(Iring-iringan Boa Class Indonesia)
Dibanyak negara, kata embargo memang hal tak
menyenangkan, pun demikian Indonesia ketika nagara-negara barat melakukan
embargo setelah tumbangnya rezim orde baru. Banyaknya persenjataan yang
kualitasnya menurun berimbas pada kurang efektifnya menjaga aset-aset negara.
Disaat masa sulit mendera, Indonesia dalam hal ini
Tentara Nasional Indonesia tentunya tak ingin berpangku tangan dan menunggu
nasib menjadi pesakit baru di Asia Tenggara, salah satunya yang juga menjadi
berkah dimasa-masa embargo tersebut adalah kesadaran mengenai keinginan untuk
mandiri yang tidak sepenuhnya harus tergantung dengan negara-negara lain dalam
hal mensuplay kebutuhan pertahanan negara.
Maka mulailah Indonesia melirik hasil karya anak
bangsa agar tetap survive dimasa krisis. Ditengah krisis yang mendera dan di
perparah dengan aktivitas asing yang mengambil kesempatan melakukan pencurian
ikan, pengangkatan ilegal harta karun berupa kapal-kapal kuno tanpa seizin
Indonesia serta meningkatnya jalur penjualan narkotika dan perdagangan manusia
di atas wilayah laut NKRI tentunya menjadi hal yang menyakitkan bagi bangsa
Indonesia khususnya bagi Angkatan Laut Indonesia yang juga terkena imbas dari
embargo dan krisisi tersebut.
Boa
Class Indonesia
Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan)
Angkatan Laut Indonesia tentunya tak tinggal diam dengan kondisi tersebut,
kebutuhan akan kapal-kapal patroli amat mendesak. Ditegah krisis Indonesia
akhirnya survive dengan menghasilakan kapal patroli berbahan fiperglass yang
ringan tapi kuat karena di topang dengan rangka yang dibuat dari bahan kayu
berkualitas tinggi.
(Kapal Cepat dengan kanon Oerlikon 20/70 kaliber 20mm)
Di Mentigi, Boa Class ditetaskan untuk bersiap
menjaga perairan dangkal Indonesia, Pun
demikian dengan sepupu dekat dari Boa class juga di tetaskan di Manokwari, nun
jauh di kawasan timur Indonesia.
Hikayat penamaan Boa sendiri tak lahir dengan
sendirinya, namun didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Laut
tentang Ketentuan Pokok Pemberian Nama Kapal-kapal Perang Republik Indonesia
yang menyatakan, untuk jenis kapal patroli cepat menggunakan nama-nama ikan
atau ular.
Angkatan Laut sendiri nampaknya senang menggunakan
nama-nama ular berbahaya pada armada kapal patroli cepat mereka ini. Filosofi
itu lahir dari sifat-sifat ular berbisa nan berbahaya yang merentang dikawasan
barat hingga timur Indonesia, cepat, tangkas, mematikan, sabar, ulet dan gesit
begitulah nampaknya mengilhami keberadaan kapal patroli kebanggaan Angkatan
laut Indonesia ini.
Dalam arsenal Angkatan Laut Indonesia, jenis kapal
patroli cepat ini setidaknya di bagi dalam dua kelas yakni Cobra Class dan Boa Class. Jika digabungkan hasil karya Fasharkan
baik di Mentigi maupun di Monokwari sangat membanggakan kurang lebih ada
sekitar 15 ekor ular-ular laut.
(Angkatan Laut Indonesia dengan latar belakang deretan kapal cepat patroli buatan dalam negeri)
Salah satu peristiwa penting yang menggambarkan
keberanian pelaut-pelaut indonesia di atas ular-ular laut ini salah satunya
adalah insiden Tedong Naga, dimana sebuah kapal Malaysia berniat nekat
menerobos perbatasan laut Indonesia di Amabalat, Tedong Naga yang bertugas saat
itu tak gentar mengadang laju kapal perang malaysia tersebut sehingga sempat
menimbulkan benturan antara kedua kapal perang tersebut. Insiden ini sempat
memanaskan hubungan kedua negara, peristiwa ini pula menjadi jawaban kepada
jiran Indonesia bahwa pelaut-pelaut Indonesia siap menghadang dan mengusir
siapapun yang berniat mengganggu kedaulatan NKRI tercinta.
Kemampuan
dan persenjataan
Soal kemampuan, kapal patroli yang berhasil
ditetaskan oleh Fasharkan ini tak perlu diragukan kehandalannya. Dengan berat
90 ton ular laut yang mampu membawa 20
pelaut ini memiliki dimensi 36 meter x 7 meter ini mampu melaju kencang dan
lincah bermanuver, hal ini tak lain karena 3 mesin MAN 1100HP D2842 LE 410 yang
sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 33,8 knot.
Interior kapal perang ini dirancang futuristik dengan
konsep kenyamanan yang tinggi. Selain ruang mesin tentunya ada pula ruang anjungan
utama serta ruang pendukung untuk menjalani tugas seperti kantor, ruang
komunikasi, ruang senjata, ruang tahanan dan tentu juga ruang tidur yang nyaman bagi para awak yang
bertugas.
Persenjataan kapal perang ini selain ditunjang dengan
senjata-senjata individu juga diperkuat dengan 1 kanon Oerlikon 20/70 kaliber 20mm dengan
kecepatan tembakan 250-320 rpm, jangkauan 4,3 Km untuk target udara dan
permukaan terbatas yang ditempatkan di haluan, serta 1 buah senapan mesin 12,7
mm di buritan kapal.
Sumber: Komando Militer.
No comments:
Post a Comment