Sunday, May 6, 2012

Hikayat Pesawat COIN Indonesia Dari Masa Ke Masa.



 (Super Tucano dan Bronco, pesawat COIN kebanggan Indonesia )

Berbicara mengenai peran pesawat-pesawat tempur Indonesia, jika boleh jujur selain misi-misi intercept pesawat asing dan patroli udara, misi contra gerilya alias Counterinsurgency (COIN) merupakan misi yang paling banyak menorehkan hikayat pada lembaran sejarah Angkatan udara Indonesia. Hebatnya lagi, beberapa diantaranya justru melahirkan nama-nama harum di kancah pertempuran yang dikenang sepanjang masa. 

Bermula dari Era Mustang dan Kumbang.

Indonesia sesungguhnya termasuk negara yang beruntung, mengapa? Karena tak seperti dimasa-masa awal sebuah negara yang umumnya kesulitan dalam membangun Angkatan Udaranya, Indonesia justru sebaliknya. Dimasa awal kemerdekaan, khusunya di era tahun 1950a-an kita justru mendapatkan tak kurang dari 40 pesawat Pemburu P-51 Mustang, belum termasuk dengan Bomber B-26 Invander. Sebelumnya di tahun 1940-an, Indonesia bahkan sudah memiliki tak kurang dari 70 pesawat Guntei dan Churen peninggalan Jepang.

Menurut hikayat Mustang-mustang tersebut dahulu dimiliki oleh Angkatan Udara Belanda yang digunakan untuk mengadapi perlawanan bangsa indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan. Kabarnya Amerika ikut andil dalam pengadaan pesawat-pesawat tempur untuk Belanda tersebut.

Namun Allah Swt maha pengasih, Belanda boleh gigit jari setelah perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949. Menurut KMB, AURIS akan melikuidasi AU Belanda (ML, Militaire Luchtvaart) dalam waktu relatif singkat, selambat-lambatnya enam bulan terhitung setelah pengakuan kedaulatan. 

 (Jejeran Mustang era 50-an)

Kompeni Belandapun mau tak mau merelakan pesawat-pesawat tempur hebat dieranya itu jatuh ketangan bangsa Indonesia. Wajar bagi Indonesia memilikinya, pesawat mustang yang sejatinya di beli dari hasil Kerja keras bangsa Indonesia sudah semestinya menjadi milik bangsa ini.

Mustang sendiri bukanlah pesawat sembarang, inilah satu-satunya pesawat yang berhasil sampai ke Berlin menghadapi pesawat-pesawat tangguh jerman. Mustang sejak awal memang dilahirkan sebagai pesawat pemburu yang tangguh, dilengkapi armament Machine Guns 4x .50 cal - 6x .50 cal, Mustang menjadi momok menakutkan pesawat tempur lawan.

Sebagai sebuah kekuatan udara bagi negara yang baru saja merdeka, TNI AU kala itu justru langsung berhadapan dengan berbagai tantangan dalam negeri, khususnya pemberontakan di berbagai daerah yang ternyata di kemudian hari diketahui intel-intel asing bermain dibelakangnya. Sebut saja diantaranya perang saudara yang melanda Indonesia seperti Pemberontakan PRRI dan Permesta yang dimanfaatkan oleh pihak Amerika yang kala itu berseberangan dengan Bung Karno.

Amerika yang superior itu di buat menanggung malu oleh para penerbang tempur Indonesia diantaranya Ignatus Dewanto yang berhasil memberi pukulan telak pada penerbang–intel asing- Allen Pope, Pilot Bomber Permesta yang sudah melakukan serangan terhadap fasilitas negara di bagian Indonesia Timur. Insiden Aleln Pope mencoreng muka presiden AS kala itu sehingga untuk membuang malu karena ketahuan berkomplot untuk menjatuhkan Bung Karno, Amerika Serikat akhirnya mau tak mau merelakan Hercules miliknya menjadi bagian dari Armada tempur Angkatan Udara Indonesia.



