(Pesawat N-219, salah satu projek masa depan Indonesia yang masih harus diwujudkan)
Beberapa
saat yang lalu kita disibukan dengan pemberitaan penundaan projek KFX oleh
Korea Selatan, tentu saja penundaan ini memberikan dampak psikologis yang tak
kecil mengingat hasrat Indonesia untuk memiliki jet tempur pejuang generasi ke
lima itu.
Sejatinya penundaan tersebut haruslah disikapi dengan bijak dan kepala dingin, jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, karena penundaan Projek KFX, maka tertunda pula hasrat memiliki, korvet, kapal selam, helikopter serang Gendiwa, N-219, R-80 dan kendaraan tempur Anoa Canon 20 dan 90 mm dimasa mendatang.
Sejatinya penundaan tersebut haruslah disikapi dengan bijak dan kepala dingin, jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, karena penundaan Projek KFX, maka tertunda pula hasrat memiliki, korvet, kapal selam, helikopter serang Gendiwa, N-219, R-80 dan kendaraan tempur Anoa Canon 20 dan 90 mm dimasa mendatang.
Masih banyak projek masa depan yang harus digarap.
Tentu
saja penundaan KFX dapat memberikan dampak yang tak kecil terhadap banyak
sekali projek masa depan indonesia, namun penundaan bukan berarti akhir dari
projek masa depan pesawat genersi ke lima itu, para ahli yang dikirim sebagai
bagian dari Design Center projek KFX juga ketiban durian
runtuh berupa cetak biru pengembangan pesawat tempur tersebut, jadi salah besar
bila “pengeritik” dari dewan rakyat Indonesia itu mengatakan negeri ini
mengalami kerugian, bukankah ilmu yang mahal itu menjadi keuntungan tersendiri
mengingat desain bangun pesawat tempur hanya segelintir negara yang bisa
memilikinya?!.
Lagipula
bila tenggelam dalam kekesalan terhadap penundaan tersebut tak akan ada
habisnya, Indonesia masih punya banyak projek masa depan yang harus
direalisasikan misalnya dibidang pertahanan kelautan yaitu mempercepat dan
mengawal projek kapal selam dan korvet nasional hasil kerjasama dengan Belanda
dan Korsel tersebut, jangan sampai sebuah keputusan politis sepihak membuyarkan
apa yang sudah dirintis tersebut.
Hal
yang sama juga dibidang dirgantara, projek KFX jelas bukan satu-satunya, ambisi
menjadikan Indonesia sebagai kekuatan dirgantara yang diperhitungkan dikawasan,
dan ambisi itu sendiri tak akan pernah padam, maka mulailah dengan bidang sudah
dikuasai betul, kita masih punya pekerjaan rumah untuk menyelesaikan desain
atau purwarupa N-219 dan Gendiwa agar tak hanya sampai pada bentuk prototipe
namun juga masuk dalam produksi masal, sehingga apa yang kita mulai tak
dianggap sebelah mata baik oleh pengkritik dalam negeri maupun jiran kita
diluar sana. Jangan sampai apa yang telah susah payah dimulai hanya berujung
pada brosur dan maket saja.
N-219
misalnya, bila diproduksi masal akan dapat menjadi jembatan udara yang
memudahkan mobilitas manusia dan barang untuk mewujudkan perkembangan ekonomi
dikawasan-kawasan yang belum sepenuhnya terjamah pesawat-pesawat berbadan
besar, dengan segala pengalaman yang ada, tak perlu disangsikan lagi kemampuan
anak bangsa dalam menciptakan pesawat baling-baling 19 seat tersebut. Lagipula
telah lama kita tak menghasilkan lagi desain pesawat buatan rancangan
sepenuhnya milik anak negeri.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa kemunculan N-219 akan menjadikan pembuktian bahwa
para perancang PT. Dirgantara Indonesia bukan sekedar “tukang pasang skrup”
seperti tudingan kawan-kawan negeri jiran, lucunya baru bisa menelorkan wahana
terbang tanpa awak saja sudah sesumbar seperti itu, padahal Indonesia 15 tahun
lalu sudah menerbangkan pesawat penumpang pertama di Asia Tenggara yang
merupakan buatan dalam negeri.
Lain
N-219, lain pula Helikopter serang Gendiwa, kemunculan model dari helikopter
ini saja sudah mengguncang kawasan, apalagi bila sudah tercipta, tak ada yang
meragukan kemampuan indonesia untuk menciptakan pesawat rotari wing ini, memang
beberapa tahun ini PT. Dirgantara Indonesia sudah disibukan dengan berbagai
pesanan helikopter oleh masing-masing angkatan dan kepolisian, namun seperti
yang sudah diketahuipula sudah lama kita tidak memodernisasi heli serang yang
kita miliki, memang sejauah ini kita
memiliki NBO-105 namun sesuai perkembangan zaman ia harus pula digantikan suatu
saat nanti, selebihnya kebanyakan yang ita miliki adalah jenis berupa heli
serbu, walau sama-sama memperkuat pertahanan negera, heli serang dan heli serbu
walau serupa tapi jelas tak sama.
Rencana
pemerintah yang mungkin terkendala mendatangkan Super Cobra sejatinya bisa
menjadi berkah bagi industri penerbangan dalam negeri untuk mewujudkan rancang
bangun Gendiwa, heli serang versi tandem itu, kita bisa melihat dengan jelas
bagaimana industri penerbangan negara sahabat yang berani mewujudkan kemandirian
terhadap desain helikopter serang asli miliknya seperti Shahed 285-AH buatan
industri penerbangan milik Iran yang telah berdikari dibidang helikopter
serang, patut menjadi contoh bagi demi mewujudkan kemandirian industri
pertahanan dalam negeri.
Diluar
itu, Indonesia patut bangga bahwa ayah dan anak, BJ. Habibie dan Ilham Habibie
kembali memperkuat desain N-250 yang digagalkan secara politik oleh IMF, tekad
Ilham Habibie untuk “membangunkan” kembali saudaranya, N-250 yang juga lahir
dari buah cinta Habibie-Ainun jelas memberikan warna baru yang akan menggebrak
industri rancang bangun dirgantara nasional, N-250 yang akan berubah wujud menjadi
R-80 harus didukung oleh banyak pihak termasuk pemerintah dan PT-DI yang akan
menjadi mitra strategis mewujudkan ambisi anak bangsa itu.
Dibidang
pertahanan darat kita masih harus
mewujudkan kepemilikan panser dalam negeri baik untuk Infantri mekanis maupun
untuk kavaleri, tak banyak negera yang mampu mewujudkan hal tersebut, negeri
ini beruntung menjadi salah satunya. Kita memang sudah menghasilkan panser anoa
yang sampai hari ini terus berevolusi untuk menjadi panser kelas atas, pun
demikian kita masih memiliki pekerjaan rumah berupa panser Anoa Canon 20 dan 90
mm yang masih terus diburu untuk diwujudkan, kita masih harus mengawalnya bukan
hanya pada desain tapi juga produksi masalnya sehingga kemampuan untuk
memodernisasi kavaleri dimasa depan agar menjadi kekuatan darat yang disegani
bukanlah isapan jempol belaka.
Dari
sini saja kita masih punya tugas, tak ada waktu berleha-leha apalagi bersilang
pendapat, baik pemerintah maupun parleman harus memberikan ruang penuh bagi
para perancang dan industri pertahanan dalam negeri, ingat TNI kuat rakyat
tidur nyeyak, Industri pertahanan yang kuat TNI makin gagah perkasa. Jadi
masihkah kita terlena dengan penundaan KFX?.
(zee)
No comments:
Post a Comment