Monday, July 23, 2012

Hikayat Batalyon Infanteri Raja Alam 61 3


(Salah seorang prajurid Batalyon Raja Alam 613 berfose dengan sebuah Mortir)

Di utara kaltim, siapa yang tak mengenal Batalyon Infatri Raja Alam, batalyon tertua dari tiga kekuatan militer Angkatan Darat yang tersebar disana. Selain Batalyon Raja Alam 613, ada juga Batalyon Maharaja Pandita 614 dan Brigade Infantri (Brigif) Bulungan Cakti. 

Hikayat Kombet Dari Utara

Kiprah dari Batlyon yang cukup sepuh ini mengakarkan istilah Kombet yang cukup masyur namanya di kawasan utara ini. Batalyon yang sudah melahirkan 23 Danyonif ini lahir pada pada Sabtu, 3 Juni 1978 pukul 12.15. Wita. Sang ayah, Kepala Staff TNI AD Jendral Widodo kemudian mentasmiyahkannya dengan nama Raja Alam. Ini bukan sembarang nama, Raja Alam merupakan salah satu tokoh sejarah di utara kaltim yang berperang menghadapi belanda.

Batalyon Raja Alam kemudian berada dibawah bimbingan dan pengawasan Kodim IX Mulawarman di jalan Aki Balak, Juata Kerikil, kota Tarakan sebagai basis terbesarnya. Menurut Tabel Organisasi Peralatan alias TOP saat ini, kekuatan utama Batalyon Raja Alam didukung oleh tak kurang dari 651 prajurid yang terdiri dari 27 orang Perwira, 114 Bintara, dan 510 orang Tamtama.
 
Batalyon Infantri ini sendiri terdiri dari 5 Kompi yakni: Kompi Senapan A, Kompi Senapan B, Kompi Senapan C, Kompi Bantuan dan Kompi Markas. Hal ini sesuai dengan literatur militer sendiri bahwa yang dimaksud dengan Batalyon adalah Satuan dasar tempur di bawah Brigade atau Resimen yang terdiri dari suatu Markas, Kompi Markas dan beberapa Kompi (biasanya tiga Kompi) atau Baterai (istilah Kompi khusus untuk satuan Altileri). Tiap Kompi biasanya dipimpin oleh seorang seorang Kapten, sedangkan tiap satu Batalyon dipimpin oleh seorang Mayor (senior) atau Letnan Kolonel.  

Dalam satuan infanteri, ada tiga macam kompi, yang disesuaikan dengan fungsinya, yaitu Kompi Senapan (Kipan), Kompi Markas (Kima), Kompi Bantuan (Kiban). Kompi Senapan disiapkan untuk operasi lapangan, dengan dukungan Kompi Bantuan. Persenjatan Kompi Bantuan lebih berat dari persenjataan Kipan, persenjataan Kipan terdiri dari Senjata Mesin Sedang (SMS), mitraliur, dan mortir. 

Di Tarakan Kompi-kompi itu di bagi-bagi lagi lokasinya. Kompi Senapan C misalnya dikhususkan di kawasan Mamburungan, kemudian sedangkan Kompi markasnya ada di Juata Krikil. Dari kesemua Kompi yang ada, hanya Kompi senapan B saja yang terletak di Tanjung Selor, diluar dari basis militernya di Tarakan.

(Mengasah skil menciptakan prajurid tempur sejati)

Sedikit informasi, Markas dari batalyon Infantri di Juata Krikil menempati kawasan seluas 31,7 Hektare, terdapat bangunan Kompi Mayon (Markas Batalyon) sebanyak 2 unit, juga terdapat 3 unit kantor Kompi, setiap Kompi memiliki 3 barak begitu pula Kompi bantuan memiliki pula sebanyak 3 unit barak. Untuk 1 barak diisi oleh 1 pleton, -terdiri kurang lebih 30 personel-, jadi kesemuanya ada 14 unit.

Soal armament, Batalyon Infantri Raja Alam memiliki beragam jenis senjata, khusunya untuk senjata per orangan, Batalyon ini menggunakan Senapan Serbu Varian 1 alias SS V1 buatan PT. Pindad yang legendaris itu. Selain itu ada pula Senapan Penembak Runduk (SPR), Mortir 60 sampai 81 mm, Senapan Mesin Ringan (SMR), Senapan Mesin Sedang (SMS) dan Senapan Mesin Berat (SMB) serta Senapan Serbu Otomatis atau SO.

Kiprah Batalyon Raja Alam 613 dalam menjaga keutuhan NKRI.

Diusianya yang tak lagi bilang muda, kenyang asam garam pertempuran telah dilakoni oleh Batalyon garis depan diperbatasan ini. dengan moto “Setia dan Pantang Menyerah dalam Pertempuran” telah berperan dalam berbagai operasi pemulihan keamanan.

Diantaranya Operasi Pengamanan Wilayah Ambon tahun 1999, Operasi Pengamanan Wilayah Sampit tahun 2000, Operasi Pengamanan Wilayah Aceh tahun 2001 dan Operasi Pengamanan Wilayah Papua pada tahun 2002. Selain itu Batalyon ini berkiprah besar dalam upaya pengamanan dan rekonsiliasi semasa konflik Tarakan beberapa saat yang lalu dengan pendekatan damai. 

Posisi Batlyon Raja Alam yang mengamankan wilayah utara bersama Batalyon Maharaja Pandita 614 dan Brigade Infantri (Brigif) Bulungan Cakti memang tidak lah mudah, sewaktu-waktu konflik terbuka antara Indonesia maupun negara jiran serumpun Malaysia bisa saja terjadi otomatis pasukan-pasukan tempur inilah yang diterjunkan lebih awal. 

 (Siap berangkat dimedan tugas kapan saja dan dimana saja)

Pun demikian dengan perbatasan Indonesia dengan Filipina yang cendrung tenang seperti angin sepoy-sepoy namun dibalik itu tak dapat di pungkiri ilegal fishing, perdagangan obat-obatan terlarang sampai jual beli senjata-senjata ilegal yang kemudian digunakan oleh para rompak laut dan perampok jelas menjadi catatan tersendiri yang tak bisa di abaikan.

Untuk membangun kualitas tempur yang mumpuni, latihan tempur dilakukan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Bagi prajurid baru, latihan insentif berupa keahlian atau keterampilan menyamar, menembak dan bergerak adalah santapan wajib sampai benar-benar ahli dibidangnya. Selanjutnya adapula latihan satuan tingkat regu seperti pengamanan VVIP Presiden, latihan uji siap tempur dari Pleton hingga Batalyon secara kontinyu dilakukan demi terciptanya prajurid tempur pilihan yang siap menjaga kedulatan NKRI tercinta.

Sumber: Radar Tarakan Minggu 3 Juni 2012

No comments:

Post a Comment