 (P-51 Mustang darinya lahir generasi penerbang tempur handal Indonesia)

Para perancang pesawat Indonesia yang di motori oleh Nurtanio ternyata tak berpangku tangan. Berawal dari tangan dingin Nurtanio, Indonesia berhasil menciptakan pesawat COIN yang diberi nama si Kumbang. Bayangkan saja bagaimana hebatnya karya anak bangsa yang lahir tak lama setelah 10 tahun indonesia merdeka ini. Pesawat Sikumbang  merupakan pesawat tempur pertama ciptaan anak bangsa serba logam. Walaupun hanya tiga buah namun pesawat kontra gerilya anak bangsa ini mampu menyempurnakan tugasnya dalam pembersihan GPK. 

Mustang dan Kumbang memang sudah tak lagi terbang dilangit nusantara, tapi sejarah tak dapat menampik pengorbanan keduanya bagi bangsa dan negara, Indonesia boleh bangga karena sejarah mencatat dari kedua pesawat tempur kebanggan negara ini menorehkan namanya melahirkan para penerbang tangguh yang siap membela ibu pertiwi.

OV-10  Bronco dan Operasi Seroja.

Selepas era Mustang dan Kumbang berakhir, di tahun 1970-an, Indonesia  mulai melirik  pesawat COIN pengganti Mustang yang sudah dipensiunkan. Indonesia sendiri saat itu tengah terlibat operasi penumpasan kelompok Fretelin di Timor-Timur yang berhaluan komunis. 

Indonesia khawatir suatu saat Timor Lorosae justru akan digunakan oleh Uni Soviyet sebagai basis pangkalan angkatan laut air hangat miliknya. Sebab jika itu terjadi akan jadi masalah besar dikemudian hari. Lebih dari itu kenyataannnya rakyat Timor Lorosaelah yang meminta bantuan indonesia untuk turut campur membantu mereka karena Fretelin banyak melakukan pembantaian massal di era perang saudara itu. 


( Si Kumbang dengan nomor registrasi NU-200, Pesawat COIN pertama ciptaan anak bangsa)

Inilah operasi yang melibatkan pesawat OV-10 F Bronco yang dikemudian hari dikenal sebagai salah satu Pesawat anti gerilya yang paling lama masa tugasnya. Jumlah keselurahn Bronco yang didatangkan ke indonesia full satu skuadron 16 ekor dalam keadaan baru. Dalam hikayat Bronco pertama kali merasa hawa tropis di Indonesia pada tanggal 28 September 1976.

Bronco masuk arsenal TNI AU setelah petinggi angkatan udara jatuh hati dengan kemampuan hebatnya semasa perang Vietnam. Bronco yang mendapat gelar si “Kuda Liar’, memang pantas diacungi jempol. Pesawat tempur kelahiran North American, hebatnya lagi walaupun memiliki sayap tetap, kemampuannya mirip dengan kemampuan helikopter serbu   yang cepat, mumpuni dalam terbang jarak jauh, murah dan sangat dapat diandalkan dalam operasi militer. 

Kemampuan armament Bronco sendiri memang luar biasa. Pada saat pertama di datangkan, OV-10 mampu memanggul empat senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan total amunisi di luar badannya seberat 750 kg serta mampu beroperasi dan landasan pendek bila perlu dan landasan rumput dan diberi registrasi OV­10F Bronco.

Tak puas dengan persenjataan yang ada, Indonesia yang memang terkenal jago modif sekali lagi memodifikasi Bronco kesayangannya dengan menukar mengganti senapan mesin kaliber 7,62 mm menjadi 12,7 mm. 

Pada operasi Seroja tugas Bronco adalah memberikan bantuan tembakan udara atau BTU. Lebih khusus lagi untuk melakukan penyerangan target permukaan, baik dalam sebuah operasi berdiri sendiri (Serangan Udara Langsung) maupun sebagai pesawat tempur ringan dalam memberikan dukungan tembakan bagi pasukan darat. Dalam operasi udara dikenal sebagai  close air support.



 (Pesawat Si Kumbang, mungkin kah kita menghidupkannya kembali?)

