Thursday, March 1, 2012

Sekilas Mengenai Panser TNI.


Dalam tulisan sebelumnya yang bertajuk, “Selamat Datang Tank TNI di Bulungan’, dalam tulisan tersebut saya membahas mengenai rencana Yonkav atau Yonif Kavaleri yang akan di aktifkan di Bulungan beberapa tahun mendatang serta rencana pembelian sejumlah Tank kelas berat atau MBT yang akan ditempatkan disana. Pada tulisan kali ini, sebagai tambahan saya juga akan membahas mengenai jenis-jenis panser TNI AD.
Berbeda dengan Yonif Infantri yang bisa beranggotakan 600-1000 personil, Yonif Kavaleri tak selalu demikian tergantung jenis dan jumlah kendaraan lapis baja yang digunakan.

Kekuatan utama dari Yonif Kavaleri sendiri terdiri dari dua jenis yaitu Tank dan Panser, istilah persenjataan ini mengacu pada bentuk kendaraan lapis baja tersebut. Tank untuk kendaraan lapis baja menggunakan penggerak rantai sedangkan panser di digerakan oleh ban sehingga dikenal dengan istilah Wheeled Armoured Vehicles atau Kendaraan Tempur Beroda.

Yonif Kavaleri di Indonesia, ada yang hanya berkekuatan Tank saja begitula dengan panser, namun ada juga yang merupakan gabungan Tank dan Panser.

Sekilas mengenai Panser TNI.

Istilah Panser atau panzer ternyata tak selalu sama digunakan diberbagai negera, di Indonesia Panser memang identik dengan kendaraan tempur lapis baja beroda. Menariknya istilah Panser atau Panzer dalam sejarah perang dunia ke-II sebenarnya adalah jenis Tank buatan Jerman yang diakui kemampuannya, berat dalam bobot namun lincah dimedan tempur.Istilah Panzer memang dari bahasa Jerman lawas yang artinya kurang lebih Baju Zirah.

(Iring-iringan BTR-50 Marinir saat bertugas di Aceh beberapa tahun yang lalu)

Panser merupakan bagian dari tulang punggung Yonif Kavaleri di Indonesia selain Tank. Pada awalnya kendaan lapis baja khususnya dalam perang dunia pertama lebih banyak menggunakan kendaraan tempur beroda, namun dimasa itu kendaraan ini dianggap kurang battle broven karena strategi yang digunakan dimasa itu adalah membuat garis pertahanan berupa parir-parit yang memanjang, sehingga kendaraan tempur beroda praktis tak mampu menjangkaunya. Kelemahan lain adalah ban yang digunakan saat itu teknologinya memang tidak secanggih saat ini, inilah yang kemudian menjadi titik penting dari revolusi keberadaan Tank dalam sejarah perang.

Sudah habiskah riwayat kendaraan tempur beroda? ternyata tidak, justru dalam beberapa pertempuran penting khususnya mendekati akhir masa kekalahan poros Axis pada perang dunia ke-II panser-panser ini digunakan sebagai alat mobilitas senjata anti tank.

Di indonesia, umumnya panser di bagi dua jenis yaitu tipe Armoured personnel carrier atau APC yaitu kendaraan tempur lapis baja ringan yang dibuat untuk mentransportasikan infanteri di medan perang.

APC biasanya hanya dipersenjatai senapan mesin, tapi varian-variannya bisa saja dipersenjatai meriam, peluru kendali anti-tank, atau mortir. Kendaraan ini sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan pertarungan langsung, melainkan untuk membawa tentara secara aman dilindungi dari senjata ringan dan pecahan-pecahan ledakan. Dewasa ini APC bisa menggunakan roda biasa maupun roda rantai.

(Saracen si Crokodile, Panser sepuh yang seharusnya sudah pensiun tapi masih punya taji saat bertugas di Aceh)

Selain itu ada tipe Infantry fighting vehicle atau IFV yaitu pengangkut infanteri lapis baja yang memiliki persenjataan yang lebih berat, dan bisa digunakan untuk pertarungan langsung. Kendaraan ini memiliki lapisan pelindung yang lebih tebal dari pengangkut personel lapis baja, dan memiliki persenjataan yang bisa menghancurkan pengangkut personel lapis baja lawan, seperti meriam otomatis dan peluru kendali anti-tank. Kendaraan seperti ini sudah dipakai untuk menggantikan peran tank ringan, digunakan untuk pengintaian, serta dipakai juga oleh satuan penerjun payung yang tidak mungkin membawa tank yang berat.

