(Kopassus juga manusia, cintanya tak pernah mati untuk negeri ini)
Beberapa
saat lalu nama Indonesia tiba-tiba menjadi terkenal akibat sebuah peristiwa
yang sejatinya tak pernah dinginkan, yakni peristiwa serangan oleh kelompok tak
dikenal ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, di Sleman Jogjakarta.
Menurut
beberapa sumber, peristiwa tersebut dipicu penusukan salah seorang mantan
Anggota Kopassus yang saat ini bertugas menjadi Agen Intelejen AD, kejadian
sendiri terjadi disebuah kafe yang pelakunya empat orang preman, konon salah
satunya adalah oknum anggota kepolisian yang sedang diskorsing karena ulah tak
disiplin.
Peristiwa
menjadi petaka ditengah bulan maret tahun ini menjadi suatu peristiwa yang
bikin miris hati, publik dikagetkan dengan kesaksin para pelaku tak lain adalah
anggota Kopassus Grup 2, sontak serta merta ada banyak pihak yang mencemooh
kejadian tersebut dan menuding peristiwa ini menjadi tinta hitam bagi sejarah
gemilang Kopassus, khususnya Grup 2, namun anehnya para penggiat HAM dan
anggota DPR yang banyak berkoar tersebut tak satupun mau memalingkan wajah pada
korban dan keluarga yang ditinggalkan akibat kekejaman oknum preman tersebut,
dalam bahasa “halusnya” Anggota TNI yang gugur dalam tugas akibat perilaku para
preman hanyalah tindakan kriminal yang sudah biasa dan tak perlu
dibesar-besarkan, sedangkan begitu anggota Kopassus “bergerak”, bermunculah
macam-macam tudingan pelanggaran HAM berat, heibat … luar biasa ketidakadilan
yang kasat mata ini, seolah gugurnya Anggota TNI tak ada “bekasnya” dimata para
penggiat HAM, media dan anggota DPR itu, kalau mau keadilan yang fair dong. Pertanyaannya
adalah benarkah ini hal hanya yang kebetulan?
Mau disudutkan, justru dapat pujian.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa banyak pihak yang ingin menjatuhan citra Kopassus
khususnya para penggiat HAM barat, bahkan mereka sudah merong-rong semenjak
dimasa Alm. Gusdur, maka blow up terhadap pemberitaan untuk menjatuhkan citra
Kopassus menjadi suguhan yang dinanti-nantikan oleh mereka.
Memang
benar dalam hal ini perilaku yang di lakukan oleh oknum Kopassus tersebut bukan
hal yang baik untuk di contoh, saya sepakat dalam hal ini. Namun masalahnya
adalah mengapa penyidikan terhadap pelaku penusukan anggota TNI itu tak terlalu
di dalami lagi ?, bukan kah masih banyak saksi dan bahkan beberapa anggota
preman pelaku penusukan yang menjadi buron?
Harus
diakui, peristiwa ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Kopassus,
khususnya di bidang pembinaan anggota, tak ada yang meragukan kemampuan mereka
dalam beraksi, jiwa Korsa yang dimiliki oleh oknum Kopassus memang patut
dipupuk, namun mengarahkannya untuk menjauh dari tindakan indispliner menjadi
batu ujian yang patut dilalui oleh segenap insan Komando Pasukan Khusus ini.
Menariknya,
dukungan justru mengalir deras ditengah cemooh segelintir orang, sesuatu yang
mungkin diluar nalar bagi sebagian orang, seakan-akan citra Kopassus yang
dulunya dibenci oleh insiden tahun 1998, berbanding terbalik dengan kondisi
saat ini, tak henti-hentinya sanjungan dan dukungan mengalir bak banjir memberikan
jempol pada aksi Kopassus, kok bisa? Inilah bukti cinta dan bangga rakyat
kepada Kopassus, karena apa rakyat sudah mulai gerah dengan aksi preman yang
tak cuma ada di jalan, tapi juga merambah ke tingkat yang besar bahkan menjadi
legal karena mengantongi izin berbadan hukum dalam bentuk perusahaan jasa
keamanan dan jasa tagih hutang, hebatnya lagi ada yang teroganisir macam
organisasi mafia model Triad dan Yakuza itu.
Masyarakat
melihat momentum insiden lapas cebongan menjadi “pengingat” bagi penegak hukum
untuk yang terkesan memberi ruang pada “organisasi kriminal” berkembang bentuk,
teratur, memiliki jaringan yang luas dan rekrutmen anggota yang makin banyak
itu. Lebih jauh para preman ini juga tak hanya menguasai “bisnis maksiat”, tapi
juga kepemilikian sajam yang bebas dan senpi yang tak berijin. Inilah yang saya
pandang justru masyarakat merasa aman dengan aksi malam itu.
Tentu
saja demi tegaknya keadilan dan disiplin militer, para oknum Kopassus sudah siap lahir batin
menjalani sanksi di pengadilan, maka sudah siapkah para penegak hukum kita,
media, DPR dan penggiat HAM untuk jujur dan adil serta bersikap objektif
terhadap tindakan kriminal yang dilakukan oleh pereman yang merupakan musabab
petaka di bulan maret itu, yang kini tengah berlindung dibelakang organisasi
kejahatan tersebut dan hukum tertulis?. (Zee)
Sumber Gambar : Kaskus Militer
Sumber Gambar : Kaskus Militer