Saturday, August 17, 2019

Kisah Sukwan Dwikora : H. M Saleh Busma, Raid Ke Serawak.



Haji Muhammad Saleh Busma, begitulah nama beliau, selama era konfrontasi beliau terlibat sejumlah raid ke Serawak, menariknya beliau juga pernah bertemu Pak Beny Moerdani saat kunjungan beliau ke Long Bawan. Beliau menjabat sebagai Ketua Macab LVRI di Malinau dengan NPV: 16.007.160. Demikianlah kisah H. Muhammad Saleh Busma yang akan kita simak dalam tulisan ini.

Bertemu komandan Batalyon RPKAD, Mayor Beny Moerdani di Long Bawan.

Saya tahu tentang Kalimantan Utara dan berjuang untuk kemerdekaannya. Sekitar awal tahun 1963 ketika saudara sepupu saya Umar SHR yang bekerja sebagai pencari Buaya, datang dari Brunei berjalan kaki lewat Krayan membawa kurang lebih sekitar 40 orang. Dalam rombongan tersebut ada orang Melayu ada juga orang Dayak.

Nama anggota rombongan yang masih saya ingat adalah Umar SHR sepupu saya, kemudian ada Gusma Kayat dan Hasan Ahmad (mereka adalah pencari buaya asal Malinau), Sulaiman Timbang, Usman Timbang, Yusuf, Bahar, Badar, Abdul Karim (Kawin di Tarakan dan kembali ke Brunei), Ranggao (orang Iban) Ilan (orang Lundayeh) dan Ahmad Zaini (yang paling tua dari rombongan), yang kemudian satu penjara dengan saya di Serawak. 

Rombongan itu kemudian menginap dirumah Sulaiman Pegawai Penerangan dan Pesanggerahan milik pemerintah di Malinau. Kedatangan mereka diketahui oleh aparat setempat termasuk Koramil Letnan Subuh dan Kapolsek yang bertugas saat itu. Rombongan tersebut membawa orang dollar dan emas untuk cadangan biaya hidup.

Beberapa anggota rombongan dibawa oleh Umar SHR ke kodim di Tanjung Selor dan ke Panglima Kodam IX Mulawarman di Balikpapan.

Dalam tahun 1963 itu juga datang ke Malinau satu pleton Brimob, kemudian diganti dengan satu kompi tentara dari Batalyon 509/Brawijaya.

Pada bulan September 1963 saya mendaftarkan diri menjadi sukarelawan yang termasuk dalam pasukan pramuka “S” bergabung dengan kawan-kawan lainnya seperti Umar SHR, Gusma Kayat, hasan Ahmad, Muhammad Yatim, Arsyad Kayat, M. Arsyad Raden, Abdul Rahman, Husin Hanafiah, Saelan, Bakar Aman, Nurdin Yakub, Jafaruddin. Itulah nama yang masih saya ingat. Pasukan Pramuka berjumlah 70 orang. Kami dilatih oleh Lettu Abdul Latief, Serma Jamal dan anggota Kompi Yon 509. Latihan selama satu bulan didesa Pulau Sapi, tidak jauh dari kota Malinau. Setahu saya selain pasukan Pramuka “S” (Singkatan dari Sesayap), ada lagi Pramuka “M” (asal Menado), Pramuka “T” (asal Tidung) dan Pramuka “DC” (asal Djawa-Kenyah).

Pada tahun 1964 pasukan pramuka S menyusup ke daerah  musuh (desa Long Pesia), masuk dari arah desa Long Tapadang Krayan. Akibat kurang pengalaman pasukan kami berkemah dilembah dan pasukan musuh menyerang kami dari arah bukit. Dalam serangan itu telah gugur sepuluh anggota pasukan yaitu: Sukri, Berahim, Nurlin, Hermansyah, Mohammad, Abdul Kadir, Umar, Husin, Aik (Melayu) dan Jumarat (asal Brunei)

Setelah peristiwa itu pasukan ditarik sebentar ke Malinau dan setelah beristirahat 3 hari diberangkatkan lagi ke perbatasan Krayan. Pasukan sebanyak 70 orang (2 pleton) dibawah komando Sersal Jamal dan Umar SHR. Pos perbatasan tersebut diserang Inggris dan dua orang kawan saya gugur yaitu Isman dan seorang lagi yang saya lupa namanya. Jenasah keduanya sudah dipindahkan ke Balikpapan.

Pasukan kami pernah menyusup ke daerah Long Pesia, setelah diserang musuh yang lebih kuat, pasukan kami terpencar-pencar, tiga orang lumpuh dan tertawan yaitu, Lahake, Hanafiah dan ishak. Saya sepuluh hari baru tembus ke Long Tepedang, sedangkan kawan-kawan saya ada yang satu bulan baru tembus. Dari Long Tepedang jalan kaki dua hari tembus ke Long Bawan (ibu kota kecamatan Krayan).