Dari hikayatnya, pesawat OV-10 Bronco telah sukses berbakti dalam melakukan operasi udara (bantuan tembakan udara), seperti pada Ops Seroja (1976-1979), ops Tumpas (1977-1978), Ops Halilintar (1979), Ops Guruh Petir (1980), Ops Kikis (1981-1982), Ops Tumpas (1983-1985), Ops Halau (1985-1987), Ops Rencong Terbang (1991-1993), Ops Oscar (1991-1992).

Bronco memiliki masa tugas yang panjang, asam garam pertempuran sudah dilakoninya, itulah yang membuat para penerbang merasakan ikatan emosi yang dalam dengan si kuda liar ini. Rela binasa membela ibu pertiwi, bersama menerjang hujan peluru lawan dengan kawan-kawan sehati, tentunya tak mudah membuatnya terganti di dalam hati. Untuk mengenang pesawat COIN kebanggan negara ini, si kuda liar kemudian mendapat kehormatan pulang ke paraduan di Museum Mandala Dirgantara, Yogya.

Super Tucano, Pesawat Kontra Gerilya Masa Depan Indonesia.

Waktu tak dapat menipu, begitulah kiranya Bronco harus mengakhiri masa tugasnya mengawal ibu pertiwi, sama seperti ketika ia menggantikan dua bersaudara “Mustang dan Kumbang” yang sebelumnya sudah pulang ke peraduan.

Tantangan besar bagi Angkatan Udara Indonesia untuk menganti pesawat legendaris Bronco menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah. Adalah Almarhum Marsekal Muda (Purn) F Djoko Poerwoko salah seorang petinggi TNI AU yang tetap ngotot mempertahankan pesawat kontra gerilya tetap menjadi bagian dari infentori arsenal Angkatan Udara Indonesia.

Tak perduli orang bilang apa, beliau tetap berjalan dengan prinsipnya. Kenyataan memang tak sedikit pihak yang mencoba menghilangkan pesawat-pesawat kontra gerilya ditubuh Angkatan Udara Indonesia, mulai dari gunjingan pesawat tempur rendah tekhnologi, beban bagi angkatan udara, tak punya efek deternd sampai pada tuduhan yang menyatakan pesawat-pesawat tempur jenis ini adalah simbol pelanggaran HAM bagi Angkatan udara Indonesia. Luar bisa memang cobaan yang menimpa angkatan udara negeri ini sehingga tak heran memang ada saja pihak-pihak yang mencoba mengganggu kedatangan super tucano pengganti Bronco ke Indonesia ini.

Tapi beliau dan petinggi Angkatan Udara lainnya sekali lagi menutup telinganya rapat-rapat dari gunjingan dan tuduhan tak mendasar yang dilemparkan diforum-forum diskusi menjelang Super Tucano masuk dalam daftar belanja alutsisita Indonesia. Kabarnya Super Tucano sejujurnya sudah lama menjadi impian para petinggi Angkatan udara bahkan sejak dimasa pucuk pimpinan TNI-AU masih dijabat Marsekal TNI Hanafie Asnan.


(OV-10 Bronco dalam kenangan)
Setelah melewati ujian berat dan mengalahkan para pesaingnya, Super Tucano akhirnya dipastikan didatangkan ke Indonesia tak lama lagi, bahkan diperediksikan 8 dari 16 ekor yang dikirim dari Brazil akan mendarat tahun 2012 ini. sayang, Marsekal Muda (Purn) F Djoko Poerwoko mangkat sebelum menyaksikan pesawat tempur impiannya itu terbang di langit NKRI tercinta. 

Super Tucano lahir dari rahim perusahaan dirgantara Embraer Defense System, Brazil. Pesawat ini sendiri sudah di gunakan dibanyak negara termasuk Brazil sebagai pengguna terbesarnya sebanyak 130 unit, dan Indonesia sendiri kabarnya akan menjadi pengguna pertama Super Tucano di Asia Tenggara.

