Tuesday, October 2, 2012

Menengok Modernisasi Militer Marinir Indonesia

(Penembekan Howitzer LG-1 MK II 105 mm, kesan magis begitu kental terasa)

Kalau boleh jujur, bagi saya pribadi diantara banyak kecabangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, -tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap AD, AU maupun AL,- korp Marinirlah bagi saya yang memiliki aura magis tersendiri yang tak hanya menumbuhkan decak kagum namun juga respek yang mendalam terhadap pasukan pendarat terbesar di Asia Tenggara ini.

Marinir Indonesia sesungguhnya merupakan pasukan yang menjadi tulang punggung bagi pasukan pendarat pantai, -yang dalam sepanjang sejarahnya operasi pendaratan Marinir di dunia adalah operasi militer paling berisiko dan memakan korban yang tak sedikit,- sudah selayaknyalah pasukan garis depan ini tak hanya bersarang di Jakarta dan Surabaya saja, melainkan harus dimekarkan lagi, modernisasi militernya tak boleh sekedarnya. Karena itu upaya memekarkan Marinir di Sorong, Papua harus didukung penuh oleh segenap elemen bangsa ini.

LG-1 MK II 105 mm, Ikon Arteleri Medan Marinir Indonesia.

Diantara segenap kecabangan angkatan bersenjata kita, Marinirlah yang saya pandang modernisasi militernya cendrung agak lambat di banding yang lain, katakanlah saudara tuanya Angkatan Darat. walaupun memang dari segmen kavaleri kita dapat bersyukur, Marinir mendapat jatah 54 tank baru tipe BPM-3F, mudahah-mudahan juga di ikuti penambahan terhadap BTR-80 kedepannya.

Agak berbeda pada segmen howitzer arteleri medan, bukan maksud saya berhitung-hitung,  Angkatan Darat saat ini di beri kesempatan besar menghidupkan dan mengembangkan 2 Batalion Howitzer Caesar 155 mm. Jika satu Batalion Arteleri medan terdiri dari 3 baterai, dimana dalam satu bateri mempunya 6 pucuk meriam, maka dapat diperkirakan Howitzer gerak sendiri milik TNI AD akan mencapai 36 unit. Sebuah jumlah yang fantastis untuk alutsisita gerak sendiri berteknologi tinggi ini.

Coba bandingkan dengan Batalion Howitzer arteleri medan Marinir, jumlahnya berbading terbalik dengan Angkatan Darat. khususnya untuk salah satu ikon Batalion Howitzer Marinir sekelas Howitzer LG-1 MK II 105 mm. Inilah satu dari sekian banyak meriam arteleri medan kebanggan korp Marinir dalam menunjang tugas operasi militer di lapangan.

Pertanyaannya berapa pucuk yang di miliki oleh Marinir Indonesia? Dalam catatan Janes Defence, LG-1 MK II sudah mulai memperkuat Batalyon Artileri Howitser pada Resimen Artileri Korps Marinir pada awal 1994. Jumlah meriam LG-1 MK II yang kini memperkuat Korps Marinir ada 20 pucuk, dan ditempatkan pada Batalyon Howitser 1 – Resimen Artileri 1 (Surabaya – Jawa Timur) dan Batalyon Howitser 2 – Resimen Artileri 2 (Cilandak – Jakarta Selatan). Itu artinya untuk sebuah Howitzer yang menjadi ikon bagi Marinir ternyata perbatalionnnya tak sampai dua baterai arteleri medan. Bandingkan dengan Singapura yang mampu mengisi kantong arsenal 2 batalion arteleri medan bagi Marinirnya full 37 pucuk.

Ada alasan mengapa Marinir memilih LG-1 MK II 105 mm, armament yang satu ini walau memiliki bobot hanya berkisar 1.520 kg yang menjadikannya armanent teringan dikelasnya namun memiliki daya gempur yang tinggi cocok dengan pergerakan pasukan Marinir yang mengandalkan pendaratan cepat yang didukung oleh daya gempur yang maksimal, karena memang pasukan Marinir bukan tipe pasukan bertahan.

Spesifikasi LG-1 MK II 105 mm pun menarik untuk di bedah. ada baiknya saya mengutip sedikit ulasan dari situs Indo Militer yang menurut saya amat kompeten untuk menjelaskan mengenai sista Marinir yang satu ini.