Dewasa ini panser-panser memang didesain memiliki kemampuan hebat, kelemahan-kelemahannya seperti tak mampu meloncati parit dan ban yang mudah pecah, diatasi dengan berbagai kemampuan teknologi sasis dan suspensi yang mumpuni. Untuk panser beroda ban, selain panser 4x4 ada juga panser dengan konsep ban 6x6 dan 8x8 sehingga lebih memudahkan saat manuver melahap medan berat.

Begitupula teknologi ban, dewasa ini panser-panser umumnya mulai mengadopsi teknologi run flat, artinya bila ban kempes, panser tetap bisa melaju sampai jarak 80 kilometer untuk jarak aman untuk mengganti ban. Panser Anoa buatan Indonesia juga memiliki kemampuan yang tak kalah dalam hal teknologi ban, desain ban dibuat keras sehingga tidak mudah pecah.

Di Indonesia sejarah pembelian panser secara besar-besaran sempat terjadii pada masa Bung Karno, namun sebelumnya jenis kendaraan tempur lapis baja pernah pula dikembangkan oleh Belanda semasa Indonesia masih bernama Hindia-Belanda. Kendaraan tempur lapis baja itu bernama Overvalwegen, kendaraan ini punya dua versi yaitu mengangkut pasukan dan versi senjata berat, menariknya Overvalwegen juga dikembangkan diatas rel kereta api.

Pembelian panser bersamaan dengan pembelian tank dan jumlah besar yang didatangkan tidak hanya dari Rusia namun juga dari Prancis bahkan Inggris. Dimasa Orde baru, panser kebanyakan di datangkan dari Amerika dan Inggris.

(keterbatasan tak menghalangi tugas prajurid pengawal NKRI)

Kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Rusia dimasa Orde Baru dan sempat mengalami embargo alutsista oleh barat khususnya Amerika praktis membuat kemampuan panser menurun. Inilah yang kemudian membuat Indonesia melakukan program retrofit yaitu mencakup penggantian mesin dan persenjataan serta perawatan kualitas baja panser dan tank. Sehingga tak selalu benar bahwa panser-panser maupun tank Indonesia sudah cukup uzur dan tidak mampu menjalankan tugasnya, sebab kualitas mesin dan senjata yang kemampuannya selalu diupgread dan kualitas baja yang selalu terpelihara mematahkan peryataan miring tentang kemampuan panser-panser indonesia.

Hubungan Indonesia-Rusia yang mulai kembali harmonis dalam satu dekade terakhir menjadi angin segar bagi modernisasi militer indonesia, ini membuka peluang ketersedian alutsista modern bagi Indonesia karena Rusia sepakat untuk tidak mengembargo Indonesia berbeda dengan negara-negara barat.

Bahkan pemerhati militer Rusia begitu kagum dengan kemampuan para insinyur Indonesia, -khususnya pada Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD dan PT. Pindad- karena produk Panser dan Tank di era Presiden Sukarno yang dibeli dari mereka seperti BTR-40, BTR-50 P dan PT-76 ternyata masih mampu menjalankan tugasnya dengan kualitas kesiapan yang baik walaupun mesin dan pesenjataannya telah diganti.
Tak hanya disitu Panser-panser ini juga diupread kemampuannya dengan ditambahkan teknologi komunikasi terbaru. BTR-40 bahkan ditambah dengan turet putar sehingga mampu memberikan perlindungan lebih pada penembak.

Saat ini arsenal panser dan tank Indonesia telah melakukan modernisasi, produsennya pun beragam selain dari Rusia, Amerika, Inggris dan Prancis, ada juga dari Afrika Utara serta Korea. Diantaranya merupakan produk-produk yang didatangkan pada tahun 1970 hingga 2011 seperti Tank Scorpion, APC Alvis Stromer, VAB Renault, Caspir-MK3, V-150, BTR-80, BMP-2 dan BMP-3F, plus LVTP-7.

APR-1 dan Revolusi Panser Indonesia.

Indonesia tentunya tak puas dengan hal ini. PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia juga kemudian merancang Panser secara madiri, khususnya dimasa konflik aceh antara TNI dan GAM.

(APR-1, si kijang kecil yang lincah dan gahar)

Indonesia dilarang oleh negara-negara barat untuk menggunakan arsenal yang dibeli dari mereka. Pemerintah Inggris misalnya menyatakan keberatan bila Tank Scorpion dan Panser Alvis Stromer yang dibeli dari mereka digunakan untuk menumpas militan GAM. Pemerintah Inggris bahkan mengancam akan mengembargo suku cadang bila Indonesia tetap menjalankan niatnya menggunakan Tank Scorpion dan Panser Alvis Stromer, ini bukan kali pertama Indonesia diperlakukan seperti ini oleh negara barat.

