung dalam kapal perang Kelas Van Speijk ini merupakan salah satu armada perang Angkatan Laut Belanda.
Menurut hikayat penamaan Van Speijk tak lain untuk mengenang Jan Carolus Josephus van Speijk, salah seorang letnan angkatan laut Belanda yang tewas saat perang saudara Belanda-Belgia pada 5 Februari 1831.
(OWA Class saat masih berdinas di Angkatan Laut Belanda).
Saking terkenalnya nama Van Speijk, sebuah dekrit kerajaan (Koninklijk Besluit nomor 81, 11 Februari 1831) yang dikeluarkan oleh Raja William I mengucapkan bahwa selama Angkatan Laut Belanda masih berlayar, akan selalu ada sebuah kapal bernama 'Van Speijk' untuk memastikan ingatan atas keberanian sang letnan. Sebanyak tujuh kapal dari angkatan laut belanda menggunakan nama tersebut. Dikemudian hari, nama Van Speijk Class resmi disematkan pada kapal perusak kawal rudal modern Belanda yang mulai di bangun oleh galangan kapal Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda.
Van Speijk Class sendiri mulai bertugas sekitar tahun 1967, kemampuan dalam mengarungi samudra memang dapat diandalkan walaupun harus menghadapi gelombang besar sekalipun. Kemampuan manuver yang mumpuni inilah yang kemudian membuat Angkatan laut Indonesia kepicut membeli kapal tersebut, walau ek angkatan laut belanda, namun kualitas kemampuan dan kesiapan kepal perang kawal rudal itu tetap terjaga baik.
Berbeda dengan Parcshim Class indonesia yang mendapatkan perombakan “ekstra hot”, Van Speijk Class justru tak seperti itu, wajar sebab selama ini kapal tersebut dirawat dengan baik oleh pemilik sebelumnya, bahkan sebelum kapal-kapal tersebut di serahkan kepada Angkatan laut indonesia pada tahun 1977-1980, armada Van Speijk Class telah diberi peningkatan kemampuan Termasuk di antaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) Mistral menggantikan Sea Cat. Sampai saat ini Van Speijk Class masih aktif berdinas dalam Angkatan Laut belanda.
(Siap Selalu Mengawal Perairan Laut NKRI tercinta)
Setelah masuk masa dinas dan bergabung dengan Angkatan Laut kebanggan negera ini, KRI OWA berserta kerabatnya berganti namanya dari Van Spijk Class menjadi kapal perang Fregat Ahmad Yani Class. Tentu saja karena pernah digunakan oleh AL-Belanda, keseluruhan armada tersebut namanya mengalami pergantian yaitu:
HNLMS Tjerk Hiddes (F 804) berganti nama menjadi KRI Ahmad Yani 351, HNLMS Evertsen (F 815) berubah nama menjadi KRI Abdul Halim Perdana Kusuma (355), kemudian HNLMS Isaac Sweers (F 814) di tasbihkan menjadi KRI Karel Satsuit Tubun (356), ada pula HNLMS Van Speijk (F 802) berganti nama menjadi KRI Slamet Riyadi (352), setelah itu HNLMS Van Galen F 803) berganti nama menjadi KRI Yos Sudarso (353) dan terakhir HNLMS Van Nes ( F 805) setelah ditasmiyahkan menjadi nama baru, KRI OSWALD SIAHAAN (354) atau yang dikenal dengan nama lain KRI OWA Class Indonesia.
Tentu saja terlalu naif bagi kita bila menyamakan kondisi Ahmad Yani Class saat ini dengan keadaan yang dulu, saat ini hampir semua Ahmad Yani atau Van Speijk Class Indonesia ini telah dilakukan peningkatan kemampuan, diantaranya mengganti mesin-mesin baru, alat komunikasi dan navigasi, armament modern dan perawatan Armor beserta mesin secara berkala. Bahkan beberapa tahun yang lalu KRI Oswald Siahaan alias OWA Class mengalami repowering sehingga keadaan KRI kebanggan negara ini kembali tampil baru lagi.
Di bidang sensor dan elektronis,Ahmad Yani class termasuk diantaranya KRI Oswald Siahaan diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL. Keberadaan radar terbaru buatan asli anak bangsa INDERA MX-2HC, makin melengkapi kegaharan kapal perang Angkatan Laut Kebanggan indonesia Ini.
(persiapan menjelang peluncuran rudal yakhont)
KRI Oswald Siahaan memiliki berat 2,940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh turbin uap dengan 2 boiler, 2 shaft yang menghasilkan 30,000 shp sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 28,5 knot. Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.
Kemampuan bertahan dan menyerang OWA Class tentunya didukung oleh persenjataan yang mumpuni, diantaranya: 8 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan McDonnel Douglas RGM-84 Harpoon dengan jangkauan maksimum 130 Km (70 mil laut), berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 227 Kg. 4 buah Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg.
Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal. 1 buah Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target udara. 2 Senapan mesin 12.7mm 12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg.
(OWA Class menunjukan taringnya, Menerbitkan kemasygulan bagi jiran yang berniat mengusik NKRI Tercinta)
Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan. Terakhir 2 hingga 4 Peluru Kendali anti kapal Yakhont, Vertical Launching System (2 tabung). Rudal ini memiliki spesifikasi: kecepatan mach 2,5, dengan jangkauan sasaran 300 Km, berat 3040 Kg, panjang 8,9 m dan berat hulu ledak 200 Kg.
Yakhont, senjata baru OWA Class Indonesia.
Soal kemampuan OWA Class menggendong rudal yakhont yang terbukti sukses diuji di Samudra Hindia beberapa saat yang lalu pantas menjadi pembicaraan negera antar kawasan. Di Asia Tenggara sejauh ini hanya Indonesia dan Vietnam saja yang mengaktifkan rudal yakhont menjadi bagaian arsenal gaharnya. Hanya saja ada perbedaan yang mendasar, -setidaknya untuk saat ini,- rudal yakhont miliki Vietnam kebanyakan digunakan sebagai pertahanan pantai sehingga mobilitasnya terbatas, sedangkan Yakhont milik Angkatan laut Indonesia memiliki mobilitas yang tinggi karena landasan luncurnya di bawa oleh kapal-kapal perang Indonesia.
Efek yakhont dimasa ini, pada dasarnya sama dengan efek rudal Styx dimasa lalu, OWA Class memang bukan satu-satunya kapal perang yang mampu membawa rudal kelas berat ini, namun berbicara daya angkut untuk rudal bongsor seukuran yakhont, OWA Class mampu menggendong 4 buah sekaligus. Untuk saat ini, jumlah yakhot indonesia sendiri disinyalir puluhan jumlahnya, ini tak lain karna Yakhont sendiri sudah diinstal di 16 KRI yaitu enam pada kapal jenis frigat dan 10 di kapal perang Korvet. Sejauh ini hanya OWA Class yang diketahui membawa rudal maut ala negeri beruang merah itu.
Sumber Rujukan:
Wikipedia Indonesia: KRI Oswald Siahaan.
Indo Militer.
Komando Militer.
Kaskus.
Showing posts with label Alutsista. Show all posts
Showing posts with label Alutsista. Show all posts
Thursday, April 12, 2012
Tuesday, March 27, 2012
Kapal Cepat Rudal Indonesia Dari Masa Ke Masa (1960-2012)
(ilustrasi armada KCR masa depan indonesia)
Saya pernah membaca sebuah komentar yang cukup miring disalah satu artikel mengenai pembangunan kapal cepat rudal 40 m oleh perusahaan perkapalan di Batam, tepat didepan hidung singapura. Ada sebuah komentar yang miris bila membacanya, si empunya menulis tentang keheranannya mengapa indonesia malah membangun kapal-kapal perang cilik, sekelas Kapal Cepat Rudal Clurit Class yang jumlahnya cukup banyak 22 ekor.
Baginya kapal-kapal cilik ini tak cukup handal sekaligus menunjukan kurang seriusnya pemerintah membangun angkatan laut indonesia, mungkin menurutnya kapal-kapal yang cocok meronda diperairan indonesia adalah kapal-kapal dengan tonase besar yang menggentarkan paling tidak sekelas korvet bahkan jika lebih bagus lagi menghadirkan kembali KRI Irian Jilid II untuk menunjukan superioritas angkatan laut Indonesia.
Saya setuju bahwa kita harus memiliki kekuatan militer mumpuni dilaut dengan menghadirkan kapal-kapal canggih seperti Corvet Sigma Class, maupun LPD dan LHD untuk misi militer dan non militer. Namun saya tak setuju bila kapal-kapal ringan macam Kapal Cepat Rudal Clurit Class dikesampingkan keberadaannya bahkan dianggap tak mumpuni dimedan tempur.
(iring-iringan Komar class, cepat dan mematikan!).
Kapal-kapal ini justu diperlukan karena tak semua perairan di Indonesia memiliki kedalaman dan kontur yang sama, terlebih lagi dalam era modern seperti saat ini kapal-kapal berbobot besar terkadang jadi mangsa empuk rudal-rudal anti kapal musuh. Selayaknya anti tank dalam pertempuran darat, KCR a.k Kapal cepat Rudal ini bisa jadi solusi jitu sebagai “Anti Tank” dilautan. Sejarah sendiri memberi tempat terhormat bagi jenis-jenis kapal perang cilik tapi mematikan seperti ini.
Styx dan Komar Class, duet maut di era 60-an.
Pada hakikatnya Styx atau yang nama sebenarnya P-15 Termit merupakan rudal anti kapal pertama Indonesia, rudal sangar ini merupakan bagian dari modernisasi angkatan bersenjata indonesia di kala trikora berkobar. Kemampuan Styx dikemudian memang terbukti tangguh, rudal bongsor ini pulalah yang mengubah jalannya sejarah pertempuran modern yang kemudian hari mengkandaskan superioritas meriam-meriam kelas berat serta menganggkat pamor misil anti kapal sebagai solusi jitu pertempuran laut.
Kegemparan dunia, khususnya pihak NATO saat mengetahui Indonesia termasuk negara yang mengoperasikannya memang bukan tanpa alasan, sebab Styx memang hanya beredar dan dimiliki oleh negara-negara sekutu Rusia saja kala itu. Dengan ukuran yang tambun styx dirancang dengan kemampuan dan daya hancur tinggi, sehingga daya deteren memang amat kental di era tersebut. Indikatornya bisa dilihat dari berat hulu ledaknya yang mencapai 500 kg high explosive, sementara bobot rudal secara keseleruhan 2,340 kg dengan jangkauan efektif mencapai 40 km, meski dalam teorinya bisa mencapai jarak 80 km.
(Styx, bersiap mendobrak tiap lapis baja Karel Doorman)
Tentu saja untuk menjadi “sakti”, rudal bongsor ini tak sendirian, bila dalam legenda TNI AU rudal Kennel begitu disanjung karena TU-16 nya, maka dalam hikayat TNI AL rudal Styx disanjung karena Komar Classnya yang tak lain adalah platform kapal cepat berpeluru kendali (fast attack craft missile) yang digunakan untuk meluncurkan rudal legendaris ini.
Jumlah Komar class indonesia sendiri tak tanggung-tanggung 12 buah dalam kondisi terbaik dan siap tempur, dalam riwayat TNI AL, Komar Class Indonesia terdiri dari KRI Kelaplintah (601), KRI Kalmisani (602), KRI Sarpawasesa (603), KRI Sarpamina (604), KRI Pulanggeni (605), KRI Kalanada (606), KRI Hardadedali (607), KRI Sarotama (608), KRI Ratjabala (609), KRI Tristusta (610), KRI Nagapasa (611) dan KRI Gwawidjaja (612). Dengan kemampuan mengangkut 10-11 kru, berbekal 4 mesin sub diesel, Komar Class mampu berlari hingga hingga kecepatan 30 knot.
Menariknya tak seperti Tupolev 16 yang menjadi legenda begitu ketahuan oleh pesawat mata-mata Dragon Lady milik Amerika, Komar Class Indonesia justru sempat di “umpetin” oleh Angkatan Laut sebagai senjata pamungkas terakhir sebab baik KRI Irian, KRI Gajah Mada dan Kapal Selam Whiskey Class memang sudah diketahui telah dimiliki oleh Indonesia.
Belanda tentu saja terkejut mengetahui Indonesia mempunyai kapal-kapal cepat rudal Komar Class yang mampu menggendong rudal Styx menakutkan itu, Kompeni rupanya insyaf mereka berdiri dalam posisi “maju kena mundur kena” bila memaksakan kehendak memasang Karel doorman di perairan Holandia.
(Komar class di era Trikora tambah garang dengan Double Canon 25 mm)
Siapapun pemimpin pasukan Belanda yang bertahan Papua paham betul bahwa baik Tupolev 16 dan Komar Class berlomba-lomba untuk mengaramkan kapal yang dari awal sengaja didatangkan untuk menakut-nakuti Indonesia itu,-belum masuk dengan Whiskey Class dengan torpedo SEAT-50 nya,- bila rudal Kennel gagal mengaramkan Karel Doorman tak demikian kisahnya dengan Styx ataupun sebaliknya.
Kemasygulan Belanda terhadap Komar Class memang cukup beralasan, sejak kelahirannya akhir tahun 1950-an, Styk dan Komar Class memang belum diketahui kemampuan sebenarnya, rasa cemas itu lahir karena memang pengetahuan barat mengenai senjata pamungkas milik indonesia ini memang tak banyak. Bagi Angkatan Laut Indonesia, peluang membuktikan kehandalan arsenal gaharnya kala itu terbuka lebar dengan menjadikan karel Doorman sebagai sasaran, inilah yang membuat Belanda berkeringat dingin begitu mengetahui apa yang mereka hadapi saat itu.
Kompeni Belanda jelas tak ingin “berjudi” untuk melihat mana diantara keduanya yang mengaramkan kapal induk kebanggan sang ratu itu, dengan hati dan harga diri terluka Karel Doorman buru-buru di larikan ke Australia, khatamlah riwayat kapal perkasa kompeni belanda tanah keramat Papua.
Sayang walaupun tak sempat menunjukan kelasnya di masa Trikora, namun bukan berarti keperkasaan Styx dan Komar Class pudar, justru sebaliknya. Sama halnya dengan efek Yakhont, daya deternt rudal Styx kebanggaan Angkatan laut indonesia ini menjadi masyhur namanya setelah dunia dikejutkan dengan peristiwa karamnya kapal perang perusak Eilat milik AL Israel pada 21 Oktober 1967 yang ditenggelamkan oleh dua buah Komar Class milik Angkatan laut Mesir dan dunia pun gempar, sebab ini kali pertama sebuah kapal perang dapat ditenggelamkan dengan rudal.
(Osa Class mampu menggendong 4 buah Rudal Styx)
Efek styx kembali berlanjut hingga peristiwa operasi Trident pada 4 Desember 1971, Angkatan Laut India tak hanya berhasil menghancurkan blokade Pakistan namun juga berhasil mengaramkan kapal perusak Khaibar dan menyerang pusat Angkatan laut Pakistan di Karachi dengan bermodal sekitar 8 buah kapal cepat rudal Osa Class yang tak lain pengembangan Komar Class, bedanya Bila Komar hanya memanggul 2 buah rudal Styx, maka Osa mampu membawa empat buah rudal. Terlepas dari jenis classnya, peristiwa Karachi tersebut sekali lagi menaikan pamor Rudal Styx, imbasnya peristiwa ini juga menaikkan rasa percaya diri Angkatan Laut Indonesia sekaligus pesan pada jiran Indonesia kala itu untuk berfikir ulang bila hendak melakukan pelanggran batas wilayah. Karena memang faktanya baik Styx dan Komar di Asia Tenggara hanya Indonesia dan Vietnam saja yang mengoprasikannya.
Menurut hikayat, diantara arsenal gahar blok Timur, Komar Class beserta Styx cukup lama masa dinasnya hingga tahun 1978. Bahkan informasi dari Janes’s Fighting Ship (1983 – 1984) menyebutkan Komar baru dipensiunkan TNI AL pada tahun 1985. Keperkasaan kapal cepat Rudal ini tentu saja bukan hanya didukung oleh dua buah rudal yang dapat digendongnya tapi juga sepasang senjata canon kembar anti pesawat kaliber 25mm yang berada di dek depan.
C-705 dan KCR 40, Kapal Cepat Rudal Generasi baru indonesia.
Setelah era Komar Class berlalu, indonesia memiliki kapal-kapal cepat rudal, bukannya susut, namun jumlah makin bertambah dan bangganya lagi sebagian dari mereka dibuat hasil kreasi anak bangsa.
Angkatan laut boleh sumringah kali ini, senyum mengembang itu tak lain karena tak lama lagi generasi Kapal Cepat Rudal terbaru buatan anak bangsa akan melayari dan menjaga setiap jengkal laut dan harta kekayaan bangsa.
(Clurit class, KCR masa depan indonesia)
Bukan hanya bangga karena KCR 40 m itu didesain oleh anak negeri, tapi juga karena 22 ekor KCR itu sudah menemukan pasangannnya yang tepat yaitu rudal C-705 yang juga akan diproduksi didalam negeri.
