Giant Bow alias si Panah Raksasa adalah senjata
penangkis serangan udara jarak sedang buatan China tahun 2000 ini terdiri atas
meriam 23 mm / Giant Bow dan kendaraan BCV (Battery Command Vehicle).
Meriam 23 mm / Giant Bow merupakan kategori Twin Gun karena memiliki
laras ganda kaliber kecil. Senjata ini merupakan senjata efektif untuk melawan
sasaran udara yang terbang rendah serta memberikan aplikasi pengoprasian
pertahanan udara dengan mobilitas tinggi. Senjata ini digunakan Arhanud TNI AD
sebagai pertahanan titik. Konon katanya Indonesia memiliki 18 unit yang
tersebar di satuan Arhanud TNI AD.
Meriam
ini dapat di operasikan dalam tiga mode yakni Mode otomatis penuh (dikendalikan
secara penuh dan otomatis melalui BCV).
Yang kedua
adalah mode semi otomatis (Di kendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari
baterai yang di miliki meriam itu sendiri).
Dan ketiga adalah mode manual yaitu di kendalikan oleh awak meriam.
Kendaraan BCV bukan hanya sebagai sistem komando namun merupakan FCS (Firing Control System) dari senjata meriam 23 mm / Giant Bow.
Di
pabrik senjata terbesar di Cina, tim yang dipimpin langsung oleh Asisten
Operasi KSAD, Mayjen Iwan Ridwan Sulandjana, itu melakukan pengujian sistem
radar Giant Bow dan Battery Command Vehicle (BCV). Barang-barang buatan Norinco
ini direncanakan untuk meng-up grade sista Giant Bow I yang telah
dimiliki TNI-AD.
Dalam
laporannya kepada KSAD --ketika itu masih dijabat Jenderal Djoko Santoso-- tim
Mabes TNI-AD menyaksikan uji fungsi radar dan BCV di daerah penembakan di
Ashlan, Mongolia. Norinco juga mempertontonkan uji coba sistem rudal Giant Bow
II, dan menawarkan sebagai pengganti Rapier. Tim Mabes TNI-AD juga menyarankan
agar sistem Giant Bow II dijadikan alternatif pengganti Rapier.
Laporan
itu lalu diperkuat dengan keluarnya surat keterangan Nomor Sket/11/II/2007,
yang menyatakan bahwa uji fungsi radar dan BVC sista meriam 23 mm Giant Bow
buatan Norinco telah dilakukan. Dalam surat tertanggal 19 Februari 2007, yang
ditandatangani Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD, Brigjen Nardi
Sumardi, dinyatakan bahwa sistem radar, BCV sista meriam 23 mm, dan rudal TY 90
Giant Bow II memenuhi syarat untuk dijadikan alternatif aset TNI-AD.
Seperti
yang diketahui, Giant bow dikembangkan dari senjata yang sama buatan Soviet
yang benama Zu – 23 – 2 “Sergey”, di Indonesia senjata pertahanan udara sejenis
Giant Bow ini juga digunakan, turunan dari Zu -23 -2 yang modern yakni Zur -23
-2KG Gun/ Misile berjumlah 14 buah. Sistem senjata anti-serangan udara ZUR-23-2KG Gun/Missile yang di
gunakan oleh Arhanud TNI AD dirancang oleh grup Radwar merupakan kombinasi twin
barrel gun kaliber 23mm dan dua tabung luncur rudal tembak bahu (MANPADS)
Grom (setara dengan SA-7 Rusia). ZUR-23-2KG Gun/Missile ini termasuk kategori jarak
pendek (VSHORAD - Very shorth air defence) dengan jangkauan tembak 100
km.
Dengan
sistem Fire and Forget rudal tersebut setelah di tembakkan akan dengan
sendirinya mencari sasaran yang yang mengandung sumber panas. Alutsista ini di
beli TNI AD pada tahun 2010 dengan di awali uji coba tembak di perairan
Sekerat, Bengalon Kabupaten Kutai Timur Kalimantan.
ZUR-23-2KG Gun/Missile
menggantikan posisi arsenal Denarhanud Rudal TNI AD yang sebelumnya di duduki
oleh rudal Rapier dan akan di tempatkan di beberapa titik strategis di wilayah
NKRI. Kalau
di gabung dengan giant bow senjata ini berjumlah kurang lebih berjumlah 32
buah. Diperkirakan
keseluruhan sista ini digunakan oleh satuan pertahanan udara ringan, di Seluruh Indonesia.
Sepupu Giant Bow di palagan
Libiya dan Syiria
Palagan
perang yang terjadi di Syiria dan Libiya dewasa ini telah membuktikan kemampuan
persenjataan ini, uniknya sista tersebut kebanyakan jatuh ke tangan para
pemberontak. Baik NTC Libiya maupun FSA Syiria masing-masing menggunakan
senjata tersebut untuk membabat barisan Infantri dan kendaraan ringan sekaligus
pesawat yang terbang rendah di sekitar kota.
Pada palagan
perang Libiya, penggunakan meriam anti pesawat ini lazim dan popular digunakan
dengan di taruh diatas kendaraan macam truk. Umumnya kendaraan truk sejenis
Toyota menjadi salah satu kendaraan pengusung favorit meriam yang sewaktu-waktu
difungsikan sebagai senjata berat tersebut.
Selepas
jatuhnya Gadafi, perang berlanjut dibeberapa negara Timur Tengah, yang paling
seru terjadi di Syiria antara rezim Assad dengan para pejuang yang tergabung
dalam FSA. Pertempuran antara Syirian Arab Army yaitu pasukan pemerintah
melawan Free Syirian Army yang merupakan kelompok perlawanan, saling berhadapan
lagi-lagi kerap menggunakan senjata tersebut.
Para pejuang
FSA umumnya sangat mahir menggunakan senjata meriam anti udara tersebut, hebatnya lagi tak sedikit pesawat modern Suriah macam Mig-29 yang dijatuhkan oleh FSA diantaranya menggunakan meriam anti udara jenis ini. Hal itu sejatinya
tak mengherankan karena sebagian dari mereka memang adalah pajurid yang
membelot dari kesatuannya saat perang berlangsung, hal ini ditopang karena
sebagian besar rakyat Syiria semenjak berkuasanya ayah Assad, Hafez Al-Assad
diwajibkan untuk menjadi pasukan cadangan atau wajib militer yang terlatih
hingga berumur 55 tahun. (zee)
Giant Bow I & Zur -23 -2KG Gun / Misile Galeri.
No comments:
Post a Comment