(Super Tucano dan Bronco, pesawat COIN kebanggan Indonesia )
Berbicara mengenai peran pesawat-pesawat tempur Indonesia, jika boleh
jujur selain misi-misi intercept pesawat asing dan patroli udara, misi contra
gerilya alias Counterinsurgency (COIN) merupakan misi yang paling
banyak menorehkan hikayat pada lembaran sejarah Angkatan udara Indonesia. Hebatnya
lagi, beberapa diantaranya justru melahirkan nama-nama harum di kancah
pertempuran yang dikenang sepanjang masa.
Bermula dari Era Mustang dan Kumbang.
Indonesia sesungguhnya termasuk negara yang beruntung, mengapa? Karena
tak seperti dimasa-masa awal sebuah negara yang umumnya kesulitan dalam
membangun Angkatan Udaranya, Indonesia justru sebaliknya. Dimasa awal
kemerdekaan, khusunya di era tahun 1950a-an kita justru mendapatkan tak kurang
dari 40 pesawat Pemburu P-51 Mustang, belum termasuk dengan Bomber B-26
Invander. Sebelumnya di tahun 1940-an, Indonesia bahkan sudah memiliki tak
kurang dari 70 pesawat Guntei dan Churen peninggalan Jepang.
Menurut hikayat Mustang-mustang tersebut dahulu dimiliki oleh Angkatan
Udara Belanda yang digunakan untuk mengadapi perlawanan bangsa indonesia yang
telah memproklamasikan kemerdekaan. Kabarnya Amerika ikut andil dalam pengadaan
pesawat-pesawat tempur untuk Belanda tersebut.
Namun Allah Swt maha pengasih, Belanda boleh gigit jari setelah
perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949. Menurut KMB,
AURIS akan melikuidasi AU Belanda (ML, Militaire Luchtvaart) dalam waktu
relatif singkat, selambat-lambatnya enam bulan terhitung setelah pengakuan
kedaulatan.
(Jejeran Mustang era 50-an)
Kompeni Belandapun mau tak mau merelakan pesawat-pesawat tempur hebat
dieranya itu jatuh ketangan bangsa Indonesia. Wajar bagi Indonesia memilikinya,
pesawat mustang yang sejatinya di beli dari hasil Kerja keras bangsa Indonesia
sudah semestinya menjadi milik bangsa ini.
Mustang sendiri bukanlah pesawat sembarang, inilah satu-satunya pesawat
yang berhasil sampai ke Berlin menghadapi pesawat-pesawat tangguh jerman.
Mustang sejak awal memang dilahirkan sebagai pesawat pemburu yang tangguh,
dilengkapi armament Machine Guns 4x .50 cal - 6x .50 cal, Mustang menjadi momok
menakutkan pesawat tempur lawan.
Sebagai sebuah kekuatan udara bagi negara yang baru saja merdeka, TNI AU
kala itu justru langsung berhadapan dengan berbagai tantangan dalam negeri,
khususnya pemberontakan di berbagai daerah yang ternyata di kemudian hari
diketahui intel-intel asing bermain dibelakangnya. Sebut saja diantaranya perang
saudara yang melanda Indonesia seperti Pemberontakan PRRI dan Permesta yang
dimanfaatkan oleh pihak Amerika yang kala itu berseberangan dengan Bung Karno.
Amerika yang superior itu di buat menanggung malu oleh para penerbang
tempur Indonesia diantaranya Ignatus Dewanto yang berhasil memberi pukulan
telak pada penerbang–intel asing- Allen Pope, Pilot Bomber Permesta yang sudah
melakukan serangan terhadap fasilitas negara di bagian Indonesia Timur. Insiden
Aleln Pope mencoreng muka presiden AS kala itu sehingga untuk membuang malu
karena ketahuan berkomplot untuk menjatuhkan Bung Karno, Amerika Serikat
akhirnya mau tak mau merelakan Hercules miliknya menjadi bagian dari Armada
tempur Angkatan Udara Indonesia.