Era Komar Class memang telah meninggalkan kenangan manis, dan penerusnya KCR-40 sudah siap memasuki masa dinasnya, hanya soal waktu hingga keseluruhan 22 ekor KCR Clurita Class itu menunjukan taringnya dilautan Indonesia. (pen)
Saya pernah membaca sebuah komentar yang cukup miring disalah satu artikel mengenai pembangunan kapal cepat rudal 40 m oleh perusahaan perkapalan di Batam, tepat didepan hidung singapura. Ada sebuah komentar yang miris bila membacanya, si empunya menulis tentang keheranannya mengapa indonesia malah membangun kapal-kapal perang cilik, sekelas Kapal Cepat Rudal Clurit Class yang jumlahnya cukup banyak 22 ekor.
Baginya kapal-kapal cilik ini tak cukup handal sekaligus menunjukan kurang seriusnya pemerintah membangun angkatan laut indonesia, mungkin menurutnya kapal-kapal yang cocok meronda diperairan indonesia adalah kapal-kapal dengan tonase besar yang menggentarkan paling tidak sekelas korvet bahkan jika lebih bagus lagi menghadirkan kembali KRI Irian Jilid II untuk menunjukan superioritas angkatan laut Indonesia.
Saya setuju bahwa kita harus memiliki kekuatan militer mumpuni dilaut dengan menghadirkan kapal-kapal canggih seperti Corvet Sigma Class, maupun LPD dan LHD untuk misi militer dan non militer. Namun saya tak setuju bila kapal-kapal ringan macam Kapal Cepat Rudal Clurit Class dikesampingkan keberadaannya bahkan dianggap tak mumpuni dimedan tempur.
(iring-iringan Komar class, cepat dan mematikan!).
Kapal-kapal ini justu diperlukan karena tak semua perairan di Indonesia memiliki kedalaman dan kontur yang sama, terlebih lagi dalam era modern seperti saat ini kapal-kapal berbobot besar terkadang jadi mangsa empuk rudal-rudal anti kapal musuh. Selayaknya anti tank dalam pertempuran darat, KCR a.k Kapal cepat Rudal ini bisa jadi solusi jitu sebagai “Anti Tank” dilautan. Sejarah sendiri memberi tempat terhormat bagi jenis-jenis kapal perang cilik tapi mematikan seperti ini.
Styx dan Komar Class, duet maut di era 60-an.
Pada hakikatnya Styx atau yang nama sebenarnya P-15 Termit merupakan rudal anti kapal pertama Indonesia, rudal sangar ini merupakan bagian dari modernisasi angkatan bersenjata indonesia di kala trikora berkobar. Kemampuan Styx dikemudian memang terbukti tangguh, rudal bongsor ini pulalah yang mengubah jalannya sejarah pertempuran modern yang kemudian hari mengkandaskan superioritas meriam-meriam kelas berat serta menganggkat pamor misil anti kapal sebagai solusi jitu pertempuran laut.
Kegemparan dunia, khususnya pihak NATO saat mengetahui Indonesia termasuk negara yang mengoperasikannya memang bukan tanpa alasan, sebab Styx memang hanya beredar dan dimiliki oleh negara-negara sekutu Rusia saja kala itu. Dengan ukuran yang tambun styx dirancang dengan kemampuan dan daya hancur tinggi, sehingga daya deteren memang amat kental di era tersebut. Indikatornya bisa dilihat dari berat hulu ledaknya yang mencapai 500 kg high explosive, sementara bobot rudal secara keseleruhan 2,340 kg dengan jangkauan efektif mencapai 40 km, meski dalam teorinya bisa mencapai jarak 80 km.
(Styx, bersiap mendobrak tiap lapis baja Karel Doorman)
Tentu saja untuk menjadi “sakti”, rudal bongsor ini tak sendirian, bila dalam legenda TNI AU rudal Kennel begitu disanjung karena TU-16 nya, maka dalam hikayat TNI AL rudal Styx disanjung karena Komar Classnya yang tak lain adalah platform kapal cepat berpeluru kendali (fast attack craft missile) yang digunakan untuk meluncurkan rudal legendaris ini.
Jumlah Komar class indonesia sendiri tak tanggung-tanggung 12 buah dalam kondisi terbaik dan siap tempur, dalam riwayat TNI AL, Komar Class Indonesia terdiri dari KRI Kelaplintah (601), KRI Kalmisani (602), KRI Sarpawasesa (603), KRI Sarpamina (604), KRI Pulanggeni (605), KRI Kalanada (606), KRI Hardadedali (607), KRI Sarotama (608), KRI Ratjabala (609), KRI Tristusta (610), KRI Nagapasa (611) dan KRI Gwawidjaja (612). Dengan kemampuan mengangkut 10-11 kru, berbekal 4 mesin sub diesel, Komar Class mampu berlari hingga hingga kecepatan 30 knot.
Menariknya tak seperti Tupolev 16 yang menjadi legenda begitu ketahuan oleh pesawat mata-mata Dragon Lady milik Amerika, Komar Class Indonesia justru sempat di “umpetin” oleh Angkatan Laut sebagai senjata pamungkas terakhir sebab baik KRI Irian, KRI Gajah Mada dan Kapal Selam Whiskey Class memang sudah diketahui telah dimiliki oleh Indonesia.
Belanda tentu saja terkejut mengetahui Indonesia mempunyai kapal-kapal cepat rudal Komar Class yang mampu menggendong rudal Styx menakutkan itu, Kompeni rupanya insyaf mereka berdiri dalam posisi “maju kena mundur kena” bila memaksakan kehendak memasang Karel doorman di perairan Holandia.
(Komar class di era Trikora tambah garang dengan Double Canon 25 mm)
Siapapun pemimpin pasukan Belanda yang bertahan Papua paham betul bahwa baik Tupolev 16 dan Komar Class berlomba-lomba untuk mengaramkan kapal yang dari awal sengaja didatangkan untuk menakut-nakuti Indonesia itu,-belum masuk dengan Whiskey Class dengan torpedo SEAT-50 nya,- bila rudal Kennel gagal mengaramkan Karel Doorman tak demikian kisahnya dengan Styx ataupun sebaliknya.
Kemasygulan Belanda terhadap Komar Class memang cukup beralasan, sejak kelahirannya akhir tahun 1950-an, Styk dan Komar Class memang belum diketahui kemampuan sebenarnya, rasa cemas itu lahir karena memang pengetahuan barat mengenai senjata pamungkas milik indonesia ini memang tak banyak. Bagi Angkatan Laut Indonesia, peluang membuktikan kehandalan arsenal gaharnya kala itu terbuka lebar dengan menjadikan karel Doorman sebagai sasaran, inilah yang membuat Belanda berkeringat dingin begitu mengetahui apa yang mereka hadapi saat itu.
Kompeni Belanda jelas tak ingin “berjudi” untuk melihat mana diantara keduanya yang mengaramkan kapal induk kebanggan sang ratu itu, dengan hati dan harga diri terluka Karel Doorman buru-buru di larikan ke Australia, khatamlah riwayat kapal perkasa kompeni belanda tanah keramat Papua.
Sayang walaupun tak sempat menunjukan kelasnya di masa Trikora, namun bukan berarti keperkasaan Styx dan Komar Class pudar, justru sebaliknya. Sama halnya dengan efek Yakhont, daya deternt rudal Styx kebanggaan Angkatan laut indonesia ini menjadi masyhur namanya setelah dunia dikejutkan dengan peristiwa karamnya kapal perang perusak Eilat milik AL Israel pada 21 Oktober 1967 yang ditenggelamkan oleh dua buah Komar Class milik Angkatan laut Mesir dan dunia pun gempar, sebab ini kali pertama sebuah kapal perang dapat ditenggelamkan dengan rudal.
(Osa Class mampu menggendong 4 buah Rudal Styx)
Efek styx kembali berlanjut hingga peristiwa operasi Trident pada 4 Desember 1971, Angkatan Laut India tak hanya berhasil menghancurkan blokade Pakistan namun juga berhasil mengaramkan kapal perusak Khaibar dan menyerang pusat Angkatan laut Pakistan di Karachi dengan bermodal sekitar 8 buah kapal cepat rudal Osa Class yang tak lain pengembangan Komar Class, bedanya Bila Komar hanya memanggul 2 buah rudal Styx, maka Osa mampu membawa empat buah rudal. Terlepas dari jenis classnya, peristiwa Karachi tersebut sekali lagi menaikan pamor Rudal Styx, imbasnya peristiwa ini juga menaikkan rasa percaya diri Angkatan Laut Indonesia sekaligus pesan pada jiran Indonesia kala itu untuk berfikir ulang bila hendak melakukan pelanggran batas wilayah. Karena memang faktanya baik Styx dan Komar di Asia Tenggara hanya Indonesia dan Vietnam saja yang mengoprasikannya.
Menurut hikayat, diantara arsenal gahar blok Timur, Komar Class beserta Styx cukup lama masa dinasnya hingga tahun 1978. Bahkan informasi dari Janes’s Fighting Ship (1983 – 1984) menyebutkan Komar baru dipensiunkan TNI AL pada tahun 1985. Keperkasaan kapal cepat Rudal ini tentu saja bukan hanya didukung oleh dua buah rudal yang dapat digendongnya tapi juga sepasang senjata canon kembar anti pesawat kaliber 25mm yang berada di dek depan.
C-705 dan KCR 40, Kapal Cepat Rudal Generasi baru indonesia.
Setelah era Komar Class berlalu, indonesia memiliki kapal-kapal cepat rudal, bukannya susut, namun jumlah makin bertambah dan bangganya lagi sebagian dari mereka dibuat hasil kreasi anak bangsa.
(Clurit class, KCR masa depan indonesia)
Bukan hanya bangga karena KCR 40 m itu didesain oleh anak negeri, tapi juga karena 22 ekor KCR itu sudah menemukan pasangannnya yang tepat yaitu rudal C-705 yang juga akan diproduksi didalam negeri.
Era Komar Class memang telah meninggalkan kenangan manis, dan penerusnya KCR-40 sudah siap memasuki masa dinasnya, hanya soal waktu hingga keseluruhan 22 ekor KCR Clurita Class itu menunjukan taringnya dilautan Indonesia. (pen)
Catatan: Terimakasih pada kawan-kawan yang telah sudi membaca tulisan kecil penulis, serta mengoreksi beberapa bagian yang dalam tulisan ini, terdapat kesalahan. Atas kesalahan secara tekhnis tersebut penulis mohon maaf dan terimaksih atas saran yang telah disampaikan kepada penulis.
Saturday, March 17, 2012
Meriam 120 mm, Coastal Guard Andalan Belanda di Front Tarakan.
(salah satu meriam legendaris pertahanan pantai Belanda di Tarakan)
King Of Bettle, begitulah julukan yang pas untuk diberikan oleh militer dari berbagai bangsa untuk persenjataan arteleri yang memiliki hikayat panjang panjang dalam berbagai pertempuran yang menentukan sejarah sebuah bangsa. Mulai dari Onager, Kanon, Howitzer, Mortir, Roket hingga Rudal merupakan empunya arteleri yang wajib dalam setiap kancah pertempuran, tak terkecuali di Front Tarakan.
Jauh sebelumnya, istana Kesultanan Bulungan juga memiliki arteleri legendaris yang dinamakan Si Benua, pun demikian juga terdapat tiga Rentaka bernama Melati, Rindu dan Dendam yang selalu stan by di depan istana menghadap sungai Kayan. Dalam pertempuran modern seperti di front Tarakan,- khususnya pada awal-awal invasi Jepang-, Meriam Pantai alias Coastal Guard 120 mm merupakan “dewanya” meriam.
Kiprah Coastal Guard Belanda di Front Tarakan
Pertahanan Belanda di Tarakan, menurut sejarahnya sejujurnya merupakan salah satu yang cukup kuat masa itu, ini tak lepas dari keberadaan kilang-kilang minyak strategis, bahkan sebelum perang pasifik pecah, pangkalan militer Belanda di Tarakan pernah disinggahi kapal perang besar, dan semasa invasi militer Jepang terdapat Kapal selam jenis K, kapal penebar ranjau Prince Van Oranje dan sejumlah empat pesawat tempur jenis Brewester Bufallo dan tiga buah pengebom (bomber) Glenn Martin.
(Meriam 120 mm di kancah Perang Dunia II dan Fasifik)
Pihak kolonial Belanda juga sadar betul perbentengan di Tarakan perlu di upgread kemampuannya sejak 1939, walaupun tergesa-gesa mereka mampu membangun steling, philbok dan bungker di hampir seluruh wilayah pulau, khususnya dikawasan pantai sebelah berat tak ketinggalan meriam legendaris 120 mm pabrikan Fried Krupp Essen Jerman tahun 1901.
Arteleri pertahanan pantai atau Coastal Guard dirancang sebagai senjata penghancur bagi armada militer musuh yang mendarat maupun mendekati pantai, menurut skenario pertahanan Belanda di Tarakan, Jepang diperkirakan akan mendarat kawasan sebelah barat yang merupakan daerah industri minyak serta hunian milik sipil dan militer, itulah sebabnya pertahanan paling kuat diletakan disebelah barat.
Menurut catatan sejarah militer Belanda menempatkan satuan artileri pantai (kustartillerie) ukuran 120 mm dan 75 mm di kawasan pantai barat di Tanjung Juata, Lingkas, Karungan dan Peningki Lama, di Karunganlah meriam 120 mm ditempatkan.
Belanda boleh bangga dengan Meriam pertahanan pantai 120 mm miliknya, dengan bobot mati 2. 485 Kg, panjang laras 4, 75 meter dan tinggi 1,9 meter serta diameter kaliber lubang peluru meriam 120 mm senjata ini memang mematikan. Jumlahnya sendiri memang sedikit, cuma ada empat buah dijejer berderet, namun keperkasaannya patut diperhitungkan.
Untuk memperkuat Tarakan, satuan kompi arteleri ketiga di tugaskan di Tarakan di bawah pimpinan Kapten M. J. Bakker membagi satuan arteleri dalam sejumlah baterai yang di pimpin Letnan Satu Van der Zijde, asal Afrika selatan, Letnan Satu J. W. Storm van Leeuwen, Letnan Satu J. P. A.Van Adrichem, asal Afrika Selatan, dan Letnan satu J. Verdam. Sementara itu, satuan arteleri ringan (luchtdoelartillerie) dipimpin Letnan Dua T. Nijenhuis, Asal Afrika Selatan. Satuan ini mengandalkan empat pucuk meriam 40 milimeter bikinan Bofors (swedia), empat pucuk arteleri pertahanan udara 20 milimeter dan selusin mitraliur 12,7 milimeter.
Lagi-lagi kehebatan persiapan tentara Jepang tidak main-main, Intelejen Jepang rupanya telah menandai kawasan pertahan militer Belanda disebalah barat Tarakan, paham dengan kekuatan pertahanan Belanda yang sangat kuat dan dikonsentrasikan di kawasan barat, Jepang mana mau pasang badan hanya untuk dibobol meriam pertahanan pantai, mereka memutar turun di kawasan sebelah timur yang terdiri hutan lebat dan dianggap memiliki partahanan paling lemah. Maksud hati menghindar jejeran meriam pertahanan pantai, kapal penyapu ranjau justru masuk perangkap di daerah Karungan. Disinilah armada Jepang berhadapan dengan meriam pantai legendaris belanda di Tarakan.
Sama seperti Inggris yang masih berpikir konvensional bahwa Jepang tak mungkin berhasil masuk Malaya lewat pantai karena kuatnya pertahanan, Jepang justru masuk lewat hutan lebat bahkan menggunakan tank, maka jangan heran bila jatuhnya Tarakan hanya dalam dua hari itu memang sudah di perhitungkan oleh Takeo Kurita, Laksamana tentara Kekaisaran Jepang yang mashur namanya menggunakan taktik gurita.
Walaupun tak sesesuai keinginan, batrei pertahanan pantai Belanda di Karungan sempat merengguh manisnya kemenangan, bagaimana tidak, begitu Coastal Guard 120 mm menyalak, dua buah kapal penyapu ranjau milik Jepang khatam riwayatnya, dari serangan ini Jepang mengalami kerugian 8 orang Rikugun (Angkatan Laut) dan Kaigun (Angkatan Darat) 200 orang tewas di laut.
Tentu saja serdadu Jepang berang dibuatnya, sebagai hadiah 84 awak batrei Coastal Guard Belanda di Karungan, di lempar hidup-hidup dalam keadaan terikat, dalam satu ikatan ada 3 orang. Demikianlah sisa perlawanan terakhir awak meriam pertahanan Belanda di Tarakan.
Epilog
Pertahanan pantai alias Coastal Guard, mutlak dimiliki oleh negara dengan garis pantai terpanjang di Asia tenggara ini, kita tentu harus memikirkan konsep pertahanan laut kita, dengan memiliki Coastal Guard yang mumpuni, maka Marinir dan Angkatan Laut akan semakin perkasa dan disegani, semoga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu kita.
Jalesveva Jayamahe.
Daftar Pustaka
Laporan Penelitian Arkeologi, “Penelitian Aspek Keruangan Pola Tata Kota Kolonial Di Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur”, disusun oleh Nugroho Nur Susanto, Balai Arkeologi Banjarmasin tahun 2007.
Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta
Torism Guide Book of Tarakan City, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tarakan, tahun 2009.
Wikipedia; Pertempuran Tarakan 1942-1945.
