Monday, October 15, 2012

Hikayat kapal Cepat Torpedo Indonesia.


 
 (KRI Ajak, pengusung torpedo andalan Indonesia)

Istilah KCT a.k Kapal Cepat Torpedo memang nampaknya tak sebegitu benderang di banding sepupu dekatnya Kapal Cepat Rudal alias KCR yang di bangun oleh indonesia baik varian 40 m, 57 m dan yang terbaru 60 m. Padahal dalam sejarahnya jauh sebelum keberadaan Komar Class sang pemanggul rudal Styk yang muncul dipermukaan tahun 60-an, Indonesia diawal-awal persiapan trikora justru mengandalkan kapal cepat torpedo, tiga diantaranya terlibat dalam pertempuran legendaris yang merubah jalannya sejarah atas penguasaan Belanda di tanah keramat papua.

Macan Tutul Class, KCT generasi pertama Indonesia.

KRI Macan tutul yang tak lain merupakan MTB (Motor Torpedo Boat) memang bukan tandingan kapal-kapal perang Belanda diawal-awal masa Tri kora berkibar, terlebih lagi kapal-kapal buatan Jerman Barat itu memang tidak di rancang membawa banyak kru untuk aksi infiltrasi, namun sebagai kapal tempur pengusung torpedo.

Sayangnya saat paket pembelian dari Jerman Barat yang sesungguhnya di ikuti paket terpedo ternyata disekat oleh pihak Nato, maklumlah sebagai negara yang baru saja menderita kekalahan perang, masternya torpedo ini di tekan untuk tidak menciptakan senjata bawah air yang mematikan tersebut, namun jika ingin membeli peluru torpedo ini harus lewat persetujuan Inggris sebagai pemasoknya, alhasil Inggris yang berpihak kepada Belanda tentunya tak akan mengijinkan Motor Torpedo Boat Indonesia itu dijejali dengan Torpedo barang sebijipun saking sulitnya mendatangkan dari pihak barat. 

Jadilah kapal pengusung terpedo ini beralih fungsi menjadi kapal cepat yang disiapkan untuk infiltrasi dengan hanya bersenjatakan sebuah meriam Bofors 40 mm dan dua buah armament pendukung senjata berat 12,7 mm.  

Dalam hikayat Angkatan Laut Indonesia, sebuah peristiwa paling bersejarah dimasa Trikora berkobar adalah gugurnya Komodor Yos Sudarso dan para awak KRI Macan Tutul di sekitar perairan Aru. Peristiwa yang awalnya kompeni Belanda dianggap sebagai sebuah kemenangan manis justru berbuah pahit pada akhirnya. 

Indonesia mempercepat modernisasi militer, diantaranya mendatangkan 12 kapal selam Whiskey Class dari USSR plus dengan terpedo terbaik dimasanya, 50-SEAT sehingga kapal-kapal perang Belanda di buat pulang kandang dan sebagian dibawa kabur ke Australia untuk menghindari aksi pembalasan sejak insiden di Laut Aru tersebut.

Kapal Cepat Torpedo Dalam Armada Militer Indonesia.

Walaupun pamor kapal cepat torpedo sempat pasang surut, sejatinya kapal tempur kelas ini masih menjadi andalan utama bagi armada kapal perang indonesia, bahkan dimasa alm Pak Harto, kapal-kapal perang torpedo ini menjadi salah satu ujung tombak penting mengingat stok armamennya berupa torpedo secara membanggakan telah berhasil di buat sendiri oleh anak bangsa melalui PT. Dirgantara Indonesia.

Dalam hikayat, torpedo yang diproduksi oleh PT. DI erat kaitannya dengan kedatangan dua buah Kapal Selam indonesia yakni KRI Cakra dan Kri Nanggala. Indonesia menginginkan kemandirian torpedo sehingga membeli lisensi oleh pihak AEG (Allgemeine Elektrizitäts-Gesellschaft, General Elictriccity Company) Jerman, PT. DI mulai memproduksi SUT (Surface and Underwater Target) Torpedo di Kawasan Produksi V di Pulau Madura sebanyak 100 buah. Hebatnya lagi produksi SUT Torpedo menyerap tenaga kerja sebanyak 399 orang. 