Dalam kondisi serba sulit seperti itu, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto pada suatu kesempatan meminta Pindad membuat kendaraan pengangkut personel untuk mengisi kebutuhan TNI. Tanpa banyak gembar-gembor PT. Pindad melakukan unjuk gigi dengan membuktikan kemampuan mereka memenuhi kendaraan lapis baja untuk menunjang keselamatan personil TNI di Aceh. Ini menjadi berkah bagi perusahaan dalam negeri seperti PT. Pindad untuk menunjukan kemampuan mereka, tidak hanya dalam hal senjata perorangan dan peluru, Pindad juga mulai membuat panser 4x4 di ikuti panser kemudian 6x6.

Menariknya karena karena terdesak oleh waktu dan banyaknya kebutuhan akan lapis baja yang diterjunkan selama operasi pemulihan keamanan di Aceh, PT. Pindad dengan jitu mendesain panser lengkap perlindungan yang diberikan pada bagian kaca serta ditambahkan dengan turet penembak diatas mobil, jadilah panser pertama dan sederhana milik PT. Pindad yang diberi nama Panser APR-1 atau angkut personil sedang.

(Kreatif, Truk sipil pun disulap jadi kendaraan angkut personel tahan peluru)

Soal persenjataan, APR-1 memang pantas membikin ciut nyali para perusuh, APR-1 mampu memanggul mulai dari pelontar granat otomatis AGL-40, senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm, senapan mesin sedang (SMS) kaliber 7,62 mm hingga pelontar granat kaliber 60 mm. Di tenagai mesin Isuzu light truck 120 ps kendaraan ini bisa dipacu hingga 120 Km per jam dengan kapasitas 12 orang sehingga cocok untuk untuk melakukan pengejaran terhadap musuh.

APR-1 merupakan panser yang memang sudah terbukti kehandalannya alias battle proven, bagaimana tidak dari 40 panser yang dikirim selama bertugas hanya 2 buah yang rusak itupun karena faktor tehnis semata, satu rusak karena kecelakaan dan yang terakhir karena terjangan Tsunami.

Tak hanya itu, PT. Pindad juga melapisi Truk-truk pengangkut personil milik Polri maupun TNI dengan menambahkan pelindungan body truk yang dilapis dengan baja tahan peluru. Ide brilian ini bukan hanya memberi perlindungan lebih pada personil tapi juga efek gentar bagi militan GAM. Truk yang dilapis baja tahan peluru ini diambil dari platporm Truk Isuzu yang memang banyak digunakan oleh kesatuan-kesatuan TNI/Polri, walaupun tidak dilengkapi dengan turet penembak seperti yang dimiliki oleh APR-1, namun disisi kanan dan kiri Truk dilengkapi dengan lubang penembak. Sama seperti APR-1 Truk ini juga diberi perlindungan pada bagian kaca dan bagian depan dengan plat baja.

Bila melihat sepintas Truk pengangkut personil racikan Pindad ini mengingatkan saya pada strategi yang pernah di terapkan oleh Admiral Yi Soon Shin yang melapis kapal-kapal angkatan laut Dinasti Joseon Korea pada abad-17 dengan baja, sehingga kapal tersebut diberi nama Kapal Kura-kura atau Geobukseon.

(Geobukseon darat made in Pindad)

Dengan bermodal kapal seperti ini, bangsa Korea berhasil menghalau serbuan tentara Jepang yang dari segi kuntitas lebih unggul dari korea dalam pertempuran legendaris diselat Mriyongyang ,- pertempuran hebat ini dikemudian hari melahirkan legenda 13 vs 333. artinya 13 kapal perang terakhir angkatan laut Joseon melawan 333 kapal perang Jepang-. Strategi yang sama diterapkan oleh Pindad dengan memanfaatkan Truk-truk militer yang ada dan dilapis dengan baja merupakan sebuah ide yang memang brilian.

APC Anoa, Master Piece Panser Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, PT. Pindad dengan dibantu oleh insitusi lain seperti BPPT, ternyata tak puas hati dengan Panser 4x4 sebelumnya. Dengan kerja keras yang tak kenal lelah Pindad kemudian menghasilkan Panser Anoa Indonesia yang makin dikenal dan diakui oleh dunia internasional.