Friday, March 16, 2012
Sekilas Mengenai Truk Militer TNI di Bulungan.
(Deretan Truk dan Rantis yang digunakan TNI AD di Bulungan)
Beberapa saat yang lalu, Tanjung Selor dihebohkan beberapa kejadian yang tak dinginkan mengenai salah satu tindakan kriminal yang ternyata meresahkan masyarakat, yang dikhawatirkan menjadi blunder panas ketika itu.
Salah satu pemandangan kala itu yang begitu menarik adalah membanjirnya kelompok massa, sehingga kota kecil seperti Tanjung Selor menjadi sepi bak kuburan kurang lebih beberapa hari, pihak keamanan -termasuklah Brimob bantuan yang didatangkan dari Tarakan membantu polisi-polisi lokal yang sudah siap siaga sebelumnya,- berusaha keras menenangkan masyarakat agar tak terpancing provokasi oleh kejadian yang sebenarnya murni kriminal namun berbuah menjadi isu yang mempengaruhi hubungan antara etnik yang telah lama terjalin damai di Bulungan.
Dalam suasana tersebut beberapa truck berkelir hijau melintas penuh pasukan BRIGIF Bulungan Cakti dan Yonif 613 Raja Alam menjadi pemandangan yang tak biasa, sepasukan Kombet –istilah masyarakat lokal di kabupaten Bulungan untuk menyebut pasukan TNI khususnya Angkatan Darat. Penamaan ini mungkin lahir dari kata Combatan alas pasukan tempur seiring waktu ber evolusi menjadi istilah yang dikenal sekarang,- berjejer rapi sambil menenteng senapan SS dan AK-47,- menjadi momentum yang menarik untuk disimak, apa sebab kombet-kombet itu ikut turun gunung? Begitulah kiranya pertanyaan yang berseliweran dikepala masyarakat, wajar saja patroli seperti ini memang hal yang sangat jarang terjadi.
Gajah Besi Andalan Kombet Di Bulungan.
Tak dapat dipungkiri turun gunungnya para “Kombet” itu memang memberikan efek deterent pada masyarakat, -bersama pasukan Brimob dan kepolisian setempat- sehingga membuat oknum-oknum yang berniat meresahkan masyarakat jadi berpikir berulang kali.
Truk militer sebagai sarana mobilitas, khususnya untuk Angkatan Darat mempunyai hikayat yang panjang mulai zaman kolonial Belanda, kemerdekaan Indonesia hingga setelah era reformasi, yang berubah paling hanya jenis-jenis merk angkut personil ini saja.
(iring-iringan Arteleri yang di bawa oleh Truk Militer TNI AD)
Bila menengok kebelakang, Angkatan Darat Indonesia sudah lama mengenal beberapa jenis truk Angkut personil ini, misalnya TNI AD pernah menggunakan Truk UNIMOG dan Mercy 1017 di era tahun 90-an. Truk UNIMOG asal pabrikan Jerman ini contohnya, yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1976 yakni tipe U1300L sebanyak 200 unit, pada tahun 1990-an, datang lagi 40 unit tipe U1550L untuk kebutuhan Marinir.
Truk-truk ini ternyata memiliki kemampuan mumpuni tak hanya sebagai angkut personil namun juga mampu mengusung peralatan kelas berat seperti Arteleri medan, bahkan dapat pula digunakan sebagai landasan untuk meletakan senjata anti pesawat macam Twin Gun maupun rudal panggul seperti QW-3 dan SA-7 Strela. Di era operasi penumpasan GAM, truk-truk militer ini semakin bertaji setlah dilapis baja tahan peluru oleh PT. Pindad.
Dewasa ini truk-truk militer yang hampir merata terdapat dikesatuan TNI AD salah satunya adalah jenis Isuzu NPS, pun demikian pula di Bulungan Yonif 613 Raja Alam dan BRIGIF Bulungan Cakti adalah pengguna utama. selain Isuzu NSP, adapula yang bermerek Mitsubishi Puso. Gajah-gajah besi ini sering terlihat berseliweran di tanjung Selor, tak hanya menimbulkan efek deterent tapi juga menambah wibawa pengawal NKRI yang tercinta ini.
Monday, March 5, 2012
Jangan Remehkan Parschim Class Indonesia!
(Armada Korvet Parschim Class, paus-paus pembunuh dari Indonesia)
Saya pernah membaca ulasan mengenai persenjataan indonesia di forum kawan-kawan jiran sebelah, khususnya untuk Angkatan Laut, kebanyakan ulasannya menyebutkan alutsisita kita dalam kondisi kurang fit, bahkan salah satu forumer jiran sebelah mengatakan bahwa kesiapan keseluruhan armada Korvet Indonesia hanya ditumpukan pada empat korvet buah kelas Sigma saja, sedang yang lain khususnya Parschim Class hanyalah ongkongan besi tua yang sering ngadat, waduh enak betul menuding seperti itu, benarkah 16 Parschim Class Indonesia cuma ongkongan besi tua saat ini?
Riwayat kedatangan Parschim Class ke indonesia.
Bicara soal asal muasal dari salah satu elemen penting pertahanan laut Indonesia, tentunya kita tak bisa mengesampingkan keberadaan Korvet kebanggan negara, Parschim Class. Kita sungguh bersyukur beberapa tahun ini anggaran pertahanan naik signifikan, buahnya tentu saja pengadaan alutsisita.
Angkatan Laut Indonesia termasuk yang marasakan manisnya momen ini, dalam beberapa tahun terakhir industri dalam negeri sendiri mulai menggeliat, PT. PAL misalnya telah diinstruksikan dengan tegas oleh negara melalui mentri BUMN untuk membangun kekuatan laut Indonesia. Maka wajar saja mulai berlahiranlah armada-armada laut tangguh made in dalam negeri, sebut saja LPD Banjarmasin, Banda Aceh dan Makassar Class kemudian KCR-40-60, adalah segelintir contoh kebangkitan alutsista matra laut nasional.
Kembali ke Parschim Class yang dituding forum jiran sebelah dalam kondisi kurang fit, tentunya tak beralasan 100 %, mungkin anggapan tersebut lahir karena kurang memahami kondisi sebenarnya, lagi pula Parschim Class sendiri memang layak untuk mendapatkan tempatnya sendiri untuk dibicarakan, bukan hanya karena ia adalah bagian dari armada pemukul Angkatan Laut negeri ini, tapi juga karena riwayatnya yang kontroversi saat didatang ke Indonesia.
Bermula kisah dari proposal Pak Habibie pada Tahun 1992, saat itu 39 kapal perang eks Jerman Timur yang disimpan dipelabuhan selama 3 tahun itu dibeli pemerintah Indonesia. Terdiri atas 16 korvet kelas Parchim senilai 600.000 DM (sekitar 378.000 Dollar), 14 LST kelas Frosch senilai 550.000 DM (sekitar 346.000 Dollar) dan 9 kapal penyapu ranjau kelas Kondor senilai 300.000 DM (sekitar 189.000 Dollar).
Kali ini saya hanya membahas mengenai Parschim Class saja, pemerintah Jerman Bersatu kala itu menetapkan harga Parschim 600.000 DM (sekitar 378.000 Dollar). Tapi sayangnya kemampuan kapal-kapal tersebut saat itu macam hidup segan mati tak mau, namun kualitas baja memang masih jempolan, biasa produk blok timur.
Indonesia tentunya tak membiarkan kapal sekarang macam itu benar-benar bernasib sama seperti besi tua kiloan, saat itu diketahui bahwa kondisi kapal-kapal tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu baru layak berlayar ke Indonesia. Biaya memperbaiki kapal justru lebih mahal, setelah beberapa kali tarik ulur, dana yang diberi untuk saat itu untuk keseluruhan kapal hanya 319.000.000 USD.
Dana tersebut dipandang kurang cukup, Tim Pengadaan Kapal Jerman alias TPKJ pun tak mau ambil resiko hanya dengan dana pas-pasan, mana mungkin mampu 39 kapal eks Jerman Timur itu bisa beroperasi optimal di lautan. Ditambah lagi peralatan radar dan radio eks Rusia yang sudah kadaluarsa. Kapal-kapal bekas .Jerman Timur memakai sistem peralatan IFF (Indentification Friend or Foe) standar blok timur, berbeda dengan kapal-kapal TNI-AL yang sudah mengacu standar NATO.
Belum lagi awalnya kapal-kapal itu beroperasi di wilayah laut Baltik yang amat berbeda kondisi lingkungannya dengan lautan Indonesia. Pokoknya kondisi saat itu memang membuka segala kemungkinan spekulasi liar beredar, pucaknya sempat terjadi pembredelan majalah Tempo dan tabloid Detik karena berita investigasinya mengenai perkara ini.
Kisah lama inilah yang didengung-dengungkan oleh banyak forumer khususnya jiran indonesia tentang kesiapan armada korvet tersebut,- sebuah perang psikologi yang juga diamini oleh segelintir orang Indonesia sendiri-, bahkan ada yang memperkirakan jika kapal yang akhirnya berhasil diboyong oleh Jakarta saat itu benar-benar dalam kondisi apa adanya alias rangka besi yang dipaksakan berjalan dan dipercantik dengan tampilan saja. Separah itukah armada pemukul indonesia itu?
Parschim Class, Armada Pemukul Yang Siap selalu!
Bebeda dengan beberapa jiran Indonesia yang terbilang baru merasakan alutsista blok timur, Indonesia paham betul kualitas armament dan armornya, kualitas baja memang diatas rata-rata, tengok saja kualitas baja panser-panser Soviet di Indonesia atau Submarine Jerman macam KRI Nenggala baru selesai di Overhoule itu, masih tangguh dan berkelas.
Tentu saja bukan hanya itu, indonesia yang telah kenyang asam garam retrofit tentu paham benar bagaimana meremajakan kembali “kakek-kakek’ ex jerman timur itu menjadi gagah perkasa kembali, apalagi selalu dirawat dengan tangan-tangan “dingin” yang trampil dan profesional. Indonesia bukan negara yang tidak memiliki galangan kapal dan industri perkapalan serta industri baja berkualitas, meremajakan kapal-kapal lawas menjadi baru kembali bukan hal yang sulit bagi para insiyur dan ahli mesin indonesia.
Masih ingat retrofit BTR-40?, sudah tinggal rangka bajanya saja, namun dengan kualitas baja yang masih mumpuni, BTR-40 berhasil ditarik kembali dari liang lahat dengan mengganti mesin, alat komunikasi dan persenjataan, bahkan sampai hari ini masih mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Benar BTR-40 adalah produk lawas, tapi tentunya dengan peremajaan seperti ini tak bisa disamakan lgi kondisi BTR-40 hari ini dengan yang dulu, pun demikian dengan Korvet Parschim Class Indonesia ini, jadi tentunya kurang bijaksana bila ada yang menuding korvet pemukul kebanggan negara ini cuma ongkongan besi yang tak guna, jangan samakan kualitas baja kapal-kapal perang seperti ini dengan mobil rongsokan, jelas beda kelasnya.
Lebih dari itu ini membuktikan kemampuan tekhnisi dan insinyur indonesia memang jempolan dalam hal seni merawat alutsista, jangan heran bila orang Rusia kagum bercampur heran dengan kemampuan persenjataan yang dibeli diera Bung Karno masih mampu menjalankan misinya dengan baik.
Kapal ini dipermak oleh Angkatan Laut Indonesia, galangan kapal PT. PAL tidak menyia-nyiakan begitu mendapatkan kepercayaan besar yang diberikan padanya. Tekhnisi PT. PAL melakukan pergantian mesinnya dengan beberapa type mesin, salah satunya dari semula M504A3 buatan timur yang boros diganti menjadi mesin MTU-Detroit Type 4000 M90 16V. Mesin ini memiliki jadwal perawatan harian, setiap 250 jam, setiap 750jam, dan setiap 2.250jam. Konsumsi bahan bakarnya dapat ditekan dari 33.000 liter per hari menjadi separuhnya. Artinya kondisi Parschim Class ini sangat terawat dengan baik dan berada dalam kondisi siap tempur kapan dan dimanapun.
Untuk pertahanan terhadap serangan udara, kapal ini dilengkapi armament AK-230 berlaras ganda yang kemudian dilungsurkan diganti dengan AK-630 model gatling, tak cukup dengan itu beberapa kapal dilengkapi pertahanan udara tambahan adalah dua peluncur rudal SA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat.
Untuk kemampuan menggempur kapal-kapal selam musuh, gerombolan ”paus pembunuh” Indonesia ini dilengkapi pula dengan 2 RBU-6000. RBU-6000 adalah mortir dengan 12 laras yang dapat mengisi ulang secara otomatis. Tak cukup dengan itu sebagian kapal dilengkapi dengan peluncur torpedo MK.32 triple launcher buatan barat. Sementara yang lainnya masih mengandalkan tabung torpedo 400mm yang lama. Kekuatan armada pemukul ini akan tambah garang setelah alih tehnologi rudal C-705 dari Cina yang akan diproduksi massal oleh kedua negara, pun demikian rudal made in anak bangsa seperti R-Han 122 mm juga akan masuk arsenal kapal-kapal korvet kebanggan indonesia ini.
Sampai hari ini keseluruhan armada Parschim Class yakni KRI Kapitan Patimura, KRI Untung Suropati (872), KRI Nuku, KRI Lambung Mangkurat (874), KRI Cut Nyak Dien (375), KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376), KRI Sutanto, KRI Sutedi Senoputra, KRI Wiratno, KRI Memet Sastrawiria, KRI Tjiptadi, KRI Hasan Basri, KRI Imam Bonjol (383), KRI Pati Unus (384), KRI Teuku Umar (385), KRI Silas Papare (386), masih mampu mengarungi lautan indonesia yang begitu luas ini, paus-paus pembunuh Indonesia itu tak hanya mampu menghalau namun juga mencabik-cabik mangsanya bila berani masuk wilayah teritorial Republik Indonesia tanpa izin, karena itu jangan pernah coba-coba meremehkan armada Parschim Class Indonesia !.
Sumber:
Garuda Militer
Worl Of war.
Wikipedia Indonesia.
Saya pernah membaca ulasan mengenai persenjataan indonesia di forum kawan-kawan jiran sebelah, khususnya untuk Angkatan Laut, kebanyakan ulasannya menyebutkan alutsisita kita dalam kondisi kurang fit, bahkan salah satu forumer jiran sebelah mengatakan bahwa kesiapan keseluruhan armada Korvet Indonesia hanya ditumpukan pada empat korvet buah kelas Sigma saja, sedang yang lain khususnya Parschim Class hanyalah ongkongan besi tua yang sering ngadat, waduh enak betul menuding seperti itu, benarkah 16 Parschim Class Indonesia cuma ongkongan besi tua saat ini?
Riwayat kedatangan Parschim Class ke indonesia.
Bicara soal asal muasal dari salah satu elemen penting pertahanan laut Indonesia, tentunya kita tak bisa mengesampingkan keberadaan Korvet kebanggan negara, Parschim Class. Kita sungguh bersyukur beberapa tahun ini anggaran pertahanan naik signifikan, buahnya tentu saja pengadaan alutsisita.
Angkatan Laut Indonesia termasuk yang marasakan manisnya momen ini, dalam beberapa tahun terakhir industri dalam negeri sendiri mulai menggeliat, PT. PAL misalnya telah diinstruksikan dengan tegas oleh negara melalui mentri BUMN untuk membangun kekuatan laut Indonesia. Maka wajar saja mulai berlahiranlah armada-armada laut tangguh made in dalam negeri, sebut saja LPD Banjarmasin, Banda Aceh dan Makassar Class kemudian KCR-40-60, adalah segelintir contoh kebangkitan alutsista matra laut nasional.
Kembali ke Parschim Class yang dituding forum jiran sebelah dalam kondisi kurang fit, tentunya tak beralasan 100 %, mungkin anggapan tersebut lahir karena kurang memahami kondisi sebenarnya, lagi pula Parschim Class sendiri memang layak untuk mendapatkan tempatnya sendiri untuk dibicarakan, bukan hanya karena ia adalah bagian dari armada pemukul Angkatan Laut negeri ini, tapi juga karena riwayatnya yang kontroversi saat didatang ke Indonesia.
Bermula kisah dari proposal Pak Habibie pada Tahun 1992, saat itu 39 kapal perang eks Jerman Timur yang disimpan dipelabuhan selama 3 tahun itu dibeli pemerintah Indonesia. Terdiri atas 16 korvet kelas Parchim senilai 600.000 DM (sekitar 378.000 Dollar), 14 LST kelas Frosch senilai 550.000 DM (sekitar 346.000 Dollar) dan 9 kapal penyapu ranjau kelas Kondor senilai 300.000 DM (sekitar 189.000 Dollar).
Kali ini saya hanya membahas mengenai Parschim Class saja, pemerintah Jerman Bersatu kala itu menetapkan harga Parschim 600.000 DM (sekitar 378.000 Dollar). Tapi sayangnya kemampuan kapal-kapal tersebut saat itu macam hidup segan mati tak mau, namun kualitas baja memang masih jempolan, biasa produk blok timur.