(P-51 Mustang darinya lahir generasi penerbang tempur handal Indonesia)
Para perancang pesawat Indonesia yang di motori oleh Nurtanio ternyata
tak berpangku tangan. Berawal dari tangan dingin Nurtanio, Indonesia berhasil
menciptakan pesawat COIN yang diberi nama si Kumbang. Bayangkan saja bagaimana
hebatnya karya anak bangsa yang lahir tak lama setelah 10 tahun indonesia
merdeka ini. Pesawat Sikumbang merupakan
pesawat tempur pertama ciptaan anak bangsa serba logam. Walaupun hanya tiga
buah namun pesawat kontra gerilya anak bangsa ini mampu menyempurnakan tugasnya
dalam pembersihan GPK.
Mustang dan Kumbang memang sudah tak lagi terbang dilangit nusantara,
tapi sejarah tak dapat menampik pengorbanan keduanya bagi bangsa dan negara,
Indonesia boleh bangga karena sejarah mencatat dari kedua pesawat tempur
kebanggan negara ini menorehkan namanya melahirkan para penerbang tangguh yang
siap membela ibu pertiwi.
OV-10 Bronco
dan Operasi Seroja.
Selepas era Mustang dan Kumbang berakhir, di tahun 1970-an,
Indonesia mulai melirik pesawat COIN pengganti Mustang yang sudah
dipensiunkan. Indonesia sendiri saat itu tengah terlibat operasi penumpasan
kelompok Fretelin di Timor-Timur yang berhaluan komunis.
Indonesia khawatir suatu saat Timor Lorosae justru akan digunakan oleh
Uni Soviyet sebagai basis pangkalan angkatan laut air hangat miliknya. Sebab
jika itu terjadi akan jadi masalah besar dikemudian hari. Lebih dari itu
kenyataannnya rakyat Timor Lorosaelah yang meminta bantuan indonesia untuk
turut campur membantu mereka karena Fretelin banyak melakukan pembantaian
massal di era perang saudara itu.
Inilah operasi yang melibatkan pesawat OV-10 F Bronco yang dikemudian
hari dikenal sebagai salah satu Pesawat anti gerilya yang paling lama masa
tugasnya. Jumlah keselurahn Bronco yang didatangkan ke indonesia full satu
skuadron 16 ekor dalam keadaan baru. Dalam hikayat Bronco pertama kali merasa
hawa tropis di Indonesia pada tanggal 28 September 1976.
Bronco masuk arsenal TNI AU setelah petinggi angkatan udara jatuh hati
dengan kemampuan hebatnya semasa perang Vietnam. Bronco yang mendapat gelar si
“Kuda Liar’, memang pantas diacungi jempol. Pesawat tempur kelahiran North
American, hebatnya lagi walaupun memiliki sayap tetap, kemampuannya mirip
dengan kemampuan helikopter serbu yang
cepat, mumpuni dalam terbang jarak jauh, murah dan sangat dapat diandalkan
dalam operasi militer.
Kemampuan armament Bronco sendiri memang luar biasa. Pada saat pertama di
datangkan, OV-10 mampu memanggul empat senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan
total amunisi di luar badannya seberat 750 kg serta mampu beroperasi dan
landasan pendek bila perlu dan landasan rumput dan diberi registrasi OV10F Bronco.
Tak puas dengan persenjataan yang ada, Indonesia yang memang terkenal
jago modif sekali lagi memodifikasi Bronco kesayangannya dengan menukar
mengganti senapan mesin kaliber 7,62 mm menjadi 12,7 mm.
Pada operasi Seroja tugas Bronco adalah memberikan bantuan tembakan udara
atau BTU. Lebih khusus lagi untuk melakukan penyerangan target permukaan, baik
dalam sebuah operasi berdiri sendiri (Serangan Udara Langsung) maupun sebagai
pesawat tempur ringan dalam memberikan dukungan tembakan bagi pasukan darat.
Dalam operasi udara dikenal sebagai close air support.
(Pesawat Si Kumbang, mungkin kah kita menghidupkannya kembali?)