Bulan Mei 1964 dengan pesawat Hercules di Long Bawan di drop satu kompi pasukan RPKAD dengan komandan Kapten Alex Setiabudi. Komandan Bataliyon RPKAD Mayor Beny Moerdani pernah datang menggunakan helicopter selama 2 minggu di Long Bawan. Setahu saya pada masa terakhir beliau berpangkat Jendral dan pernah menjadi panglima ABRI. Pasukan Pramuka berjumlah 200 orang di gabungkan dengan kompi RPKAD yang baru datang, termasuk juga anggota polisi dan angkatan laut. Setelah penggabungan itu terbentuklah sebanyak 6 team yakni: Team ke-1) dibawah komando Peltu Mustakim, saya tergabung dengan pasukan ini, kemudian Team ke-2) Yang dipimpin oleh Serma Jajuk, setelah itu berturut-turut pasukan tergabung dalam team ke-3) Dibawah kendali Serka Sumantri, pasukan ke-4) Dibawah komando Serka Slaman, pasukan ke-5) dipimpin Serka Sukarjo, dan terakhir pasukan ke-6) dipimpin oleh Capa Nono. 

Penggabungan selama setahun, dan 6 team itu telah melakukan tugas yang sangat baik dalam hal menyerang dan mengganggu pasukan Inggris. Selama setahun itu saya merasa semakin terlatih, senjata Bren yang saya pegang yang semula terasa berat, menjadi semakin ringan dan mudah menggunakannya. Yang banyak merugikan pasukan kita adalah senjata canon Inggris.

Kemudian diadakan penggantian pasukan dan saya ikut pasukan bertugas di Malinau selama satu bulan, kemudian saya ikut pendidikan lagi di Balikpapan selama dua bulan, dijadikan Sukawan Bantuan Tempur Yon Jatayu 8 Kaltim dengan komandan Kapten Hamid. Kompi “A” dengan Komandan Serma Sombi dan Kompi ‘B” dengan Komandan Letda Yudan Ringan dari Polisi dan Kompi “C” dengan komandan Letda Lia Long dari Brimob.

Awal tahun 1966 Kompi “A” Yon Jatayu 8 dimana saya termasuk bagian dari pasukan tersebut, dikirim ke Long Bawan lewat Tarakan. Di Long Bawan dari Kompi “A’ dibentuk team Kalajengking dengan anggota 50 orang untuk diadakan penyusupan ke daerah Gunung Pagun Brunei. Komandan team Sersan Mayor Sombi, dengan anggota team antara lain Ibrahim, Habibie, Suroso, Sugeng (semuanya berasal dari TNI AD), lainnya adalah sukarelawan termasuk beberao orang asal Brunei. Setiap anggota team membawa uang 1.500 ringgit, bekal makanan untuk 2 minggu dan peluru dalam jumlah banyak.

Perjalanan panjang menyebabkan kami kehabisan makanan dan walaupun memiliki sejumlah uang, sangat kecil kemungkinan untuk berhubungan dengan penduduk dan berisko tinggi. Dalam selebaran tentara musuh yang ditebarkan lewat helicopter, mereka menyatakan bahwa beberapa batalyon telah mengepung pasukan kami, nyatanya pasukan kami memang terkepung. Walaupun pasukan sudah dipecah menjadi regu-regu yang diperkuat dengan senjata mesin ringan (Brend) dan Laouncer, tetapi ketiadaan makanan juga, yang menyebabkan kami bergerak lambat dan mudah diikuti oleh musuh yang bergerak cepat dengan helicopter. Jika dihitung-hitung waktunya, ada sebulan lamanya kami bergerak tanpa makanan. Makanan darurat yang diperoleh dari hutan sekitar dengan cara menembak satwa sangat terbatas sekali, hal itu bisa memancing kedatangan musuh yang sudah mengepung pasukan kami dengan sangat ketat.

Kawan-kawan kami satu pasukan yang gugur selama raid ada beberapa orang diantaranya Naun, Hamzah Latuba, Harun Rasyid dan Idris. Seorang kawan saya bernama Site gugur dalam perjalanan dalam keadaan lemah, ia meninggal setelah memakan roti yang didapatkan dari logistic musuh yang tercecer. Dalam masa raid sekitar lima puluh hari itu, saya yakin pasukan kami banyak menewaskan dan melukai pasukan musuh.

Pasukan kami yang telah ditangkap di daerah Long Semadu, dibawa ke Brunei, Labuan dan terakhir di kamp tawanan di serawak. Disana seorang lagi kawan saya bernama Gatum, gugur dipenjara musuh setelah melewati siksaan yang sangat berat. 

Tanggal 1967 setalah perdamaian dengan Malaysia, saya termasuk rombongan tawanan yang dikembalikan ke Indonesia lewat Jakarta.

Alhamdulillah saya masih hidup dan sehat sampai saat ini dan dipercaya oleh kawan-kawan seperjuangan untuk memimpin Markas Cabang Legiun Veteran Republik Indonesia.

Daftar Pustaka. 
Sumber: Api Membara di Kaltara, Legiun Veteran Markas Cabang Bulungan, Tarakan, Malinau dan Nunukan bekerja sama dengan Yayasan Ot Danum Balikpapan, Kaltim, th. 2007. Hal. 53-57.

1 comment:

  1. Pak Zarkasyi,saya putra asli Kaltara sangat suka membaca tulisan bapak, maaf,apakah ini semua sudah dibukukan ? Info ini sangat penting bagi kita sbg putra daerah Kaltara khususnya dan Indonesia umumnya

    ReplyDelete