Indonesia tentunya tak membiarkan kapal sekarang macam itu benar-benar bernasib sama seperti besi tua kiloan, saat itu diketahui bahwa kondisi kapal-kapal tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu baru layak berlayar ke Indonesia. Biaya memperbaiki kapal justru lebih mahal, setelah beberapa kali tarik ulur, dana yang diberi untuk saat itu untuk keseluruhan kapal hanya 319.000.000 USD.
Dana tersebut dipandang kurang cukup, Tim Pengadaan Kapal Jerman alias TPKJ pun tak mau ambil resiko hanya dengan dana pas-pasan, mana mungkin mampu 39 kapal eks Jerman Timur itu bisa beroperasi optimal di lautan. Ditambah lagi peralatan radar dan radio eks Rusia yang sudah kadaluarsa. Kapal-kapal bekas .Jerman Timur memakai sistem peralatan IFF (Indentification Friend or Foe) standar blok timur, berbeda dengan kapal-kapal TNI-AL yang sudah mengacu standar NATO.
Belum lagi awalnya kapal-kapal itu beroperasi di wilayah laut Baltik yang amat berbeda kondisi lingkungannya dengan lautan Indonesia. Pokoknya kondisi saat itu memang membuka segala kemungkinan spekulasi liar beredar, pucaknya sempat terjadi pembredelan majalah Tempo dan tabloid Detik karena berita investigasinya mengenai perkara ini.
Kisah lama inilah yang didengung-dengungkan oleh banyak forumer khususnya jiran indonesia tentang kesiapan armada korvet tersebut,- sebuah perang psikologi yang juga diamini oleh segelintir orang Indonesia sendiri-, bahkan ada yang memperkirakan jika kapal yang akhirnya berhasil diboyong oleh Jakarta saat itu benar-benar dalam kondisi apa adanya alias rangka besi yang dipaksakan berjalan dan dipercantik dengan tampilan saja. Separah itukah armada pemukul indonesia itu?
Parschim Class, Armada Pemukul Yang Siap selalu!
Bebeda dengan beberapa jiran Indonesia yang terbilang baru merasakan alutsista blok timur, Indonesia paham betul kualitas armament dan armornya, kualitas baja memang diatas rata-rata, tengok saja kualitas baja panser-panser Soviet di Indonesia atau Submarine Jerman macam KRI Nenggala baru selesai di Overhoule itu, masih tangguh dan berkelas.
Tentu saja bukan hanya itu, indonesia yang telah kenyang asam garam retrofit tentu paham benar bagaimana meremajakan kembali “kakek-kakek’ ex jerman timur itu menjadi gagah perkasa kembali, apalagi selalu dirawat dengan tangan-tangan “dingin” yang trampil dan profesional. Indonesia bukan negara yang tidak memiliki galangan kapal dan industri perkapalan serta industri baja berkualitas, meremajakan kapal-kapal lawas menjadi baru kembali bukan hal yang sulit bagi para insiyur dan ahli mesin indonesia.
Masih ingat retrofit BTR-40?, sudah tinggal rangka bajanya saja, namun dengan kualitas baja yang masih mumpuni, BTR-40 berhasil ditarik kembali dari liang lahat dengan mengganti mesin, alat komunikasi dan persenjataan, bahkan sampai hari ini masih mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Benar BTR-40 adalah produk lawas, tapi tentunya dengan peremajaan seperti ini tak bisa disamakan lgi kondisi BTR-40 hari ini dengan yang dulu, pun demikian dengan Korvet Parschim Class Indonesia ini, jadi tentunya kurang bijaksana bila ada yang menuding korvet pemukul kebanggan negara ini cuma ongkongan besi yang tak guna, jangan samakan kualitas baja kapal-kapal perang seperti ini dengan mobil rongsokan, jelas beda kelasnya.
Lebih dari itu ini membuktikan kemampuan tekhnisi dan insinyur indonesia memang jempolan dalam hal seni merawat alutsista, jangan heran bila orang Rusia kagum bercampur heran dengan kemampuan persenjataan yang dibeli diera Bung Karno masih mampu menjalankan misinya dengan baik.
Kapal ini dipermak oleh Angkatan Laut Indonesia, galangan kapal PT. PAL tidak menyia-nyiakan begitu mendapatkan kepercayaan besar yang diberikan padanya. Tekhnisi PT. PAL melakukan pergantian mesinnya dengan beberapa type mesin, salah satunya dari semula M504A3 buatan timur yang boros diganti menjadi mesin MTU-Detroit Type 4000 M90 16V. Mesin ini memiliki jadwal perawatan harian, setiap 250 jam, setiap 750jam, dan setiap 2.250jam. Konsumsi bahan bakarnya dapat ditekan dari 33.000 liter per hari menjadi separuhnya. Artinya kondisi Parschim Class ini sangat terawat dengan baik dan berada dalam kondisi siap tempur kapan dan dimanapun.
Untuk pertahanan terhadap serangan udara, kapal ini dilengkapi armament AK-230 berlaras ganda yang kemudian dilungsurkan diganti dengan AK-630 model gatling, tak cukup dengan itu beberapa kapal dilengkapi pertahanan udara tambahan adalah dua peluncur rudal SA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat.
Untuk kemampuan menggempur kapal-kapal selam musuh, gerombolan ”paus pembunuh” Indonesia ini dilengkapi pula dengan 2 RBU-6000. RBU-6000 adalah mortir dengan 12 laras yang dapat mengisi ulang secara otomatis. Tak cukup dengan itu sebagian kapal dilengkapi dengan peluncur torpedo MK.32 triple launcher buatan barat. Sementara yang lainnya masih mengandalkan tabung torpedo 400mm yang lama. Kekuatan armada pemukul ini akan tambah garang setelah alih tehnologi rudal C-705 dari Cina yang akan diproduksi massal oleh kedua negara, pun demikian rudal made in anak bangsa seperti R-Han 122 mm juga akan masuk arsenal kapal-kapal korvet kebanggan indonesia ini.
Sampai hari ini keseluruhan armada Parschim Class yakni KRI Kapitan Patimura, KRI Untung Suropati (872), KRI Nuku, KRI Lambung Mangkurat (874), KRI Cut Nyak Dien (375), KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376), KRI Sutanto, KRI Sutedi Senoputra, KRI Wiratno, KRI Memet Sastrawiria, KRI Tjiptadi, KRI Hasan Basri, KRI Imam Bonjol (383), KRI Pati Unus (384), KRI Teuku Umar (385), KRI Silas Papare (386), masih mampu mengarungi lautan indonesia yang begitu luas ini, paus-paus pembunuh Indonesia itu tak hanya mampu menghalau namun juga mencabik-cabik mangsanya bila berani masuk wilayah teritorial Republik Indonesia tanpa izin, karena itu jangan pernah coba-coba meremehkan armada Parschim Class Indonesia !.
Sumber:
Garuda Militer
Worl Of war.
Wikipedia Indonesia.
Thursday, March 1, 2012
Sekilas Mengenai Panser TNI.
Dalam tulisan sebelumnya yang bertajuk, “Selamat Datang Tank TNI di Bulungan’, dalam tulisan tersebut saya membahas mengenai rencana Yonkav atau Yonif Kavaleri yang akan di aktifkan di Bulungan beberapa tahun mendatang serta rencana pembelian sejumlah Tank kelas berat atau MBT yang akan ditempatkan disana. Pada tulisan kali ini, sebagai tambahan saya juga akan membahas mengenai jenis-jenis panser TNI AD.
Berbeda dengan Yonif Infantri yang bisa beranggotakan 600-1000 personil, Yonif Kavaleri tak selalu demikian tergantung jenis dan jumlah kendaraan lapis baja yang digunakan.
Kekuatan utama dari Yonif Kavaleri sendiri terdiri dari dua jenis yaitu Tank dan Panser, istilah persenjataan ini mengacu pada bentuk kendaraan lapis baja tersebut. Tank untuk kendaraan lapis baja menggunakan penggerak rantai sedangkan panser di digerakan oleh ban sehingga dikenal dengan istilah Wheeled Armoured Vehicles atau Kendaraan Tempur Beroda.
Yonif Kavaleri di Indonesia, ada yang hanya berkekuatan Tank saja begitula dengan panser, namun ada juga yang merupakan gabungan Tank dan Panser.
Sekilas mengenai Panser TNI.
Istilah Panser atau panzer ternyata tak selalu sama digunakan diberbagai negera, di Indonesia Panser memang identik dengan kendaraan tempur lapis baja beroda. Menariknya istilah Panser atau Panzer dalam sejarah perang dunia ke-II sebenarnya adalah jenis Tank buatan Jerman yang diakui kemampuannya, berat dalam bobot namun lincah dimedan tempur.Istilah Panzer memang dari bahasa Jerman lawas yang artinya kurang lebih Baju Zirah.
(Iring-iringan BTR-50 Marinir saat bertugas di Aceh beberapa tahun yang lalu)
Panser merupakan bagian dari tulang punggung Yonif Kavaleri di Indonesia selain Tank. Pada awalnya kendaan lapis baja khususnya dalam perang dunia pertama lebih banyak menggunakan kendaraan tempur beroda, namun dimasa itu kendaraan ini dianggap kurang battle broven karena strategi yang digunakan dimasa itu adalah membuat garis pertahanan berupa parir-parit yang memanjang, sehingga kendaraan tempur beroda praktis tak mampu menjangkaunya. Kelemahan lain adalah ban yang digunakan saat itu teknologinya memang tidak secanggih saat ini, inilah yang kemudian menjadi titik penting dari revolusi keberadaan Tank dalam sejarah perang.
Sudah habiskah riwayat kendaraan tempur beroda? ternyata tidak, justru dalam beberapa pertempuran penting khususnya mendekati akhir masa kekalahan poros Axis pada perang dunia ke-II panser-panser ini digunakan sebagai alat mobilitas senjata anti tank.
Di indonesia, umumnya panser di bagi dua jenis yaitu tipe Armoured personnel carrier atau APC yaitu kendaraan tempur lapis baja ringan yang dibuat untuk mentransportasikan infanteri di medan perang.
APC biasanya hanya dipersenjatai senapan mesin, tapi varian-variannya bisa saja dipersenjatai meriam, peluru kendali anti-tank, atau mortir. Kendaraan ini sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan pertarungan langsung, melainkan untuk membawa tentara secara aman dilindungi dari senjata ringan dan pecahan-pecahan ledakan. Dewasa ini APC bisa menggunakan roda biasa maupun roda rantai.
(Saracen si Crokodile, Panser sepuh yang seharusnya sudah pensiun tapi masih punya taji saat bertugas di Aceh)
Selain itu ada tipe Infantry fighting vehicle atau IFV yaitu pengangkut infanteri lapis baja yang memiliki persenjataan yang lebih berat, dan bisa digunakan untuk pertarungan langsung. Kendaraan ini memiliki lapisan pelindung yang lebih tebal dari pengangkut personel lapis baja, dan memiliki persenjataan yang bisa menghancurkan pengangkut personel lapis baja lawan, seperti meriam otomatis dan peluru kendali anti-tank. Kendaraan seperti ini sudah dipakai untuk menggantikan peran tank ringan, digunakan untuk pengintaian, serta dipakai juga oleh satuan penerjun payung yang tidak mungkin membawa tank yang berat.
Dewasa ini panser-panser memang didesain memiliki kemampuan hebat, kelemahan-kelemahannya seperti tak mampu meloncati parit dan ban yang mudah pecah, diatasi dengan berbagai kemampuan teknologi sasis dan suspensi yang mumpuni. Untuk panser beroda ban, selain panser 4x4 ada juga panser dengan konsep ban 6x6 dan 8x8 sehingga lebih memudahkan saat manuver melahap medan berat.
Begitupula teknologi ban, dewasa ini panser-panser umumnya mulai mengadopsi teknologi run flat, artinya bila ban kempes, panser tetap bisa melaju sampai jarak 80 kilometer untuk jarak aman untuk mengganti ban. Panser Anoa buatan Indonesia juga memiliki kemampuan yang tak kalah dalam hal teknologi ban, desain ban dibuat keras sehingga tidak mudah pecah.
Di Indonesia sejarah pembelian panser secara besar-besaran sempat terjadii pada masa Bung Karno, namun sebelumnya jenis kendaraan tempur lapis baja pernah pula dikembangkan oleh Belanda semasa Indonesia masih bernama Hindia-Belanda. Kendaraan tempur lapis baja itu bernama Overvalwegen, kendaraan ini punya dua versi yaitu mengangkut pasukan dan versi senjata berat, menariknya Overvalwegen juga dikembangkan diatas rel kereta api.
Pembelian panser bersamaan dengan pembelian tank dan jumlah besar yang didatangkan tidak hanya dari Rusia namun juga dari Prancis bahkan Inggris. Dimasa Orde baru, panser kebanyakan di datangkan dari Amerika dan Inggris.
(keterbatasan tak menghalangi tugas prajurid pengawal NKRI)
Kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Rusia dimasa Orde Baru dan sempat mengalami embargo alutsista oleh barat khususnya Amerika praktis membuat kemampuan panser menurun. Inilah yang kemudian membuat Indonesia melakukan program retrofit yaitu mencakup penggantian mesin dan persenjataan serta perawatan kualitas baja panser dan tank. Sehingga tak selalu benar bahwa panser-panser maupun tank Indonesia sudah cukup uzur dan tidak mampu menjalankan tugasnya, sebab kualitas mesin dan senjata yang kemampuannya selalu diupgread dan kualitas baja yang selalu terpelihara mematahkan peryataan miring tentang kemampuan panser-panser indonesia.
Hubungan Indonesia-Rusia yang mulai kembali harmonis dalam satu dekade terakhir menjadi angin segar bagi modernisasi militer indonesia, ini membuka peluang ketersedian alutsista modern bagi Indonesia karena Rusia sepakat untuk tidak mengembargo Indonesia berbeda dengan negara-negara barat.
Bahkan pemerhati militer Rusia begitu kagum dengan kemampuan para insinyur Indonesia, -khususnya pada Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD dan PT. Pindad- karena produk Panser dan Tank di era Presiden Sukarno yang dibeli dari mereka seperti BTR-40, BTR-50 P dan PT-76 ternyata masih mampu menjalankan tugasnya dengan kualitas kesiapan yang baik walaupun mesin dan pesenjataannya telah diganti.
Tak hanya disitu Panser-panser ini juga diupread kemampuannya dengan ditambahkan teknologi komunikasi terbaru. BTR-40 bahkan ditambah dengan turet putar sehingga mampu memberikan perlindungan lebih pada penembak.
Saat ini arsenal panser dan tank Indonesia telah melakukan modernisasi, produsennya pun beragam selain dari Rusia, Amerika, Inggris dan Prancis, ada juga dari Afrika Utara serta Korea. Diantaranya merupakan produk-produk yang didatangkan pada tahun 1970 hingga 2011 seperti Tank Scorpion, APC Alvis Stromer, VAB Renault, Caspir-MK3, V-150, BTR-80, BMP-2 dan BMP-3F, plus LVTP-7.
APR-1 dan Revolusi Panser Indonesia.
Indonesia tentunya tak puas dengan hal ini. PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia juga kemudian merancang Panser secara madiri, khususnya dimasa konflik aceh antara TNI dan GAM.
(APR-1, si kijang kecil yang lincah dan gahar)
Indonesia dilarang oleh negara-negara barat untuk menggunakan arsenal yang dibeli dari mereka. Pemerintah Inggris misalnya menyatakan keberatan bila Tank Scorpion dan Panser Alvis Stromer yang dibeli dari mereka digunakan untuk menumpas militan GAM. Pemerintah Inggris bahkan mengancam akan mengembargo suku cadang bila Indonesia tetap menjalankan niatnya menggunakan Tank Scorpion dan Panser Alvis Stromer, ini bukan kali pertama Indonesia diperlakukan seperti ini oleh negara barat.
Dalam kondisi serba sulit seperti itu, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto pada suatu kesempatan meminta Pindad membuat kendaraan pengangkut personel untuk mengisi kebutuhan TNI. Tanpa banyak gembar-gembor PT. Pindad melakukan unjuk gigi dengan membuktikan kemampuan mereka memenuhi kendaraan lapis baja untuk menunjang keselamatan personil TNI di Aceh. Ini menjadi berkah bagi perusahaan dalam negeri seperti PT. Pindad untuk menunjukan kemampuan mereka, tidak hanya dalam hal senjata perorangan dan peluru, Pindad juga mulai membuat panser 4x4 di ikuti panser kemudian 6x6.
Menariknya karena karena terdesak oleh waktu dan banyaknya kebutuhan akan lapis baja yang diterjunkan selama operasi pemulihan keamanan di Aceh, PT. Pindad dengan jitu mendesain panser lengkap perlindungan yang diberikan pada bagian kaca serta ditambahkan dengan turet penembak diatas mobil, jadilah panser pertama dan sederhana milik PT. Pindad yang diberi nama Panser APR-1 atau angkut personil sedang.
(Kreatif, Truk sipil pun disulap jadi kendaraan angkut personel tahan peluru)
Soal persenjataan, APR-1 memang pantas membikin ciut nyali para perusuh, APR-1 mampu memanggul mulai dari pelontar granat otomatis AGL-40, senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm, senapan mesin sedang (SMS) kaliber 7,62 mm hingga pelontar granat kaliber 60 mm. Di tenagai mesin Isuzu light truck 120 ps kendaraan ini bisa dipacu hingga 120 Km per jam dengan kapasitas 12 orang sehingga cocok untuk untuk melakukan pengejaran terhadap musuh.