Dari hikayatnya, pesawat OV-10 Bronco telah sukses berbakti dalam
melakukan operasi udara (bantuan tembakan udara), seperti pada Ops Seroja
(1976-1979), ops Tumpas (1977-1978), Ops Halilintar (1979), Ops Guruh Petir
(1980), Ops Kikis (1981-1982), Ops Tumpas (1983-1985), Ops Halau (1985-1987),
Ops Rencong Terbang (1991-1993), Ops Oscar (1991-1992).
Bronco memiliki masa tugas yang panjang, asam garam pertempuran sudah
dilakoninya, itulah yang membuat para penerbang merasakan ikatan emosi yang
dalam dengan si kuda liar ini. Rela binasa membela ibu pertiwi, bersama
menerjang hujan peluru lawan dengan kawan-kawan sehati, tentunya tak mudah
membuatnya terganti di dalam hati. Untuk mengenang pesawat COIN kebanggan
negara ini, si kuda liar kemudian mendapat kehormatan pulang ke paraduan di Museum
Mandala Dirgantara, Yogya.
Super Tucano, Pesawat Kontra Gerilya Masa Depan
Indonesia.
Waktu tak dapat menipu, begitulah kiranya Bronco harus mengakhiri masa
tugasnya mengawal ibu pertiwi, sama seperti ketika ia menggantikan dua bersaudara
“Mustang dan Kumbang” yang sebelumnya sudah pulang ke peraduan.
Tantangan besar bagi Angkatan Udara Indonesia untuk menganti pesawat
legendaris Bronco menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah. Adalah Almarhum
Marsekal Muda (Purn) F Djoko Poerwoko salah seorang petinggi TNI AU yang tetap
ngotot mempertahankan pesawat kontra gerilya tetap menjadi bagian dari
infentori arsenal Angkatan Udara Indonesia.
Tak perduli orang bilang apa, beliau tetap berjalan dengan prinsipnya.
Kenyataan memang tak sedikit pihak yang mencoba menghilangkan pesawat-pesawat
kontra gerilya ditubuh Angkatan Udara Indonesia, mulai dari gunjingan pesawat
tempur rendah tekhnologi, beban bagi angkatan udara, tak punya efek deternd
sampai pada tuduhan yang menyatakan pesawat-pesawat tempur jenis ini adalah simbol
pelanggaran HAM bagi Angkatan udara Indonesia. Luar bisa memang cobaan yang
menimpa angkatan udara negeri ini sehingga tak heran memang ada saja
pihak-pihak yang mencoba mengganggu kedatangan super tucano pengganti Bronco ke
Indonesia ini.
Tapi beliau dan petinggi Angkatan Udara lainnya sekali lagi menutup
telinganya rapat-rapat dari gunjingan dan tuduhan tak mendasar yang dilemparkan
diforum-forum diskusi menjelang Super Tucano masuk dalam daftar belanja
alutsisita Indonesia. Kabarnya Super Tucano sejujurnya sudah lama menjadi
impian para petinggi Angkatan udara bahkan sejak dimasa pucuk pimpinan TNI-AU
masih dijabat Marsekal TNI Hanafie Asnan.
(OV-10 Bronco dalam kenangan)
Setelah melewati ujian berat dan mengalahkan para pesaingnya, Super
Tucano akhirnya dipastikan didatangkan ke Indonesia tak lama lagi, bahkan
diperediksikan 8 dari 16 ekor yang dikirim dari Brazil akan mendarat tahun 2012
ini. sayang, Marsekal Muda (Purn) F Djoko Poerwoko mangkat sebelum menyaksikan
pesawat tempur impiannya itu terbang di langit NKRI tercinta.
Super Tucano lahir dari rahim perusahaan dirgantara Embraer Defense
System, Brazil. Pesawat ini sendiri sudah di gunakan dibanyak negara termasuk
Brazil sebagai pengguna terbesarnya sebanyak 130 unit, dan Indonesia sendiri
kabarnya akan menjadi pengguna pertama Super Tucano di Asia Tenggara.
Kemampuan manuver super tucano yang memang lahir di negara yang miliki
iklim tropis seperti di Amerika Latin ini memang cocok untuk bertugas
dikepulauan tropis Indoneia. Ia memiliki kecepatan maksimal 593 kilometer per jam,
jarak operasi 4.820 kilometer dalam konfigurasi tanpa tangki tambahan,
ketinggian maksimal 10.620 meter dari permukaan laut, dan laju tanjak 24 meter
per detik, dan lepas landas atau mendarat dari landas pacu yang pendek.