PT. DI membuat dua varian SUT Torpedo, latihan dan perang. Khusus varian latihan baterai torpedo dapat diisi ulang. Satu kali isi ulang dapat digunakan 10 hingga 15 kali latihan. Sedangkan varian perang tidak ada informasi yang detil dari PT. DI daya tahan baterainya. Akan tetapi umur baterai dapat diperpanjang, jika usia pakainya terlewati. ini membuat nyawa dari SUT Torpedo menjadi lebih lama.

Panjang SUT Torpedo dengan kasket 6620 mm, sedangkan tanpa kasket 6150 mm. Berat torpedo varian perang 1413.6 kg, varian latihan 1224 kg. Dengan membawa hulu ledak seberat 225 kg SUT Torpedo mampu mengkaramkan sebuah frigate. Jarak jangkau SUT Torpedo 38 km dengan kemampuan menyelam hingga 100 m.

Menurut penulis sebaiknya lini produksi torpedo Indonesia dilakukan upgread kemampuan dengan menambah lisensi torpedo dari berbagai jenis sehingga perkembangan torpedo Indonesia menjadi lebih berkembang. 

Tak hanya itu ada baiknya lini produksi torpedo dan rudal yang akan dikembangkan bersama antara Indonesia dan Cina seperti C-705 dilakukan oleh PT. Dirgantara Indonesia yang secara sarana prasarana menurut penulis lebih siap karena ditunjang pengalaman dalam menciptakan roket FFAR dan Torpedo. Membangun pabrik baru rasanya kurang pas, lebih baik memberdayakan PT. DI yang telah perpengalaman.

Dalam persiapan menghadapi perang bawah air, Indonesia boleh berbangga diri karana telah menciptakan setidaknya empat buah armada KCT hasil racikan PT. PAL Indonesia. Kapal-kapal perang tersebut terangkum dalam ANDAU CLASS yakni, KRI Andau (650), KRI Singa (651), Kri Tongkak (652) dan KRI Ajak (653)  ke empat KRI ini termasuk dalam seri FPB-57 Nav II yang mana sebagian lambung kapal dan peralatannya dibuat di Lurssen, Jerman, dan dipasang di PT. PAL, Surabaya. 

Kapal-kapal perang ini memiliki tugas sebagai elemen pemukul musuh, baik di permukaan maupun bawah permukaan (ASW - Anti Submarine Warfare) termasuk sebagai kapal pendeteksi anti-kapal selam. 

Soal kemampuan tak perlu diragukan lagi, kapal-kapal ini dilengkapai dengan armament  Dua buah tabung peluncur torpedo 533 millimetre (20,98 in), dibekali dengan torpedo berpemandu AEG SUT (Surface & Underwater Target) yang pada kecepatan 23 knot torpedo ini dapat menghantam target berjarak 28 km, tak cukup dengan itu KCT ini dilengkapi pula Satu Meriam Bofors SAK 57/70 berkaliber 57mm dengan kecepatan tembakan 200 rpm, jangkauan 17 Km untuk target permukaan dan udara dengan pemandu tembakan Signal LIROD Mk. 2. 

Kemudian satu lagi Meriam Bofors SAK 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 300 rpm, jangkauan 12 Km untuk target permukaan dan udara. Terakhir dua kanon kembar Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 km untuk target udara.

Senjata saja tentu tak cukup, kapal kebanggan negara ini dilengkapi pula dengan berbagai peralatan sensor elektronik seperti; Sonar PHS-32 hull mounted MF, Pengontrol tembakan DR-2000 S3 intercept, Radar permukaan Racal Decca/Signaal Scout, serta Pengumpan (Countermeasures) Dagie decoy RL.

Keseluruhannya didedikasikan pada kerja keras dan semangat anak bangsa untuk menciptakan kemandirian pertahanan negara. (Zee)

No comments:

Post a Comment