APR-1 merupakan panser yang memang sudah terbukti kehandalannya alias battle proven, bagaimana tidak dari 40 panser yang dikirim selama bertugas hanya 2 buah yang rusak itupun karena faktor tehnis semata, satu rusak karena kecelakaan dan yang terakhir karena terjangan Tsunami.
Tak hanya itu, PT. Pindad juga melapisi Truk-truk pengangkut personil milik Polri maupun TNI dengan menambahkan pelindungan body truk yang dilapis dengan baja tahan peluru. Ide brilian ini bukan hanya memberi perlindungan lebih pada personil tapi juga efek gentar bagi militan GAM. Truk yang dilapis baja tahan peluru ini diambil dari platporm Truk Isuzu yang memang banyak digunakan oleh kesatuan-kesatuan TNI/Polri, walaupun tidak dilengkapi dengan turet penembak seperti yang dimiliki oleh APR-1, namun disisi kanan dan kiri Truk dilengkapi dengan lubang penembak. Sama seperti APR-1 Truk ini juga diberi perlindungan pada bagian kaca dan bagian depan dengan plat baja.
Bila melihat sepintas Truk pengangkut personil racikan Pindad ini mengingatkan saya pada strategi yang pernah di terapkan oleh Admiral Yi Soon Shin yang melapis kapal-kapal angkatan laut Dinasti Joseon Korea pada abad-17 dengan baja, sehingga kapal tersebut diberi nama Kapal Kura-kura atau Geobukseon.
(Geobukseon darat made in Pindad)
Dengan bermodal kapal seperti ini, bangsa Korea berhasil menghalau serbuan tentara Jepang yang dari segi kuntitas lebih unggul dari korea dalam pertempuran legendaris diselat Mriyongyang ,- pertempuran hebat ini dikemudian hari melahirkan legenda 13 vs 333. artinya 13 kapal perang terakhir angkatan laut Joseon melawan 333 kapal perang Jepang-. Strategi yang sama diterapkan oleh Pindad dengan memanfaatkan Truk-truk militer yang ada dan dilapis dengan baja merupakan sebuah ide yang memang brilian.
APC Anoa, Master Piece Panser Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, PT. Pindad dengan dibantu oleh insitusi lain seperti BPPT, ternyata tak puas hati dengan Panser 4x4 sebelumnya. Dengan kerja keras yang tak kenal lelah Pindad kemudian menghasilkan Panser Anoa Indonesia yang makin dikenal dan diakui oleh dunia internasional.
Panser Van Bandung ini sepintas agak mirip dengan model panser buatan Renault, Prancis yaitu VAB. Tak salah memang bila ada anggapan seperti itu, karena VAB racikan Renault itu memang sudah lama dikenal di Indonesia. Namun tentunya juga tak benar bila APC Anoa merupakan Copy Paste keseluruhan dari VAB, sebab Anoa menghadirkan banyak perubahan yang tak dimiliki oleh VAB.
Dari segi desain saja sudah terlihat, APC Anoa memiliki suspensi yang telah disempurnakan, bahkan dalam hal kenyamanan juru tembak, Panser indonesia ini mempunyai kubah tempat penembak depan yang terpisah. Bandingkan pada VAB, kubah penembak SMB (senapan mesin berat) tepat berada di samping pengemudi, tentu posisi ini kurang efisien bagi penembak maupun pengemudi panser tersebut.
(APC Anoa, karya seni militer buatan anak bangsa)
Penyempurnaan lain terletak pada penempatan lampu, lampu dari Anoa terletak dikanan dan kiri dengan posisi lebih tinggi dari VAB, sederhana sekali? Ya, memang tapi coba bayangkan bila harus melakukan misi menyebrangi sungai dimalam hari, Anoa tentunya lebih unggul dari VAB yang kedua lampunya diletakan di bagian bawah persis dekat dengan posisi ban. Tentunya kedepan kemampuan Anoa kan lebih ditingkatkan kembali dengan adanya alat perangkat penglihatan malam sehingga misi patroli maupun tempur bisa lebih mumpuni.
Soal armament dan armor, kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan, sebagaian besar beralatan persenjataan Anoa dibuat didalam negeri PT.Pindad dan PT. Dahana adalah penyuplai utamanya. Armament dari Anoa sendiri terdiri dari SMB 12,7 mm atau pelontar granat AGL 40 mm, masih bisa ditambah dengan senjata perorangan yang dibawa oleh anggota TNI yang bertugas. Demikian pula kualitas armor atau baja yang dibuat oleh perusahaan dalam negeri PT. Krakatau Steel, makin tambah gahar saja Angkut Personel Amphibi Indonesia ini.
Menariknya PT. Pindad selaku produsen dari APC Anoa tetap ingin berbagi rizki dengan pengrajin Indonesia, misalnya komponen Knalpot tidak dibuat oleh PT.Pindad namun oleh para pengrajin dari Purbalingga. Inilah yang membuat industri rumahan seperti ini bisa merasakan manisnya rizki dari hasil penjualan alutsisita ini sehingga mereka lebih termotivasi lagi untuk menghasilkan knalpot yang berkualitas dan menjaga mutu dari hasil produknya, karena PT. Pindad tak pernah main-main dalam hal mutu komponen panser APC Anoa ini.
(produksi massal panser Anoa, dilirik berbagai negara)
Meskipun mesin masih impor dari Renault, namun PT. Pindad tak terlalu pusing, pengalaman berharga yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam meretrofit atau meremajakan Tank dan Panser TNI menjadikan PT. Pindad lebih fleksibel dalm urusan dapur pacu panser ini. Selain mesin dari Renault, APC Anoa juga dapat menggunakan mesin-mesin yang memiliki kemampuan yang sama dengan mesin yang dihasilkan pabrikan Renault seperti mesin-mesin Marcedes misalnya,-tentu saja soal mesin-mesin apa saja yang digunakan selain dari pabrikan Renault sudah di uji oleh PT. Pindad sebelumnya,- ini tak lain upaya untuk memaksimalkan kemampuan produksi dan tak mudah didekte oleh pabrikan yang bergerak pada bidang yang sama.
Walaupun belum penah diterjunkan dalam misi tempur, seperti APR-1 di Aceh beberapa tahun yang lalu, namun Anoa mencatat prestasi yang gemilang, dibawah payung misi perdamaian di Libanon, tiga belas panser digunakan dalam misi tersebut. Tentu saja yang tak kalah manisnya, APC Anoa telah dilirik oleh banyak negara, selain Indonesia yang telah memesan panser van bandung ini, ada juga negara Malaysia, Brunai dan Oman, bahkan kabarnya Nepal dan Timor Leste juga berminat membeli panser kebanggan Indonesia ini.
Kita berharap Industri militer dalam negeri seperti Pindad dan BUMNIS lainnya tidak terlena dengan prestasi yang diraih sebelumnya, namun tetap fokus dan terus berkarya dan berinovasi untuk kemajuan dan kemandirian bangsa dalam hal Alutsisita. Rasa-rasanya jika seperti ini, keinginan dan ambisi untuk Berdikari dalam hal persenjataan bukanlah mimpi tapi kenyataan yang akan semakin nyata kedepannya. Amin.
Tuesday, February 28, 2012
Menanti Angkatan Laut Republik Indonesia Yang Tangguh Di Laut Sulawesi.
(KRI Diponegoro, salah satu dari 4 Sigma Class terbaru Indonesia)
Memanasnya kawasan Ambalat yang merupakan bagian dari Laut Sulawesi beberapa tahun yang lalu dan menjadi potensi besar yang berdampak pada kesetabilan ekonomi, politik dan keamanan di wilayah ini, khususnya bagi kabupaten dan kota yang berbatasan dengan Malaysia Timur dan Filipina Selatan.
Sepanjang sejarahnya, Laut Sulawesi menjadi ajang perebutan kekuasaan yang sebelumnya berlaku antara kerajaan dan kesultanan tradisional seperti Bulungan, Sulu dan Brunai yang kemudian perseteruan itu dilanjutkan lagi oleh Belanda, British (Inggris) dan Spanyol. Masalah bajak laut dan perdagangan budak yang terjadi pada abad 17 hingga 19 M, menjadi warna tersendiri yang juga mempengaruhi stabilitas dikawasan sengketa tersebut.
Jauh-jauh hari sebelum mendiang AB. Lapian berpulang, sang nahkoda telah menegaskan perlunya bangsa ini memperhatikan kawasan Laut Sulawesi yang kaya akan potensi ekonomi namun juga kaya akan potensi sengketa yang dapat berujung pada tragedi kemanusiaan.
Seteru Angkatan Laut dan Bajak Laut.
Sejarah berdarah dikawasan laut Sulawesi bukan hanya beberapa puluh tahun lalu saja terjadi, memanasnya ambalat yang kaya akan sumberdaya mineral, jauh berabad sebelumnya potensi laut dan perdagangan menjadi sengketa juga tak kalah serunya.
Sultan Bulungan, Alimuddin Sang Penakluk (1777-1817), yang sebelumnya telah menyatukan wilayah utara dan Selatan Bulungan, harus mengangkat senjata untuk menghadapai serangan bajak-bajak laut yang merupakan musuh tradisional Bulungan selama 40 tahun usia pemerintahannya.
(Kapal Cepat Rudal 40 Indonesia, makin gahar dengan rudal R-HAN dan C-705)
Ia tidak hanya dikenal sebagai pemeluk agama Islam yang baik, namun juga diplomat yang ulung dan panglima militer yang disegani. Bakat militernya telah diasah sejak masih belia dan turut pula bersama sang ayah, Wira Amir atau Sultan Amiril Mukminin (1731-1777) menghadang serangan bajak laut yang tidak hanya menghancurkan perkampungan tapi juga menangkapi rakyat Bulungan yang dijual di pasar budak.
Memiliki angkatan laut yang kuat menjadi impiannya, melindungi rakyatnya adalah keinginannya. Salah satu misi militer yang dikenal dalam sejarah Bulungan adalah pembebasan Tawau, armada laut bulungan dibawah komado putra Alimuddin, Laksamana NI’ sukses meghancurkan gerombolan bajak laut yang meneror perairan Teluk Sebuku -Santa Lucia, dalam lidah orang Spanyol- serta mengontrol kekuatan ekonomi, politik dan keamanan daerah tersebut, Bulungan menjadi segera menjadi Kesultanan maritim yang cukup kuat hingga penetrasi Belanda dan perjanjian Belanda dan Inggris di Pulau Kalimantan pada 1912. Pada tahun 1916, Belanda menetapkan Staatsblad 1916 No.115. tentang batas wilayah Kesultanan Bulungan dengan daerah Inggris di Kalimantan Utara, berakhirlah kekuasan Bulungan atas wilayah tawau.
Peristiwa ini digambarkan dengan apik dalam kilasan sejarah bulungan:
“Dari permulaan politik kontrak disahkan, hingga tahun 1914 hanja dua orang Controleur, pertama di-Tanjung Selor merangkap Ctr. Tarakan dan Malinau, kedua di-Tawau, tetapi dalam tahun 1902 Ctr. Tawau membunuh diri karena kedudukanja djatuh ditangan kompeni Inggeris, sebab2nja tidak njata, tetapi dalam tahun 1911 selalu lagi daerah Tawau itu dikundjungi oleh Ctr. Bulongan entah apakah jang dimaksud tindjauan itu”.
Selain Bulungan yang berseteru dengan bajak laut, Belanda juga tak ingin kehilangan momentum, keinginan belanda adalah menciptakan pemerintahan yang teratur dan kuat dibawah genggaman pemerintah belanda atau Pax Naderlanica, namun impian itu tak akan tercapai bila tak mampu menguasai Bulungan untuk menghentikan dominasi Inggris yang bergerak ke selatan. Apalagi setelah James Brook, seorang petualang Inggris yang mengunjungi Kesultanan Brunei 1840 dan memberikan ganti rugi untuk menguasai Bandar niaganya, sikap James Brook mendapat rekasi protes dari pemerintah Kolonial Belanda, namun Inggris beralasan bahwa negaranya belum berniat menjadikan Brunei sebagai koloninya, walaupun sejarah akhirnya membuktikan Inggris akhirnya berhasil menjadikan kawasan Kalimantan utara (Nort Borneo) sebagai wilayah koloninya.
Melemahnya Angkatan Laut Bulungan setelah pertempuran dengan armada kesultanan Gunung Tabur yang dibantu oleh pelayar Inggris pada tahun 1862, serta tak stabilnya pemerintahan setelah wafatnya Sultan Datuk Alam Muhammad Adil (1873-1875), makin memuluskan jalan bagi pemerintah belanda untuk menguasai Pantai timur Kalimantan bagian utara ini, Belanda juga berpijak pada perjanjian yang dibuat pada tahun 1850 yang melegalkan keberadaan mereka diperairan tersebut.
Sebelumnya Belanda menginvasi ibu kota Kesultanan Kutai, Tenggarong pada tahun 1844, begitu pula penyerangan empat armada Belanda yaitu Korvet Heldin, Brik Syiwa, skuner korokodil, dan Kastor atas Kesultanan Sembaliung di Batu Putih tahun 1834. Lebih gilanya lagi, Dengan dalih membasmi bajak laut dan menciptakan keamanan armada Belanda juga menembaki kota Jolo, ibu kota dari kesultanan Sulu yang dianggap Belanda berperan dalam menyuplai bajak-bajak laut diwlayah berairan Berau-Bulungan.
Hubungan segitiga antara Belanda, British dan Spanyol dikemudian hari ternyata disatukan dalam berbagai perjanjian yang menjamin keamanan antara ketiga negera tersebut, salah satu dalihnya adalah membasmi bajak laut diperairan Sulawesi.
Armada Laut Tengah, Perisai Indonesia di laut Sulawesi.
Rencana pemarintah untuk menambah satu lagi armada laut di kawasan laut Sulawesi yang juga dikenal sebagai ALKI II menjadi jawaban bagi ancaman di perairan laut yang kaya potensi ini.
(satu dari empat LPD Indonesia)
Indonesia telah memiliki dua armada yaitu Armada laut barat dan Armada Laut timurm, kekuatan pemukul terbesar ada dikawasan timur sehingga menjadikan Surabaya sebagai Naval Base terbesar di Asia Tenggara.
Gangguan kedaulatan yang terjadi di kawasan Ambalat dan lepasnya Simpadan serta Ligitan, mau tak mau menjadi pelajaran penting bagi bangsa ini untuk mengalihkan pandangan yang lebih luas dikawasan laut Sulawesi.
Kita juga tak dapat menampik sejarah penyerbuan tentara Jepang atas Tarakan –tahun 1942- yang menggoyahkan kekuasaan belanda di mulai di perairan yang keramat ini. Misi pemerintah menambah jumlah armada menjadi tiga wajib di dukung oleh seluruh elemen bangsa ini. kita tak ingin mengulangi kesalahan Hindia Belanda dimasa lampau yang memusatkan seluruh kekuatan militer pulau Jawa.
Jumlah KRI yang semakin bertambah baik kualitas dan kuantitas tiap tahun, memungkinkan pembentukan armada laut tengah terjadi. Indonesia negara dengan panjang garis pantai 1,9 juta ini harus mampu mengembangkan pertahanan mandiri tanpa harus terus tergantung dengan orang lain.
Bangsa ini memiliki potensi SDM maupun SDA yang mampu dan mumpuni bila benar-benar di kelola dengan baik, dalam segi alutsisita kita telah mampu membangun secara mandiri. Dilaut, PT. PAL mampu membangun LPD Banjarmasin dan Makassar Class serta KCR-40 merupakan contoh nyata kemampuan Berdikari Indonesia membangun angkatan lautnya sendiri.
Memanasnya kawasan Ambalat yang merupakan bagian dari Laut Sulawesi beberapa tahun yang lalu dan menjadi potensi besar yang berdampak pada kesetabilan ekonomi, politik dan keamanan di wilayah ini, khususnya bagi kabupaten dan kota yang berbatasan dengan Malaysia Timur dan Filipina Selatan.
Sepanjang sejarahnya, Laut Sulawesi menjadi ajang perebutan kekuasaan yang sebelumnya berlaku antara kerajaan dan kesultanan tradisional seperti Bulungan, Sulu dan Brunai yang kemudian perseteruan itu dilanjutkan lagi oleh Belanda, British (Inggris) dan Spanyol. Masalah bajak laut dan perdagangan budak yang terjadi pada abad 17 hingga 19 M, menjadi warna tersendiri yang juga mempengaruhi stabilitas dikawasan sengketa tersebut.
Jauh-jauh hari sebelum mendiang AB. Lapian berpulang, sang nahkoda telah menegaskan perlunya bangsa ini memperhatikan kawasan Laut Sulawesi yang kaya akan potensi ekonomi namun juga kaya akan potensi sengketa yang dapat berujung pada tragedi kemanusiaan.
Seteru Angkatan Laut dan Bajak Laut.
Sejarah berdarah dikawasan laut Sulawesi bukan hanya beberapa puluh tahun lalu saja terjadi, memanasnya ambalat yang kaya akan sumberdaya mineral, jauh berabad sebelumnya potensi laut dan perdagangan menjadi sengketa juga tak kalah serunya.