Menurut hikayat yang dikisahkan si empunya tulisan, LG-1 105 mm khususnya di varian Mk II ini dirancang sebagai meriam ringan yang dapat dipindahkan baik dengan cara ditarik maupun memakai bantuan Heli seperti misalnya Bell 412 dan Super Puma. Saat pemindahan laras senjata ini dapat dilipat kebelakang berhimpin dengan kedua buah kaki panjang yang diringkas sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan tempat sangkutan rantai tarik yang dihubungkan dengan kendaraan penarik bila pemindahannya lewat jalan darat. Dalam gelar tempur oleh Korps Marinir TNI AL, umumnya LG-1 ditarik oleh truk Unimog, sedangkan untuk pemindahan meriam dari LST (landing ship tank)/LPD (landing platform dock) bisa dilakukan lewat KAPA (kendaraan amfibi pengangkut artileri), seperti tipe KAPA K-61 dan PTS-10.

LG-1 MK II terdiri dari komponen laras sepanjang 3,17 meter seberat 100 Kg dengan arah putaran kekanan yang mampu menembakan 12 butir peluru dalam tiap menitnya. Meriam ini bisa menghantam sasaran dalam jarak antara 11,5 kilometer dengan memakai proyektil baku jenis HE(high explosive) M1. Jika memakai proyektil baku jenis Giat HE BB, senjata ini bisa menghantam sasaran sejauh 19,5 kilometer. Sedangkan untuk jarak tembak minimum yakni 1,4 kilometer. Waktu yang dibutuhkan ke-7 awaknya guna menyiapkan senjata ini dalam kondisi siap tembak hanyalah 30 detik.

Secara lebih dalam LG-1 MK II mempunyai panjang meriam dengan laras, 6,95 m dan tanpa laras 5,32 m, lebar meriam 1,96 m, berat 1.520 kg, sudut elevasi maksimal 1.270 MIL dan minimal 84 MIL, sudut defleksi kanan 320 MIL dan kiri 330 MIL. Dalam setiap misi tempur, bekal amunisi pokok yang disiapkan mencakup (BB 36 butir, HE 36 butir, Asap 12 butir dan cahaya 12 butir).

Sebagaimana pola penggunaan meriam pada umumnya, usia laras ditentukan berdasarkan berapa kali tembakan yang dilakukan, dan batas masa pakai laras LG-1 mencapai 7300 kali tembakan. Agar akuransi penembakan dapat dijaga, maka juru bidik meriam menggunakan teropong bidik yang berada 0,9 meter dari landas tumpu suku cadang pemicu tembakan. Dengan sudut dongak tertinggi larasnya ialah sekitar 70 derajat, senjata ini dapat menghantam sasaran yang berada lebih rendah kedudukanya karena laras dapat ditundukan hingga mencapai sudut tunduk 3 derajat terhadap posisi rebah penuhnya.

Meriam LG-1 Mk II, yang merupakan senjata teringan dikelasnya, memiliki kelebihan dalam mutu dan kinerja penembakan laras yang lebih baik dibandingkan jenis Mk I (autofret-taged), yang memungkinkan laras dapat menembakan proyektil dengan tekanan lebih besar. Sistem ini membuat tenaga tolak baliknya dapat diredam sekecil mungkin dan secara tidak langsung berpengaruh pada kemudahan perawatannya. Korps Marinir TNI-AL pengguna pertama untuk versi ekspor MK II.

Dari sekian kelebihan ini maka wajar saja Marinir menjadikannya sebagai ikon howitzer garis depan bagi pasukan pendarat yang memiliki aura magis ini, jadi menurut saya walaupun Kemhan sedang memperioritaskan alutsista bergerak, ada baiknya untuk pengecualian terhadap Resimen Howitzer Marinir.

Kedepan kita tentu mengharapkan ada penambahan jumlah dan kualitas terhadap Howitzer-howitzer pasukan hantu laut kebanggan bangsa ini, paling tidak langkah nyatanya adalah melengkapai armament sekelas LG-1 MK II 105 mm menjadi full 2 Batalion Howitzer, agar Marinir tak hanya gahar tapi juga makin lincah dan bermata. (Zee)


No comments:

Post a Comment