Saturday, September 29, 2012

Menyikapi insiden terbakarnya KRI Klewang.


(KRI Klewang dalam kenangan, penggantinya harus lebih baik lagi!)

Ada perasaan kurang nyaman saya rasa sore tadi, perasaan saya menyatakan seperti ada sesuatu yang tak beres, selepas shalat Isa saya iseng membuka-buka blog informasi militer yang biasa saya kunjungi, rupanya rasa was-was dan keterkejutan saya di bayar lunas setelah membaca sebuah informasi yang sempat mengagetkan saya, KRI Klewang Terbakar!, saya hanya bisa menyebut asma Allah Swt, rupanya inilah firasat kurang sedap yang sempat saya rasakan.

Insiden KRI Klewang dan pengaruhnya terhadap industri militer Indonesia.

Wajar saja di benak pertama saya ada merasa kejadian tersebut mungkin disebabkan oleh sabotase pihak luar, namun saya merenung kembali seraya mengucap kembali asma Allah dalam-dalam, sambil mengingat tak ada yang sempurna selain Dia di dunia ini.

KRI Klewang mempunyai desain yang unik memang, sebagai sebuah kapal kebanggan wajar saja ada reaksi keterkejutan saat memandangnya terbakar -sampai saat saya menulis ini, penyebab insiden tersebut belum jelas,- mengingat investasi yang cukup mahal serta belum memasuki masa tugas, namun tentu saja di balik itu selalu ada hikmah, andai kata insiden ini terjadi saat KRI Klewang berlayar tentunya pencitraan yang kurang baik akan lebih banyak lagi.

Lebih dari itu insiden terbakarnya KRI Klewang mengingatkan saya pada peristiwa bersejarah mengenai terbakarnya KRI Matjan Tutul di sekitar perairan laut aru semasa trikora, memang tak sama dan tak dapat disandingkan dengan insiden terbakarnya KRI Klewang, namun perintah legendaris sang Komodor saat itu, “Kibarkan Pertempuran !”, menjadi api semangat dan mempersatukan bangsa ini saat menghadapi Belanda, pun semangat demikian harusnya dirasakan saat ini, jangan hanya menganggap peristiwa terbakarnya KRI Klewang sebagai kegagalan semata, namun harus dipandang sebagai pelecut semangat anak bangsa untuk menghasilkan desain kapal perang yang benar-benar mumpuni.

Kebetulan saya juga berkunjung ke salah satu blog jiran sebelah yang biasa saya kunjungi, terbakarnya KRI Klewang jadi topik hangat, wajar saja dan tak perlu ditanggapi berlebihan. Bahkan si empunya blog sangat yakin tak akan ada trimaran kedua setelah kejadian sore ini. Harusnya pernyataan tersebut menggugah para desainer kapal, industri militer dalam negeri, para peneliti dan pembuat kebijakan dalam hal ini depatemen pertahanan dan Angkatan Laut Indonesia untuk membuktikan pada dunia dan kawasan Asia Tenggara khususnya bahwa industri militer indonesia belumlah mati.

Trial and error adalah hal yang biasa, pun demikian dalam ranah industri militer dan alutsista, desain trimaran telah unggul hanya perlu diperbaiki dan diperhitungkan kembali bahan dasar pembuatannya. Ini butuh kerja keras dan komitmen bersama, tak usahlah mendengar apa cakap jiran sebelah yang hanya pintar membeli tapi tak mampu mendesain kebutuhan militer secara mandiri, jadikanlah peristiwa ini sebagai pelajaran penting bahwa untuk mencapai sesuatu mendekati sebuah kesempurnaan, pastinya melalui jalan berliku yang tak mulus.

Kri Klewang memang telah terbakar, namun  tak ada waktu untuk sekedar mengenang keberadaannya dengan berpangku tangan saja, ayo bangkit bersama, dan tunjukan pada dunia dengan keras kita mampu kembali menghadirkan kapal-kapal perang yang menggetarkan kawasan.

Perketat pangkalan dan pusat industri militer Indonesia.

Satu lagi pelajaran penting saya kira yang tak bisa kita lupakan adalah upaya penjagaan ekstra ketat terhadap produk militer sebelum memasuki masa dinas. Fakta bahwa KRI Klewang terbakar di dalam negeri adalah benar, namun kejadian ini tak terjadi dipangkalan militer Armada Timur dimana kapal siluman ini akan ditempatkan, itu artinya upaya-upaya menjegal tiap jengkal perkembangan industri militer Indonesia oleh pihak asing cukup besar, ini tak hanya berlaku untuk armada tempur saja melainkan juga senjata pendukungnya seperti rudal C-705 yang akan dibangun di Indonesia.

Wajar saja dengan perkembangan modernisasi militer Indonesia yang berhasil melakukan inovasi ditengah keterbatasan ini menjadi ketakutan dan kekhawatiran bagi negara-nagara yang tak menginginkan indonesia kuat secara militer, ekonomi, politik maupun budaya. Ini akan menjadi pekerjaan rumah yang memang tak mudah, tapi tak ada kata tidak mungkin bila bersungguh-sungguh dan komitmen ini di wujudkan oleh berbagai pihak demi kemajuan industri militer anak bangsa ini.

Terakhir dan yang paling penting adalah bersyukurlah mulai dari hal yang kecil dan jangan pernah merasa cepat puas diri untuk berkarya yang lebih baik lagi. (Zee)

Jalesveva Jaya Mahe.