Sultan Bulungan, Alimuddin Sang Penakluk (1777-1817), yang sebelumnya telah menyatukan wilayah utara dan Selatan Bulungan, harus mengangkat senjata untuk menghadapai serangan bajak-bajak laut yang merupakan musuh tradisional Bulungan selama 40 tahun usia pemerintahannya.
(Kapal Cepat Rudal 40 Indonesia, makin gahar dengan rudal R-HAN dan C-705)
Ia tidak hanya dikenal sebagai pemeluk agama Islam yang baik, namun juga diplomat yang ulung dan panglima militer yang disegani. Bakat militernya telah diasah sejak masih belia dan turut pula bersama sang ayah, Wira Amir atau Sultan Amiril Mukminin (1731-1777) menghadang serangan bajak laut yang tidak hanya menghancurkan perkampungan tapi juga menangkapi rakyat Bulungan yang dijual di pasar budak.
Memiliki angkatan laut yang kuat menjadi impiannya, melindungi rakyatnya adalah keinginannya. Salah satu misi militer yang dikenal dalam sejarah Bulungan adalah pembebasan Tawau, armada laut bulungan dibawah komado putra Alimuddin, Laksamana NI’ sukses meghancurkan gerombolan bajak laut yang meneror perairan Teluk Sebuku -Santa Lucia, dalam lidah orang Spanyol- serta mengontrol kekuatan ekonomi, politik dan keamanan daerah tersebut, Bulungan menjadi segera menjadi Kesultanan maritim yang cukup kuat hingga penetrasi Belanda dan perjanjian Belanda dan Inggris di Pulau Kalimantan pada 1912. Pada tahun 1916, Belanda menetapkan Staatsblad 1916 No.115. tentang batas wilayah Kesultanan Bulungan dengan daerah Inggris di Kalimantan Utara, berakhirlah kekuasan Bulungan atas wilayah tawau.
Peristiwa ini digambarkan dengan apik dalam kilasan sejarah bulungan:
“Dari permulaan politik kontrak disahkan, hingga tahun 1914 hanja dua orang Controleur, pertama di-Tanjung Selor merangkap Ctr. Tarakan dan Malinau, kedua di-Tawau, tetapi dalam tahun 1902 Ctr. Tawau membunuh diri karena kedudukanja djatuh ditangan kompeni Inggeris, sebab2nja tidak njata, tetapi dalam tahun 1911 selalu lagi daerah Tawau itu dikundjungi oleh Ctr. Bulongan entah apakah jang dimaksud tindjauan itu”.
Selain Bulungan yang berseteru dengan bajak laut, Belanda juga tak ingin kehilangan momentum, keinginan belanda adalah menciptakan pemerintahan yang teratur dan kuat dibawah genggaman pemerintah belanda atau Pax Naderlanica, namun impian itu tak akan tercapai bila tak mampu menguasai Bulungan untuk menghentikan dominasi Inggris yang bergerak ke selatan. Apalagi setelah James Brook, seorang petualang Inggris yang mengunjungi Kesultanan Brunei 1840 dan memberikan ganti rugi untuk menguasai Bandar niaganya, sikap James Brook mendapat rekasi protes dari pemerintah Kolonial Belanda, namun Inggris beralasan bahwa negaranya belum berniat menjadikan Brunei sebagai koloninya, walaupun sejarah akhirnya membuktikan Inggris akhirnya berhasil menjadikan kawasan Kalimantan utara (Nort Borneo) sebagai wilayah koloninya.
Melemahnya Angkatan Laut Bulungan setelah pertempuran dengan armada kesultanan Gunung Tabur yang dibantu oleh pelayar Inggris pada tahun 1862, serta tak stabilnya pemerintahan setelah wafatnya Sultan Datuk Alam Muhammad Adil (1873-1875), makin memuluskan jalan bagi pemerintah belanda untuk menguasai Pantai timur Kalimantan bagian utara ini, Belanda juga berpijak pada perjanjian yang dibuat pada tahun 1850 yang melegalkan keberadaan mereka diperairan tersebut.
Sebelumnya Belanda menginvasi ibu kota Kesultanan Kutai, Tenggarong pada tahun 1844, begitu pula penyerangan empat armada Belanda yaitu Korvet Heldin, Brik Syiwa, skuner korokodil, dan Kastor atas Kesultanan Sembaliung di Batu Putih tahun 1834. Lebih gilanya lagi, Dengan dalih membasmi bajak laut dan menciptakan keamanan armada Belanda juga menembaki kota Jolo, ibu kota dari kesultanan Sulu yang dianggap Belanda berperan dalam menyuplai bajak-bajak laut diwlayah berairan Berau-Bulungan.
Hubungan segitiga antara Belanda, British dan Spanyol dikemudian hari ternyata disatukan dalam berbagai perjanjian yang menjamin keamanan antara ketiga negera tersebut, salah satu dalihnya adalah membasmi bajak laut diperairan Sulawesi.
Armada Laut Tengah, Perisai Indonesia di laut Sulawesi.
Rencana pemarintah untuk menambah satu lagi armada laut di kawasan laut Sulawesi yang juga dikenal sebagai ALKI II menjadi jawaban bagi ancaman di perairan laut yang kaya potensi ini.
(satu dari empat LPD Indonesia)
Indonesia telah memiliki dua armada yaitu Armada laut barat dan Armada Laut timurm, kekuatan pemukul terbesar ada dikawasan timur sehingga menjadikan Surabaya sebagai Naval Base terbesar di Asia Tenggara.
Gangguan kedaulatan yang terjadi di kawasan Ambalat dan lepasnya Simpadan serta Ligitan, mau tak mau menjadi pelajaran penting bagi bangsa ini untuk mengalihkan pandangan yang lebih luas dikawasan laut Sulawesi.
Kita juga tak dapat menampik sejarah penyerbuan tentara Jepang atas Tarakan –tahun 1942- yang menggoyahkan kekuasaan belanda di mulai di perairan yang keramat ini. Misi pemerintah menambah jumlah armada menjadi tiga wajib di dukung oleh seluruh elemen bangsa ini. kita tak ingin mengulangi kesalahan Hindia Belanda dimasa lampau yang memusatkan seluruh kekuatan militer pulau Jawa.
Jumlah KRI yang semakin bertambah baik kualitas dan kuantitas tiap tahun, memungkinkan pembentukan armada laut tengah terjadi. Indonesia negara dengan panjang garis pantai 1,9 juta ini harus mampu mengembangkan pertahanan mandiri tanpa harus terus tergantung dengan orang lain.
Bangsa ini memiliki potensi SDM maupun SDA yang mampu dan mumpuni bila benar-benar di kelola dengan baik, dalam segi alutsisita kita telah mampu membangun secara mandiri. Dilaut, PT. PAL mampu membangun LPD Banjarmasin dan Makassar Class serta KCR-40 merupakan contoh nyata kemampuan Berdikari Indonesia membangun angkatan lautnya sendiri.
Monday, February 20, 2012
Mengangkat lagi kepermukaan, Sejarah Kapal Selam di Front Tarakan.
(Kapal selam K-X, salah satu yang pernah di tugaskan di perairan Tarakan semasa Pasifik pecah)
Sebuah berita gembira saya baca beberapa waktu yang lalu, indonesia akan menambah lagi 3 armada kapal selam dari pabrikan "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME) yang dilakukan dalam bentuk joint production Indonesia-Korsel. Indonesia sendiri akan merancang kapal selam setelah melakukan Transper of Teknologi (TOT) dari korsel yang dimulai tahun 2020.
Changbogo class demikian nama yang diemban kapal selam paling mutahir TNI AL yang direncanakan bertugas sekitar tahun 2012 ini. Kapal selam ini memiliki berat 1.500 Ton, walau disebut Type 209 namun teknologi persenjataan yang diusungnya adalah Type 214, ini membuat kemampuan kapal selam terbaru ini tak kalah dengan kepal-kapal selam lainnya, Korea sendiri mendapat lisensi langsung Jerman yang tak lain adalah datuknya kapal selam dalam sejarah.
Saat ini Indonesia sudah memiliki dua buah kapal selam pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat sejak 8 Juli 1981 –sebelumnya di era Bung Karno kita memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey tahun 1960-an dari Rusia-, kedua kapal selam kebanggaan negara saat ini yakni KRI Cakra 401 dan Nenggala 402, kemampuan dan persenjataan keduanya sendiri telah ditingkatkan, KRI Cakra sendiri sudah bertugas setelah mengalami Repowering begitu pula KRI Nenggala yang telah melakukan Overhoul di pabrikan yang sama menelurkan Changbogo class, "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME), Korea Selatan.
Kabarnya, kapal-kapal selam mutakhir ini juga akan di operasikan disekitar perairan selat Makasar, khususnya disekitar perairan Tarakan dan Ambalat, konon penempatan ini tak lain untuk menyambut dua buah kapal selam baru negara sahabat, - KD Tun Abdul Razak dan KD Tun Abdul Rahman yang sebelumnya sudah berpangkalan di Teluk Sepanggar, Sabah, - Bila seandainya dua buah Scorpene class itu ingin melakukan kunjungan “silaturahmi” di perairan Indonesia.
Saya jadi teringat kisah pengoperasian kapal selam di perairan Tarakan sebelum indonesia merdeka, kapal selam rupanya punya sejarah tersendiri di front Tarakan, kisah mengenainya hampir terlupa oleh sejarah, tak ada salahnya kita angkat kembali kepermukaan, menjadi sebuah pelajaran bagaimana pentingnya sebuah pertahanan yang handal bagi negara ini.
Sub Marine Tipe Kolonie, Monster Bawah Laut Sekutu di Front Tarakan.
Hindia Belanda semasa “diasuh” oleh Holand, merupakan termasuk negara koloni yang lamban memodernasi alat utama sistem senjata yang dimilikinya, banyak peralatan yang digunakan merupakan produk kelas dua dari pabrikan Amerika maupun tinggalan perang dunia pertama. Namun pemerintah Kolonial Hindia-Belanda nampaknya boleh bangga karena mereka memiliki sejumlah kapal selam dimasa itu yang sempat dioprasikan semasa pecah perang pasifik.
Menurut catatan sejarah, kapal selam hindia belanda jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah K-VIII, K-IX, K-X, K-XVIII, K-XVII, K-XV, K-XIV, K- XIII dan K- XII, istilah “K” sendiri mengacu pada nama Kolonien. Kapal-kapal selam ini dulunya sebelum diberangkatkan ke Hindia Belanda sempat berpangkalan di galangan kapal Rotterdam, kemudian sejak 1934 beberapa kapal selam tersebut telah ditempatkan di Nieuwediep (Belanda).
Kapal selam ini dibuat di galangan kapal Rotterdamse Droogdok Maatschappij, Rotterdam, serta didesain oleh orang Belanda sendiri JJ van der Struyff, B.Sc.
Pada tanggal 7 pebruari 1934, kapal-kapal selam ini berangkat menuju Hindia belanda dengan mengambil rute melalui Lisbon, Cadiz, Palermo, Port Said, Suez, Aden dan Kolombo. Kemudian pada tangga 12 Apr 1934, Kapal selam tiba di Padang dan dilayarkan ke pangkalan angkatan laut di Surabaya.
Kiprah kapal selam ini mulai muncul kepermukaan setelah tanggal 19 Nov 1941, Submarine Divisi III yang terdiri dari K-XIV, K-XV dan K XVI berangkat dari Surabaya menuju Tarakan. Sejak tanggal 22 November, kapal-kapal ini sudah meronda disekitar perairan Tarakan.
Kekuatan kapal-kapal selam ini dibagi-bagi lagi, pada 8 Desember 1941 di malam hari, ada Perintah kepada Submarine Divisi III untuk membentuk garis piket Utara-Barat 'Stroomenkaap' dalam rangka untuk menutupi pintu masuk utara ke Selat Makassar. Dari posisi ini kapal-kapal selam itu juga bisa digunakan untuk pertahanan Tarakan (Kalimantan).
Mata-mata Jepang rupanya juga mengetahui, posisi pulau Tarakan hanya dipertahankan segelintir kapal selam yang selalu berpindah-pindah posisi, selain harus meronda disekitar Manado, ada juga yang di tarik Ke Balikpapan, alhasil di hari pendaratan tentara Jepang kapal selam yang meronda disekitar perairan Tarakan cuma sebiji belakangan diketahui kapal selam yang mempertahankan Tarakan adalah K-X yang bukan dari Divisi III, kapal selam ini dikomandoi oleh Letnan P. G. de Back, tiba di Tarakan pada 8 januarai 1942 setelah melakukan pelayaran dari Ambon. Tugas utama K-X saat itu adalah mengawal kapal penabur ranjau Prins Van Orange, namun kalah jumlah dan moril dari tentara penyerang, kapal selam sekutu ini gagal mempertahankan pulau Tarakan.
Walau begitu bukan berarti kiprah kapal selam kolonial diperairan Tarakan tamat, setidaknya diketahui pada tahun 1943 dan 1944, tak lama setelah pendaratan Jepang di Tarakan, kapal selam Hindia Belanda ini sempat melancarkan operasi pendaratan mata-mata dengan kode sandi “Phiton” dan “Squirel” disekitar perairan Sesayap dan Sesanip.
Demikianlah secuil sejarah kapal selam di perairan Tarakan semasa perang fasifik, semoga tulisan kecil ini dapat berguna mengingatkan kita betapa pentingnya sejarah maritim yang kita miliki. (ditambahkan dari berbagai sumber)
Sumber:
Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kx.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxvi.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxv.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxiv.htm
http://indomiliter.wordpress.com/2009/03/25/kri-cakra-siluman-bawah-laut-tni-al/
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/kapal-selam-yang-dipesan-tni-al-memakai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/05/kri-cakra-401-pasca-repowering.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/kri-nanggala-akan-jalani-overhaul-di_24.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/05/ksal-pemeriksaan-kri-nanggala-segera-selesai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2010/02/bikin-kapal-selam-pal-incar-jerman-dan-korea.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/2-kapal-selam-baru-ditargetkan-datang.html
Sebuah berita gembira saya baca beberapa waktu yang lalu, indonesia akan menambah lagi 3 armada kapal selam dari pabrikan "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME) yang dilakukan dalam bentuk joint production Indonesia-Korsel. Indonesia sendiri akan merancang kapal selam setelah melakukan Transper of Teknologi (TOT) dari korsel yang dimulai tahun 2020.
Changbogo class demikian nama yang diemban kapal selam paling mutahir TNI AL yang direncanakan bertugas sekitar tahun 2012 ini. Kapal selam ini memiliki berat 1.500 Ton, walau disebut Type 209 namun teknologi persenjataan yang diusungnya adalah Type 214, ini membuat kemampuan kapal selam terbaru ini tak kalah dengan kepal-kapal selam lainnya, Korea sendiri mendapat lisensi langsung Jerman yang tak lain adalah datuknya kapal selam dalam sejarah.
Saat ini Indonesia sudah memiliki dua buah kapal selam pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat sejak 8 Juli 1981 –sebelumnya di era Bung Karno kita memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey tahun 1960-an dari Rusia-, kedua kapal selam kebanggaan negara saat ini yakni KRI Cakra 401 dan Nenggala 402, kemampuan dan persenjataan keduanya sendiri telah ditingkatkan, KRI Cakra sendiri sudah bertugas setelah mengalami Repowering begitu pula KRI Nenggala yang telah melakukan Overhoul di pabrikan yang sama menelurkan Changbogo class, "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME), Korea Selatan.
Kabarnya, kapal-kapal selam mutakhir ini juga akan di operasikan disekitar perairan selat Makasar, khususnya disekitar perairan Tarakan dan Ambalat, konon penempatan ini tak lain untuk menyambut dua buah kapal selam baru negara sahabat, - KD Tun Abdul Razak dan KD Tun Abdul Rahman yang sebelumnya sudah berpangkalan di Teluk Sepanggar, Sabah, - Bila seandainya dua buah Scorpene class itu ingin melakukan kunjungan “silaturahmi” di perairan Indonesia.
Saya jadi teringat kisah pengoperasian kapal selam di perairan Tarakan sebelum indonesia merdeka, kapal selam rupanya punya sejarah tersendiri di front Tarakan, kisah mengenainya hampir terlupa oleh sejarah, tak ada salahnya kita angkat kembali kepermukaan, menjadi sebuah pelajaran bagaimana pentingnya sebuah pertahanan yang handal bagi negara ini.
Sub Marine Tipe Kolonie, Monster Bawah Laut Sekutu di Front Tarakan.
Hindia Belanda semasa “diasuh” oleh Holand, merupakan termasuk negara koloni yang lamban memodernasi alat utama sistem senjata yang dimilikinya, banyak peralatan yang digunakan merupakan produk kelas dua dari pabrikan Amerika maupun tinggalan perang dunia pertama. Namun pemerintah Kolonial Hindia-Belanda nampaknya boleh bangga karena mereka memiliki sejumlah kapal selam dimasa itu yang sempat dioprasikan semasa pecah perang pasifik.
