(Deretan Truk dan Rantis yang digunakan TNI AD di Bulungan)
Beberapa saat yang lalu, Tanjung Selor dihebohkan beberapa kejadian yang tak dinginkan mengenai salah satu tindakan kriminal yang ternyata meresahkan masyarakat, yang dikhawatirkan menjadi blunder panas ketika itu.
Salah satu pemandangan kala itu yang begitu menarik adalah membanjirnya kelompok massa, sehingga kota kecil seperti Tanjung Selor menjadi sepi bak kuburan kurang lebih beberapa hari, pihak keamanan -termasuklah Brimob bantuan yang didatangkan dari Tarakan membantu polisi-polisi lokal yang sudah siap siaga sebelumnya,- berusaha keras menenangkan masyarakat agar tak terpancing provokasi oleh kejadian yang sebenarnya murni kriminal namun berbuah menjadi isu yang mempengaruhi hubungan antara etnik yang telah lama terjalin damai di Bulungan.
Dalam suasana tersebut beberapa truck berkelir hijau melintas penuh pasukan BRIGIF Bulungan Cakti dan Yonif 613 Raja Alam menjadi pemandangan yang tak biasa, sepasukan Kombet –istilah masyarakat lokal di kabupaten Bulungan untuk menyebut pasukan TNI khususnya Angkatan Darat. Penamaan ini mungkin lahir dari kata Combatan alas pasukan tempur seiring waktu ber evolusi menjadi istilah yang dikenal sekarang,- berjejer rapi sambil menenteng senapan SS dan AK-47,- menjadi momentum yang menarik untuk disimak, apa sebab kombet-kombet itu ikut turun gunung? Begitulah kiranya pertanyaan yang berseliweran dikepala masyarakat, wajar saja patroli seperti ini memang hal yang sangat jarang terjadi.
Gajah Besi Andalan Kombet Di Bulungan.
Tak dapat dipungkiri turun gunungnya para “Kombet” itu memang memberikan efek deterent pada masyarakat, -bersama pasukan Brimob dan kepolisian setempat- sehingga membuat oknum-oknum yang berniat meresahkan masyarakat jadi berpikir berulang kali.
Truk militer sebagai sarana mobilitas, khususnya untuk Angkatan Darat mempunyai hikayat yang panjang mulai zaman kolonial Belanda, kemerdekaan Indonesia hingga setelah era reformasi, yang berubah paling hanya jenis-jenis merk angkut personil ini saja.
(iring-iringan Arteleri yang di bawa oleh Truk Militer TNI AD)
Bila menengok kebelakang, Angkatan Darat Indonesia sudah lama mengenal beberapa jenis truk Angkut personil ini, misalnya TNI AD pernah menggunakan Truk UNIMOG dan Mercy 1017 di era tahun 90-an. Truk UNIMOG asal pabrikan Jerman ini contohnya, yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1976 yakni tipe U1300L sebanyak 200 unit, pada tahun 1990-an, datang lagi 40 unit tipe U1550L untuk kebutuhan Marinir.
Truk-truk ini ternyata memiliki kemampuan mumpuni tak hanya sebagai angkut personil namun juga mampu mengusung peralatan kelas berat seperti Arteleri medan, bahkan dapat pula digunakan sebagai landasan untuk meletakan senjata anti pesawat macam Twin Gun maupun rudal panggul seperti QW-3 dan SA-7 Strela. Di era operasi penumpasan GAM, truk-truk militer ini semakin bertaji setlah dilapis baja tahan peluru oleh PT. Pindad.
Dewasa ini truk-truk militer yang hampir merata terdapat dikesatuan TNI AD salah satunya adalah jenis Isuzu NPS, pun demikian pula di Bulungan Yonif 613 Raja Alam dan BRIGIF Bulungan Cakti adalah pengguna utama. selain Isuzu NSP, adapula yang bermerek Mitsubishi Puso. Gajah-gajah besi ini sering terlihat berseliweran di tanjung Selor, tak hanya menimbulkan efek deterent tapi juga menambah wibawa pengawal NKRI yang tercinta ini.
No comments:
Post a Comment