Panser Van Bandung ini sepintas agak mirip dengan model panser buatan Renault, Prancis yaitu VAB. Tak salah memang bila ada anggapan seperti itu, karena VAB racikan Renault itu memang sudah lama dikenal di Indonesia. Namun tentunya juga tak benar bila APC Anoa merupakan Copy Paste keseluruhan dari VAB, sebab Anoa menghadirkan banyak perubahan yang tak dimiliki oleh VAB.

Dari segi desain saja sudah terlihat, APC Anoa memiliki suspensi yang telah disempurnakan, bahkan dalam hal kenyamanan juru tembak, Panser indonesia ini mempunyai kubah tempat penembak depan yang terpisah. Bandingkan pada VAB, kubah penembak SMB (senapan mesin berat) tepat berada di samping pengemudi, tentu posisi ini kurang efisien bagi penembak maupun pengemudi panser tersebut.

(APC Anoa, karya seni militer buatan anak bangsa)

Penyempurnaan lain terletak pada penempatan lampu, lampu dari Anoa terletak dikanan dan kiri dengan posisi lebih tinggi dari VAB, sederhana sekali? Ya, memang tapi coba bayangkan bila harus melakukan misi menyebrangi sungai dimalam hari, Anoa tentunya lebih unggul dari VAB yang kedua lampunya diletakan di bagian bawah persis dekat dengan posisi ban. Tentunya kedepan kemampuan Anoa kan lebih ditingkatkan kembali dengan adanya alat perangkat penglihatan malam sehingga misi patroli maupun tempur bisa lebih mumpuni.

Soal armament dan armor, kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan, sebagaian besar beralatan persenjataan Anoa dibuat didalam negeri PT.Pindad dan PT. Dahana adalah penyuplai utamanya. Armament dari Anoa sendiri terdiri dari SMB 12,7 mm atau pelontar granat AGL 40 mm, masih bisa ditambah dengan senjata perorangan yang dibawa oleh anggota TNI yang bertugas. Demikian pula kualitas armor atau baja yang dibuat oleh perusahaan dalam negeri PT. Krakatau Steel, makin tambah gahar saja Angkut Personel Amphibi Indonesia ini.

Menariknya PT. Pindad selaku produsen dari APC Anoa tetap ingin berbagi rizki dengan pengrajin Indonesia, misalnya komponen Knalpot tidak dibuat oleh PT.Pindad namun oleh para pengrajin dari Purbalingga. Inilah yang membuat industri rumahan seperti ini bisa merasakan manisnya rizki dari hasil penjualan alutsisita ini sehingga mereka lebih termotivasi lagi untuk menghasilkan knalpot yang berkualitas dan menjaga mutu dari hasil produknya, karena PT. Pindad tak pernah main-main dalam hal mutu komponen panser APC Anoa ini.

(produksi massal panser Anoa, dilirik berbagai negara)

Meskipun mesin masih impor dari Renault, namun PT. Pindad tak terlalu pusing, pengalaman berharga yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam meretrofit atau meremajakan Tank dan Panser TNI menjadikan PT. Pindad lebih fleksibel dalm urusan dapur pacu panser ini. Selain mesin dari Renault, APC Anoa juga dapat menggunakan mesin-mesin yang memiliki kemampuan yang sama dengan mesin yang dihasilkan pabrikan Renault seperti mesin-mesin Marcedes misalnya,-tentu saja soal mesin-mesin apa saja yang digunakan selain dari pabrikan Renault sudah di uji oleh PT. Pindad sebelumnya,- ini tak lain upaya untuk memaksimalkan kemampuan produksi dan tak mudah didekte oleh pabrikan yang bergerak pada bidang yang sama.

Walaupun belum penah diterjunkan dalam misi tempur, seperti APR-1 di Aceh beberapa tahun yang lalu, namun Anoa mencatat prestasi yang gemilang, dibawah payung misi perdamaian di Libanon, tiga belas panser digunakan dalam misi tersebut. Tentu saja yang tak kalah manisnya, APC Anoa telah dilirik oleh banyak negara, selain Indonesia yang telah memesan panser van bandung ini, ada juga negara Malaysia, Brunai dan Oman, bahkan kabarnya Nepal dan Timor Leste juga berminat membeli panser kebanggan Indonesia ini.

Kita berharap Industri militer dalam negeri seperti Pindad dan BUMNIS lainnya tidak terlena dengan prestasi yang diraih sebelumnya, namun tetap fokus dan terus berkarya dan berinovasi untuk kemajuan dan kemandirian bangsa dalam hal Alutsisita. Rasa-rasanya jika seperti ini, keinginan dan ambisi untuk Berdikari dalam hal persenjataan bukanlah mimpi tapi kenyataan yang akan semakin nyata kedepannya. Amin.

No comments:

Post a Comment