Menurut catatan sejarah, kapal selam hindia belanda jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah K-VIII, K-IX, K-X, K-XVIII, K-XVII, K-XV, K-XIV, K- XIII dan K- XII, istilah “K” sendiri mengacu pada nama Kolonien. Kapal-kapal selam ini dulunya sebelum diberangkatkan ke Hindia Belanda sempat berpangkalan di galangan kapal Rotterdam, kemudian sejak 1934 beberapa kapal selam tersebut telah ditempatkan di Nieuwediep (Belanda).
Kapal selam ini dibuat di galangan kapal Rotterdamse Droogdok Maatschappij, Rotterdam, serta didesain oleh orang Belanda sendiri JJ van der Struyff, B.Sc.
Pada tanggal 7 pebruari 1934, kapal-kapal selam ini berangkat menuju Hindia belanda dengan mengambil rute melalui Lisbon, Cadiz, Palermo, Port Said, Suez, Aden dan Kolombo. Kemudian pada tangga 12 Apr 1934, Kapal selam tiba di Padang dan dilayarkan ke pangkalan angkatan laut di Surabaya.
Kiprah kapal selam ini mulai muncul kepermukaan setelah tanggal 19 Nov 1941, Submarine Divisi III yang terdiri dari K-XIV, K-XV dan K XVI berangkat dari Surabaya menuju Tarakan. Sejak tanggal 22 November, kapal-kapal ini sudah meronda disekitar perairan Tarakan.
Kekuatan kapal-kapal selam ini dibagi-bagi lagi, pada 8 Desember 1941 di malam hari, ada Perintah kepada Submarine Divisi III untuk membentuk garis piket Utara-Barat 'Stroomenkaap' dalam rangka untuk menutupi pintu masuk utara ke Selat Makassar. Dari posisi ini kapal-kapal selam itu juga bisa digunakan untuk pertahanan Tarakan (Kalimantan).
Mata-mata Jepang rupanya juga mengetahui, posisi pulau Tarakan hanya dipertahankan segelintir kapal selam yang selalu berpindah-pindah posisi, selain harus meronda disekitar Manado, ada juga yang di tarik Ke Balikpapan, alhasil di hari pendaratan tentara Jepang kapal selam yang meronda disekitar perairan Tarakan cuma sebiji belakangan diketahui kapal selam yang mempertahankan Tarakan adalah K-X yang bukan dari Divisi III, kapal selam ini dikomandoi oleh Letnan P. G. de Back, tiba di Tarakan pada 8 januarai 1942 setelah melakukan pelayaran dari Ambon. Tugas utama K-X saat itu adalah mengawal kapal penabur ranjau Prins Van Orange, namun kalah jumlah dan moril dari tentara penyerang, kapal selam sekutu ini gagal mempertahankan pulau Tarakan.
Walau begitu bukan berarti kiprah kapal selam kolonial diperairan Tarakan tamat, setidaknya diketahui pada tahun 1943 dan 1944, tak lama setelah pendaratan Jepang di Tarakan, kapal selam Hindia Belanda ini sempat melancarkan operasi pendaratan mata-mata dengan kode sandi “Phiton” dan “Squirel” disekitar perairan Sesayap dan Sesanip.
Demikianlah secuil sejarah kapal selam di perairan Tarakan semasa perang fasifik, semoga tulisan kecil ini dapat berguna mengingatkan kita betapa pentingnya sejarah maritim yang kita miliki. (ditambahkan dari berbagai sumber)
Sumber:
Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kx.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxvi.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxv.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxiv.htm
http://indomiliter.wordpress.com/2009/03/25/kri-cakra-siluman-bawah-laut-tni-al/
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/kapal-selam-yang-dipesan-tni-al-memakai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/05/kri-cakra-401-pasca-repowering.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/kri-nanggala-akan-jalani-overhaul-di_24.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/05/ksal-pemeriksaan-kri-nanggala-segera-selesai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2010/02/bikin-kapal-selam-pal-incar-jerman-dan-korea.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/2-kapal-selam-baru-ditargetkan-datang.html
Wednesday, December 21, 2011
Selamat Datang Tank TNI Di Bulungan!
(Leopard 2A6, salah satu MBT terbaik di dunia)
Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata oleh negara beberapa tahun ini ramai dibicarakan dalam berbagai forum resmi maupun forum militer di berbagai situs jejaring sosial dan internet. Salah satu yang menjadi perbincangan menarik adalah seputar perlu tidaknya indonesia memiliki tank kelas berat alias Main Bettle Tank (MBT).
Bulungan menyambut alutsista sangar.
Rencana Indonesia untuk membeli sejumlah di tank kelas berat menambah hangat perbincangan, terlebih dalam rencana tersebut sejumlah MBT akan disebar dikawasan perbatasan di kalimantan, itu artinya sejumlahlah tank kelas berat itu bakal nongkrong di Yonif Kaveleri di Pontianak (Kalbar) menyusul kemudian Yonif Kaveleri di Bulungan yang juga akan diaktifkan. Pemerintah khususnya TNI AD memiliki pilihan MBT jika tidak Leopard dari Jerman dan ya T-90 Rusia.
Kabar mengenai rancana penempatan sejumlah Tank di Bulungan mencuat setelah situs Defend Studies dan Indonesia Defend mengemukakan bahwa :
Komandan Kodim 0903/Tanjung Selor Letnan Kolonel Inf Gema Repelita mendampingi Tim dari Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) meninjau rencana pembangunan Batalyon Kaveleri TNI AD di Desa Gunung Sari, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kaltim. Kegiatan peninjauan tersebut berlangsung selama dua hari dari tanggal 17 hingga 18 Oktober 2011.
Tim dari Mabesad yang melaksanakan kunjungan adalah Kolonel Inf Suyatno Paban III/Binorg Sopsad, Letkol Czi Haryono Pabandya 2/Pangkalan Slogad, Mayor Kav Susanto Kabag Binmat Sdirlitbang Pussenkav dan Mayor Arm I Gusti Agung Putu S Pabanda Binorg Spaban III Sopsad.
Selain Dandim 0903/Tsr turut mendampingi Tim dari Mabesad tersebut Kasbrigif 24/BC Letkol Inf ST Agus Santoso. Direncanakan Yonkav Kodam VI/Mlw mulai dibangun tahun 2012 berdampingan dengan Mabrigif 24/BC dan direncanakan menggunakan ranpur tank Leopard 2 type Main Battle tank buatan Jerman dengan spesifikasi berat 62,3 ton, panjang 9,97 meter dan lebar 3,75 meter.
Sebagian besar kawan-kawan di forum militer menyetujui rencana besar tersebut, menurut mereka penempatan MBT akan memberikan keseimbangan kekuatan militer disepanjang perbatasan, apalagi jumlah yang tank yang direncanakan akan dibeli berkisar 50 hingga 100 buah. Disisi lain negara sahabat seperti malaysia sudah memiliki sejumlah MBT pabrikan Polnad PT-91, Singapura memiliki Leopard, demikian juga Thailand diantaranya M48 Patton (US). Kepemilikan MBT oleh indonesia akan memberi dampak keseimbangan kekuatan khususnya dikawasan Kalimantan. Seorang pengamat militer bahkan memperkirakan Yonkav di Kalbar paling tidak memiliki satu batalyon kavaleri berkekuatan 70-75 MBT, mengingat ATM sudah memiliki brigade artileri dan kavaleri di Sarawak
Disisilain ada juga forumer yang menyetujui rencana pembelian MBT, namun mempertanyakan pergelaran MBT di kalimantan, menurutnya MBT kurang cocok di kalimantan mengingat kontur tanahnya yang kurang mendukung sehingga dikawatirkan amblas mengingat bobot MBT mencapai 60 Ton, mereka berpendapat lebih baik pergelaran diberikan pada tank-tank kelas ringan saja (Light Tank) dari jenis Scorpion, dan AMX-13 yang lebih cepat. Menurutnya lagi sebagian besar Main Bettle Tank milik ATM juga tidak akan jauh-jauh dari semenanjung mengingat negara itu sendiri dari awal memang mempersiapkan MBT untuk menghadapi MBT Abrams (US) dan Leopard Singapura.
Terlepas dari berbagai macam perbincangan hangat tersebut, Yonif Kaveleri Bulungan yang akan diaktifkan dalam tahun-tahun kedepan mau tak mau harus berbenah diri, terlepas jenis Tank apa yang akan kita terima, -mau MBT atau Light Tank sama saja-, paling tidak kita di Bulungan telah memiliki sedikit gambaran mengenai jenis tank yang mungkin akan bercokol di Bulungan, TNI AD setidaknya memiliki sekitar sejumlah Tank kelas ringan (Light Tank) dari jenis Scorpion dan AMX-13, selain MBT yang masih terus diusahan hadir sebagai alutsisita penting TNI kedepan.
( T-90, MBT Rusia yang berkelas)
Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambahan peralatan baru sebanyak 65 unit kendaraan tempur MBT, 53 unit kendaraan tempur Tank Medium dan 60 unit kendaraan tempur Panser Kanon Medium dalam kurun tahun 2011-2014. Kekuatan ini akan bertambah mengingat Indonesia melalui Pindad akan memproduksi Panser Kanon 90 mm untuk Kavaleri dan panser Kanon 20 mm untuk Infantri Mekanis.
Terlepas dari kekuatan Tank yang digunakan oleh Korps Marinir indonesia macam BMP-2, BMP-3F, BTR-50, PT-76 plus LVTP-7, semua tank Korp Marinir memang identik dengan Rusky (Rusia)
Saya berharap setidaknya selain jenis tank yang akan didrop ke Bulungan, Brigif kita disini juga kebagian alutsista buatan dalam negeri misalnya Panser APC Anoa 6x6 buatan indonesia yang sudah terkenal dan diekspor ke berbagai negara, atau bisa juga baru-baru ini kendaraan taktik 4x4 macam Bhirawa (Sherpanya Pindad Indonesia) atau Garda yang juga butan Indonesia. Tak ada salahnya jika di Bulungan juga dibentuk Yonif Infantri Mekanis dengan panser Anoa 6x6 sebagai salah satu kendaraan tempur pendukung Kavaleri.
Spesikifasi MBT dan Light Tank, calon penghuni Yonkav Bulungan.
Berbicara mengenai jenis-jenis tank yang bakal menempati posnya di Bulungan, kurang afdol rasanya jika tidak membahas mengenai spesifikasinya. Dalam tulisan ini saya kan mengerucutkannya pada dua jenis MBT dan dua jenis Light Tank saja yaitu Leopard, T-90, Scorpion, dan AMX-13.
Pertama kita akan membahas mengenai Leopard 2A6, Tank kelas berat ini dianggap salah satu yang terbaik di dunia, itulah sebab mengapa Tank ini menjadi salah satu pilihan utama MBT indonesia kedepannya.
MenurutKepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Leopard punya beberapa keunggulan pemilihan tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2A6 sudah melalui berbagai kajian dari beberapa aspek. Antara lain, aspek strategi militer, yakni susunan kekuatan militer dibangun dan dipersiapkan sejak dini dengan asumsi adanya ancaman yang paling mungkin.
Pramono menyatakan, setiap negara dalam strategi militernya pasti fokus kepada desain kapabilitas objektif, berupa susunan satuan-satuan tempur, bantuan tempur (banpur), dan unsur pendukung secara terintegratif dan komprehensif. Keunggulan militer di atas kertas, imbuhnya, dapat dinilai dari keunggulan kapabilitasnya dari sudut kemampuan daya gerak atau manuver, daya tembak, daya kejut, dan daya penghancur, serta daya tahannya sebagai kekuatan. "Baik itu penangkal, penindak, penghancur maupun pemulih," kata Pramono.
Dia melanjutkan, kalau dilihat dari taktik bertempur matra darat, maka Tank Leopard adalah pilihan yang tepat untuk menghadapi kekuatan darat lawan yang memiliki tank MBT sekelasnya. Dalam taktik bertempur kekuatan tank tempur, kata Pramono, harus dihadapi dengan tank tempur pula.Ditinjau aspek itu, menurut Pramono, keunggulan MBT Leopard bisa digunakan, yang meliputi kemampuan daya gerak, tembak, daya kejut dan penghancuran. Belum lagi keunggulan desain teknologinya yaitu, besaran calibernya 120 milimeter, jarak capai, kemampuan penetrasi dan penghancurannya, stabilizer system dan armor protection-nya.
Leopard, sambung Pramono, juga punya keunggulan yang sangat menentukan yaitu, kemampuan firing control system dan automatic target tracking system yang sangat akurat, serta auto ammo loader guna mempercepat daya tembaknya, thermal imaging sight, laser range finder, dan balistic computer. Pramono mengatakan, aspek geografi Indonesia juga menentukan pemilihan MBT Leopard yang beratnya 63 ton. Tank tersebut, sebut dia, dapat bergerak dan bermanuver dengan leluasa di wilayah Indonesia, kecuali di wilayah tertentu yang tidak memungkinkan bagi manuver tank tempur berat.
(Scorpion 90, Little MBT Indonesia)
Selain Leopard Indonesia juga punya calon lain untuk MBT untuk angkatan darat yaitu T-90 Rusia, Tank ini dianggap termasuk yang terbaik dikelasnya. Dewasa ini T-90 merupakan Tank Tempur Utama Rusia (MBT) yang dikembangkan dari T-72, dan saat ini merupakan tank paling modern yang beroperasi dengan AD dan Infanteri AL Rusia, dan AD India.
T-90 menggunakan senapan dan pembidik gunner 1G46 dari T-80U, mesin baru, dan penjejak panas. Termasuk sistem perlindungan Kontakt-5 ERA, penerima peringatan laser, kreator pulsa elektromagnetik EMT-7 untuk memusnahkan ranjau magnetis dan sistem jamming ATGM inframerah Shtora. Tank ini dirancang dan dibuat oleh Uralvagonzavod, di Nizhny Tagil, Rusia.
Persenjataan utama T-90 adalah meriam smoothbore 2A46M 125 mm. Meriam ini adalah versi modifikasi meriam anti-tank Sprut, dan merupakan meriam yang sama yang digunakan oleh tank seri T-80. Meriam ini dapat diganti tanpa pembongkaran turret dan mampu menembakkan amunisi armour-piercing fin-stabilized discarding sabot (APFSDS), high-explosive anti-tank (HEAT-FS), and high explosive fragmentation (HE-FRAG), serta misil kendali anti-tank 9M119M Refleks. Misil Refleks memiliki kendali sinar laser semi-otomatis dan tandem dengan hulu ledak HEAT. Memiliki jarak tembak efektif 100 m hingga 6 km, dan dengan waktu 17,5 detik untuk mencapai jarak maksimum. Refleks dapat menembus ~ 950 mm besi baja dan juga dapat ditembakkan ke sasaran udara rendah seperti helikopter.
Senapan mesin anti-pesawat Kord yang 12.7mm dapat dioperasikan dari dalam tank oleh komandan dan memiliki jangkauan 2 km dengan 650-750 putaran per menit dengan 300 kotak amunisi. Senapan mesin coaxial PKT 7,62 mm dengan berat sekitar 10,5 kg, mempunyai kapasitas 250 kotak amunisi (7000 putaran) dengan tambahan berat 9,5 kg.
Ok, kita sudah membahas sedikit MBT buatan Rusia dan Jerman yang memang dari jaman bahari dikenal sebagai Maestro dalam meracik Main Bettle Tank kelas dunia. Nah lalu bagaimana dengan Light Tank yang juga punya kans yang besar menjadi kadindat keluarga besar Yonif Kavaleri Bulungan.
Light Tank Scorpion 90, kadang disebut juga Little MBT-nya Indonesia. Scorpion adalah tank ringan dengan bobot sekitar 8 ton. Jadi menurut analis, inilah tank yang cocok untuk kondisi geografis Indonesia. Bobotnya yang ringan, memudahkan mobilitas tank ini, rantainya pun tak merusak aspal jalan. Riwayat desain tank ini cukup panjang, mulai dirancang pada tahun 1967 dan mulai beroperasi untuk Angkatan Darat Inggris di tahun 1973. Dengan rancang bangun dan bobot yang ringan, dua unit Scorpion versi intai/Combat Vehicle Reconnaissance dapat dimasukan ke dalam sebuah pesawat angkut tipe C-130 Hercules.
(AMX-13, Light Tank utama Indonesia)
Ada beberapa versi Scorpion, persenjataan yang paling berat memang kanon kaliber 90 mm, tapi Scorpion juga ditawarkan dalam versi kanon 76 mm dan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Versi kanon 76 mm pernah dilibatkan oleh Inggris dalam perang Malvinas dan perang Teluk pertama. Masing-masing versi pada kubahnya dibekali senapan mesin coaxial berkaliber 7,62 mm. Khusus untuk versi 90 mm yang menggunakan kanon Cockerill 90mm milik TNI-AD, mampu membawa 40 amunisi dari tipe HE, HEAT, HESH dan Smoke (dengan phosphorus).
Scorpion sempat diterjunkan dalam operasi penumpasan GAM di NAD, tapi kemudian urung dilakukan karena ancaman embargo suku cadang oleh pemerintah Inggris. Populasi Scorpion dalam beberapa tipe saat ini mencapai 3000 unit di seluruh dunia. Indonesia sendiri disebut memiliki kurang lebih 90 unit Scorpion.