Soal armament Super Tucano memang tak pelit, selain mampu
memanggul senapan mesin 12,7 milimeter FN Herstal M3P dengan semburan hingga 1.100 peluru per
menit, masih dapat ditambah lagi dengan satu kanon 20 milimeter di bagian
bawah tubuh pesawat tempur ini, ditambah roket 70 milimeter dari empat jalur
peluncur, serta hunjaman bom-bom konvensional Mk-82 atau dari kelas
"Iron" dan bom pintar dari kelas "Cluster" yang masih bisa
disimpan di dalam tubuhnya. Jika belum cukup, pesawat ini masih mampu membawa
peluru kendali udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder sebanyak dua unit atau dua MAA-1
Piranha dari Orbita, atau Python 3/4 bisa menjadi pamungkas.
(Super Tucano, era baru pesawat kontra gerilya Indonesia)
Super tucano memang belum pernah melakukan operasi militer
di Indonesia, namun bukan berarti ia tak punya catatan sejarah gemilang yang
ditorehkannya. AU Kolombia merupakan salah satu angkatan bersenjata yang pernah
merasakan manisnya aksi Super Tucano. Maklum sama seperti Indonesia, Kolombia
juga tengah menghadapi kelompok gerilyawan
FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Kolombia) sudah seringkali
meresahkan negara Amerika Latin itu.
Pada tanggal 21 September 2010, Super Tucano melakukan
pengeboman terhadap kamp pemberontak 12 mil Selatan Bogota. Operasi Odiseo, 15
Oktober 2011, lima Super Tucano mengebom Markas FARC, dimana Komandan
pemberontak FARC Alfonso Cano tewas karena bom.
Operasi Frontera, 22 Februari 2012, Super Tuscano mengebom
wilayah Bojaya, yang berbatasan dengan Panama, menewaskan teroris terkenal
Pedro Alvarado, orang yang bertanggung jawab atas tewasnya 119 warga sipil di
Bojaya tahun 2002.
Operasi Espada de Honor, 21 Maret 2012, lima Super Tucano
mengebom markas FARC di Front Arauca dekat perbatasan Venezuela, 33 pemberontak
tewas. Sembilan Super Tucano kemudian menghancurkan markas 27 FARC Viesta
Hermosa dengan 40 bom, 36 pemberontak tewas.
Dikalangan AU Brazil sendiri, pesawat ini juga menorehkan
prestasi cemerlang diantaranya menghancurkan kartel narkotika pada operasi
Agata. Skuadron Scorpion Brazil, sukses melakukan serangan terhadap sebuah
landasan udara terlarang dengan penggunaan Computer on-board. Dalam serangan
tersebut, delapan bom seberat 230 kg (500 lb) Mk 82 digunakan untuk
menghancurkan landasan. Dalam Operasi Agata-2, operasi militer Brazil pasukan
Brasil telah menyita 62 ton narkoba, menangkap 3.000 orang dan menghancurkan
tiga lapangan terbang gelap. Selain itu lebih dari 650 ton senjata dan bahan
peledak telah disita.
Dari beberapa contoh hikayat operasi udara diatas terlihat
jelas bahwa Super Tucano sangat cocok untuk penghancuran sasaran di permukaan,
dengan melakukan serangan bom pintar, rata-rata target dapat dihancurkan dalam
waktu singkat.
Sumber Rujukan:
http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/30/nurtanio-dan-si-kumbang-dalam-kenangan/
Super Tucano dan Prospek Pesawat Tempur Ringan
Kontra-Gerilya.htm
PT Dirgantara Indonesia Mampu Produksi Pesawat Super
Tucano EMB-314.htm
Mengenal Super Tucano pengganti OV-10 Bronco TNI AU «
Kedirgantaraan « ramalanintelijen.net.htm
Indonesia memang hebat
ReplyDeletePesawat tempur Indonesia semakin berkembang, kunjungan balik ya ke blog saya www.goocap.com
ReplyDelete