Kemampuan manuver super tucano yang memang lahir di negara yang miliki iklim tropis seperti di Amerika Latin ini memang cocok untuk bertugas dikepulauan tropis Indoneia. Ia memiliki kecepatan maksimal 593 kilometer per jam, jarak operasi 4.820 kilometer dalam konfigurasi tanpa tangki tambahan, ketinggian maksimal 10.620 meter dari permukaan laut, dan laju tanjak 24 meter per detik, dan lepas landas atau mendarat dari landas pacu yang pendek.

Soal armament Super Tucano memang tak pelit, selain mampu memanggul senapan mesin 12,7 milimeter FN Herstal M3P dengan semburan hingga 1.100 peluru per menit, masih dapat ditambah lagi dengan satu kanon 20 milimeter di bagian bawah tubuh pesawat tempur ini, ditambah roket 70 milimeter dari empat jalur peluncur, serta hunjaman bom-bom konvensional Mk-82 atau dari kelas "Iron" dan bom pintar dari kelas "Cluster" yang masih bisa disimpan di dalam tubuhnya. Jika belum cukup, pesawat ini masih mampu membawa peluru kendali udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder sebanyak dua unit atau dua MAA-1 Piranha dari Orbita, atau Python 3/4 bisa menjadi pamungkas.  

 
(Super Tucano, era baru pesawat kontra gerilya Indonesia)
 
Super tucano memang belum pernah melakukan operasi militer di Indonesia, namun bukan berarti ia tak punya catatan sejarah gemilang yang ditorehkannya. AU Kolombia merupakan salah satu angkatan bersenjata yang pernah merasakan manisnya aksi Super Tucano. Maklum sama seperti Indonesia, Kolombia juga tengah menghadapi kelompok gerilyawan  FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Kolombia) sudah seringkali meresahkan negara Amerika Latin itu.  

Pada tanggal 21 September 2010, Super Tucano melakukan pengeboman terhadap kamp pemberontak 12 mil Selatan Bogota. Operasi Odiseo, 15 Oktober 2011, lima Super Tucano mengebom Markas FARC, dimana Komandan pemberontak FARC Alfonso Cano tewas karena bom.

Operasi Frontera, 22 Februari 2012, Super Tuscano mengebom wilayah Bojaya, yang berbatasan dengan Panama, menewaskan teroris terkenal Pedro Alvarado, orang yang bertanggung jawab atas tewasnya 119 warga sipil di Bojaya tahun 2002.

Operasi Espada de Honor, 21 Maret 2012, lima Super Tucano mengebom markas FARC di Front Arauca dekat perbatasan Venezuela, 33 pemberontak tewas. Sembilan Super Tucano kemudian menghancurkan markas 27 FARC Viesta Hermosa dengan 40 bom, 36 pemberontak tewas.

Dikalangan AU Brazil sendiri, pesawat ini juga menorehkan prestasi cemerlang diantaranya menghancurkan kartel narkotika pada operasi Agata. Skuadron Scorpion Brazil, sukses melakukan serangan terhadap sebuah landasan udara terlarang dengan penggunaan Computer on-board. Dalam serangan tersebut, delapan bom seberat 230 kg (500 lb) Mk 82 digunakan untuk menghancurkan landasan. Dalam Operasi Agata-2, operasi militer Brazil pasukan Brasil telah menyita 62 ton narkoba, menangkap 3.000 orang dan menghancurkan tiga lapangan terbang gelap. Selain itu lebih dari 650 ton senjata dan bahan peledak telah disita.

Dari beberapa contoh hikayat operasi udara diatas terlihat jelas bahwa Super Tucano sangat cocok untuk penghancuran sasaran di permukaan, dengan melakukan serangan bom pintar, rata-rata target dapat dihancurkan dalam waktu singkat.  

Sumber Rujukan:

http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/30/nurtanio-dan-si-kumbang-dalam-kenangan/

Super Tucano dan Prospek Pesawat Tempur Ringan Kontra-Gerilya.htm

PT Dirgantara Indonesia Mampu Produksi Pesawat Super Tucano EMB-314.htm

Mengenal Super Tucano pengganti OV-10 Bronco TNI AU « Kedirgantaraan « ramalanintelijen.net.htm