Light Tank AMX-13, berbeda dengan Scorpion 90 asal UK, AMX-13 Indonesia ini buatan pabrikan Prancis, jumlahnyapun disebut paling banyak dijajaran TNI AD saat ini, AMX-13 saat ini menjadi tank utama milik TNI jumlahnya disinyalir kurang lebih 275 unit. Amx-13 versi Canon ini memiliki bobot berat kosong 13.7 ton dan Berat tempurnya 14.5 ton.
AMX-13 yang kini dioperasikan TNI-AD telah mengalami program retrofit di Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD pada tahun 1995, retrofit tersebut mencakup pemasangan mesin Detroit Diesel DDA GM6V-53 T, 6 silinder 2 langkah turbocharged dengan daya 290 BHP/2800 RPM dan Torsi 91,67 KGM/1600 RPM yang mampu meningkatkan power weight ratio dan pemakaian bahan bakar lebih hemat. AMX-13 menggunakan transmisi otomatis ZF 5WG-180 dengan 5 percepatan maju dan 2 percepatan mundur, hal ini tentu lebih memudahkan pengoperasian tank. Untuk suspensi mengadopsi tipe hydropnematic “Dunlostrut”, meningkatkan kemampuan lintas medan dan mampu menambah kenyamanan awak tank.
Dan baru-baru ini pada tahun 2011 PT. Pindad dipercaya melakukan Upgread kemampuan dari Light Tank andalan TNI AD ini, misalnya ukuran kanon sebelumnya berkisar 75 mm naik taraf menjadi 105 mm versi SPHnya AMX Mk 61. AMX-13 juga diperkuat dengan senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan 3600 peluru.
Demikianlah sedikit mengenai gambaran mengenai calon penghuni Yonif Kavaleri Bulungan, semoga bermanfaat.
Sumber:
http://rindam-brawijaya.blogspot.com/2010/02/pusenkav-inginkan-main-battle-tank-mbt.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/yonkav-kalimantan-timur-akan-diperkuat.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/12/pemerintah-siapkan-us280-juta-untuk-100.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/02/pussenkav-ujicoba-amx-13-upgrade.html
Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata oleh negara beberapa tahun ini ramai dibicarakan dalam berbagai forum resmi maupun forum militer di berbagai situs jejaring sosial dan internet. Salah satu yang menjadi perbincangan menarik adalah seputar perlu tidaknya indonesia memiliki tank kelas berat alias Main Bettle Tank (MBT).
Bulungan menyambut alutsista sangar.
Rencana Indonesia untuk membeli sejumlah di tank kelas berat menambah hangat perbincangan, terlebih dalam rencana tersebut sejumlah MBT akan disebar dikawasan perbatasan di kalimantan, itu artinya sejumlahlah tank kelas berat itu bakal nongkrong di Yonif Kaveleri di Pontianak (Kalbar) menyusul kemudian Yonif Kaveleri di Bulungan yang juga akan diaktifkan. Pemerintah khususnya TNI AD memiliki pilihan MBT jika tidak Leopard dari Jerman dan ya T-90 Rusia.
Kabar mengenai rancana penempatan sejumlah Tank di Bulungan mencuat setelah situs Defend Studies dan Indonesia Defend mengemukakan bahwa :
Komandan Kodim 0903/Tanjung Selor Letnan Kolonel Inf Gema Repelita mendampingi Tim dari Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) meninjau rencana pembangunan Batalyon Kaveleri TNI AD di Desa Gunung Sari, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kaltim. Kegiatan peninjauan tersebut berlangsung selama dua hari dari tanggal 17 hingga 18 Oktober 2011.
Tim dari Mabesad yang melaksanakan kunjungan adalah Kolonel Inf Suyatno Paban III/Binorg Sopsad, Letkol Czi Haryono Pabandya 2/Pangkalan Slogad, Mayor Kav Susanto Kabag Binmat Sdirlitbang Pussenkav dan Mayor Arm I Gusti Agung Putu S Pabanda Binorg Spaban III Sopsad.
Selain Dandim 0903/Tsr turut mendampingi Tim dari Mabesad tersebut Kasbrigif 24/BC Letkol Inf ST Agus Santoso. Direncanakan Yonkav Kodam VI/Mlw mulai dibangun tahun 2012 berdampingan dengan Mabrigif 24/BC dan direncanakan menggunakan ranpur tank Leopard 2 type Main Battle tank buatan Jerman dengan spesifikasi berat 62,3 ton, panjang 9,97 meter dan lebar 3,75 meter.
Sebagian besar kawan-kawan di forum militer menyetujui rencana besar tersebut, menurut mereka penempatan MBT akan memberikan keseimbangan kekuatan militer disepanjang perbatasan, apalagi jumlah yang tank yang direncanakan akan dibeli berkisar 50 hingga 100 buah. Disisi lain negara sahabat seperti malaysia sudah memiliki sejumlah MBT pabrikan Polnad PT-91, Singapura memiliki Leopard, demikian juga Thailand diantaranya M48 Patton (US). Kepemilikan MBT oleh indonesia akan memberi dampak keseimbangan kekuatan khususnya dikawasan Kalimantan. Seorang pengamat militer bahkan memperkirakan Yonkav di Kalbar paling tidak memiliki satu batalyon kavaleri berkekuatan 70-75 MBT, mengingat ATM sudah memiliki brigade artileri dan kavaleri di Sarawak
Disisilain ada juga forumer yang menyetujui rencana pembelian MBT, namun mempertanyakan pergelaran MBT di kalimantan, menurutnya MBT kurang cocok di kalimantan mengingat kontur tanahnya yang kurang mendukung sehingga dikawatirkan amblas mengingat bobot MBT mencapai 60 Ton, mereka berpendapat lebih baik pergelaran diberikan pada tank-tank kelas ringan saja (Light Tank) dari jenis Scorpion, dan AMX-13 yang lebih cepat. Menurutnya lagi sebagian besar Main Bettle Tank milik ATM juga tidak akan jauh-jauh dari semenanjung mengingat negara itu sendiri dari awal memang mempersiapkan MBT untuk menghadapi MBT Abrams (US) dan Leopard Singapura.
Terlepas dari berbagai macam perbincangan hangat tersebut, Yonif Kaveleri Bulungan yang akan diaktifkan dalam tahun-tahun kedepan mau tak mau harus berbenah diri, terlepas jenis Tank apa yang akan kita terima, -mau MBT atau Light Tank sama saja-, paling tidak kita di Bulungan telah memiliki sedikit gambaran mengenai jenis tank yang mungkin akan bercokol di Bulungan, TNI AD setidaknya memiliki sekitar sejumlah Tank kelas ringan (Light Tank) dari jenis Scorpion dan AMX-13, selain MBT yang masih terus diusahan hadir sebagai alutsisita penting TNI kedepan.
( T-90, MBT Rusia yang berkelas)
Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambahan peralatan baru sebanyak 65 unit kendaraan tempur MBT, 53 unit kendaraan tempur Tank Medium dan 60 unit kendaraan tempur Panser Kanon Medium dalam kurun tahun 2011-2014. Kekuatan ini akan bertambah mengingat Indonesia melalui Pindad akan memproduksi Panser Kanon 90 mm untuk Kavaleri dan panser Kanon 20 mm untuk Infantri Mekanis.
Terlepas dari kekuatan Tank yang digunakan oleh Korps Marinir indonesia macam BMP-2, BMP-3F, BTR-50, PT-76 plus LVTP-7, semua tank Korp Marinir memang identik dengan Rusky (Rusia)
Saya berharap setidaknya selain jenis tank yang akan didrop ke Bulungan, Brigif kita disini juga kebagian alutsista buatan dalam negeri misalnya Panser APC Anoa 6x6 buatan indonesia yang sudah terkenal dan diekspor ke berbagai negara, atau bisa juga baru-baru ini kendaraan taktik 4x4 macam Bhirawa (Sherpanya Pindad Indonesia) atau Garda yang juga butan Indonesia. Tak ada salahnya jika di Bulungan juga dibentuk Yonif Infantri Mekanis dengan panser Anoa 6x6 sebagai salah satu kendaraan tempur pendukung Kavaleri.
Spesikifasi MBT dan Light Tank, calon penghuni Yonkav Bulungan.
Berbicara mengenai jenis-jenis tank yang bakal menempati posnya di Bulungan, kurang afdol rasanya jika tidak membahas mengenai spesifikasinya. Dalam tulisan ini saya kan mengerucutkannya pada dua jenis MBT dan dua jenis Light Tank saja yaitu Leopard, T-90, Scorpion, dan AMX-13.
Pertama kita akan membahas mengenai Leopard 2A6, Tank kelas berat ini dianggap salah satu yang terbaik di dunia, itulah sebab mengapa Tank ini menjadi salah satu pilihan utama MBT indonesia kedepannya.
MenurutKepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Leopard punya beberapa keunggulan pemilihan tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2A6 sudah melalui berbagai kajian dari beberapa aspek. Antara lain, aspek strategi militer, yakni susunan kekuatan militer dibangun dan dipersiapkan sejak dini dengan asumsi adanya ancaman yang paling mungkin.
Pramono menyatakan, setiap negara dalam strategi militernya pasti fokus kepada desain kapabilitas objektif, berupa susunan satuan-satuan tempur, bantuan tempur (banpur), dan unsur pendukung secara terintegratif dan komprehensif. Keunggulan militer di atas kertas, imbuhnya, dapat dinilai dari keunggulan kapabilitasnya dari sudut kemampuan daya gerak atau manuver, daya tembak, daya kejut, dan daya penghancur, serta daya tahannya sebagai kekuatan. "Baik itu penangkal, penindak, penghancur maupun pemulih," kata Pramono.
Dia melanjutkan, kalau dilihat dari taktik bertempur matra darat, maka Tank Leopard adalah pilihan yang tepat untuk menghadapi kekuatan darat lawan yang memiliki tank MBT sekelasnya. Dalam taktik bertempur kekuatan tank tempur, kata Pramono, harus dihadapi dengan tank tempur pula.Ditinjau aspek itu, menurut Pramono, keunggulan MBT Leopard bisa digunakan, yang meliputi kemampuan daya gerak, tembak, daya kejut dan penghancuran. Belum lagi keunggulan desain teknologinya yaitu, besaran calibernya 120 milimeter, jarak capai, kemampuan penetrasi dan penghancurannya, stabilizer system dan armor protection-nya.
Leopard, sambung Pramono, juga punya keunggulan yang sangat menentukan yaitu, kemampuan firing control system dan automatic target tracking system yang sangat akurat, serta auto ammo loader guna mempercepat daya tembaknya, thermal imaging sight, laser range finder, dan balistic computer. Pramono mengatakan, aspek geografi Indonesia juga menentukan pemilihan MBT Leopard yang beratnya 63 ton. Tank tersebut, sebut dia, dapat bergerak dan bermanuver dengan leluasa di wilayah Indonesia, kecuali di wilayah tertentu yang tidak memungkinkan bagi manuver tank tempur berat.
(Scorpion 90, Little MBT Indonesia)
Selain Leopard Indonesia juga punya calon lain untuk MBT untuk angkatan darat yaitu T-90 Rusia, Tank ini dianggap termasuk yang terbaik dikelasnya. Dewasa ini T-90 merupakan Tank Tempur Utama Rusia (MBT) yang dikembangkan dari T-72, dan saat ini merupakan tank paling modern yang beroperasi dengan AD dan Infanteri AL Rusia, dan AD India.
T-90 menggunakan senapan dan pembidik gunner 1G46 dari T-80U, mesin baru, dan penjejak panas. Termasuk sistem perlindungan Kontakt-5 ERA, penerima peringatan laser, kreator pulsa elektromagnetik EMT-7 untuk memusnahkan ranjau magnetis dan sistem jamming ATGM inframerah Shtora. Tank ini dirancang dan dibuat oleh Uralvagonzavod, di Nizhny Tagil, Rusia.
Persenjataan utama T-90 adalah meriam smoothbore 2A46M 125 mm. Meriam ini adalah versi modifikasi meriam anti-tank Sprut, dan merupakan meriam yang sama yang digunakan oleh tank seri T-80. Meriam ini dapat diganti tanpa pembongkaran turret dan mampu menembakkan amunisi armour-piercing fin-stabilized discarding sabot (APFSDS), high-explosive anti-tank (HEAT-FS), and high explosive fragmentation (HE-FRAG), serta misil kendali anti-tank 9M119M Refleks. Misil Refleks memiliki kendali sinar laser semi-otomatis dan tandem dengan hulu ledak HEAT. Memiliki jarak tembak efektif 100 m hingga 6 km, dan dengan waktu 17,5 detik untuk mencapai jarak maksimum. Refleks dapat menembus ~ 950 mm besi baja dan juga dapat ditembakkan ke sasaran udara rendah seperti helikopter.
Senapan mesin anti-pesawat Kord yang 12.7mm dapat dioperasikan dari dalam tank oleh komandan dan memiliki jangkauan 2 km dengan 650-750 putaran per menit dengan 300 kotak amunisi. Senapan mesin coaxial PKT 7,62 mm dengan berat sekitar 10,5 kg, mempunyai kapasitas 250 kotak amunisi (7000 putaran) dengan tambahan berat 9,5 kg.
Ok, kita sudah membahas sedikit MBT buatan Rusia dan Jerman yang memang dari jaman bahari dikenal sebagai Maestro dalam meracik Main Bettle Tank kelas dunia. Nah lalu bagaimana dengan Light Tank yang juga punya kans yang besar menjadi kadindat keluarga besar Yonif Kavaleri Bulungan.
Light Tank Scorpion 90, kadang disebut juga Little MBT-nya Indonesia. Scorpion adalah tank ringan dengan bobot sekitar 8 ton. Jadi menurut analis, inilah tank yang cocok untuk kondisi geografis Indonesia. Bobotnya yang ringan, memudahkan mobilitas tank ini, rantainya pun tak merusak aspal jalan. Riwayat desain tank ini cukup panjang, mulai dirancang pada tahun 1967 dan mulai beroperasi untuk Angkatan Darat Inggris di tahun 1973. Dengan rancang bangun dan bobot yang ringan, dua unit Scorpion versi intai/Combat Vehicle Reconnaissance dapat dimasukan ke dalam sebuah pesawat angkut tipe C-130 Hercules.
(AMX-13, Light Tank utama Indonesia)
Ada beberapa versi Scorpion, persenjataan yang paling berat memang kanon kaliber 90 mm, tapi Scorpion juga ditawarkan dalam versi kanon 76 mm dan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Versi kanon 76 mm pernah dilibatkan oleh Inggris dalam perang Malvinas dan perang Teluk pertama. Masing-masing versi pada kubahnya dibekali senapan mesin coaxial berkaliber 7,62 mm. Khusus untuk versi 90 mm yang menggunakan kanon Cockerill 90mm milik TNI-AD, mampu membawa 40 amunisi dari tipe HE, HEAT, HESH dan Smoke (dengan phosphorus).
Scorpion sempat diterjunkan dalam operasi penumpasan GAM di NAD, tapi kemudian urung dilakukan karena ancaman embargo suku cadang oleh pemerintah Inggris. Populasi Scorpion dalam beberapa tipe saat ini mencapai 3000 unit di seluruh dunia. Indonesia sendiri disebut memiliki kurang lebih 90 unit Scorpion.
Light Tank AMX-13, berbeda dengan Scorpion 90 asal UK, AMX-13 Indonesia ini buatan pabrikan Prancis, jumlahnyapun disebut paling banyak dijajaran TNI AD saat ini, AMX-13 saat ini menjadi tank utama milik TNI jumlahnya disinyalir kurang lebih 275 unit. Amx-13 versi Canon ini memiliki bobot berat kosong 13.7 ton dan Berat tempurnya 14.5 ton.
AMX-13 yang kini dioperasikan TNI-AD telah mengalami program retrofit di Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD pada tahun 1995, retrofit tersebut mencakup pemasangan mesin Detroit Diesel DDA GM6V-53 T, 6 silinder 2 langkah turbocharged dengan daya 290 BHP/2800 RPM dan Torsi 91,67 KGM/1600 RPM yang mampu meningkatkan power weight ratio dan pemakaian bahan bakar lebih hemat. AMX-13 menggunakan transmisi otomatis ZF 5WG-180 dengan 5 percepatan maju dan 2 percepatan mundur, hal ini tentu lebih memudahkan pengoperasian tank. Untuk suspensi mengadopsi tipe hydropnematic “Dunlostrut”, meningkatkan kemampuan lintas medan dan mampu menambah kenyamanan awak tank.
Dan baru-baru ini pada tahun 2011 PT. Pindad dipercaya melakukan Upgread kemampuan dari Light Tank andalan TNI AD ini, misalnya ukuran kanon sebelumnya berkisar 75 mm naik taraf menjadi 105 mm versi SPHnya AMX Mk 61. AMX-13 juga diperkuat dengan senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan 3600 peluru.
Demikianlah sedikit mengenai gambaran mengenai calon penghuni Yonif Kavaleri Bulungan, semoga bermanfaat.
Sumber:
http://rindam-brawijaya.blogspot.com/2010/02/pusenkav-inginkan-main-battle-tank-mbt.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/yonkav-kalimantan-timur-akan-diperkuat.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/12/pemerintah-siapkan-us280-juta-untuk-100.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/02/pussenkav-ujicoba-amx-13-upgrade.html
Subscribe to:
Posts (Atom)