(Kapal selam K-X, salah satu yang pernah di tugaskan di perairan Tarakan semasa Pasifik pecah)
Sebuah berita gembira saya baca beberapa waktu yang lalu, indonesia akan menambah lagi 3 armada kapal selam dari pabrikan "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME) yang dilakukan dalam bentuk joint production Indonesia-Korsel. Indonesia sendiri akan merancang kapal selam setelah melakukan Transper of Teknologi (TOT) dari korsel yang dimulai tahun 2020.
Changbogo class demikian nama yang diemban kapal selam paling mutahir TNI AL yang direncanakan bertugas sekitar tahun 2012 ini. Kapal selam ini memiliki berat 1.500 Ton, walau disebut Type 209 namun teknologi persenjataan yang diusungnya adalah Type 214, ini membuat kemampuan kapal selam terbaru ini tak kalah dengan kepal-kapal selam lainnya, Korea sendiri mendapat lisensi langsung Jerman yang tak lain adalah datuknya kapal selam dalam sejarah.
Saat ini Indonesia sudah memiliki dua buah kapal selam pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat sejak 8 Juli 1981 –sebelumnya di era Bung Karno kita memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey tahun 1960-an dari Rusia-, kedua kapal selam kebanggaan negara saat ini yakni KRI Cakra 401 dan Nenggala 402, kemampuan dan persenjataan keduanya sendiri telah ditingkatkan, KRI Cakra sendiri sudah bertugas setelah mengalami Repowering begitu pula KRI Nenggala yang telah melakukan Overhoul di pabrikan yang sama menelurkan Changbogo class, "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME), Korea Selatan.
Kabarnya, kapal-kapal selam mutakhir ini juga akan di operasikan disekitar perairan selat Makasar, khususnya disekitar perairan Tarakan dan Ambalat, konon penempatan ini tak lain untuk menyambut dua buah kapal selam baru negara sahabat, - KD Tun Abdul Razak dan KD Tun Abdul Rahman yang sebelumnya sudah berpangkalan di Teluk Sepanggar, Sabah, - Bila seandainya dua buah Scorpene class itu ingin melakukan kunjungan “silaturahmi” di perairan Indonesia.
Saya jadi teringat kisah pengoperasian kapal selam di perairan Tarakan sebelum indonesia merdeka, kapal selam rupanya punya sejarah tersendiri di front Tarakan, kisah mengenainya hampir terlupa oleh sejarah, tak ada salahnya kita angkat kembali kepermukaan, menjadi sebuah pelajaran bagaimana pentingnya sebuah pertahanan yang handal bagi negara ini.
Sub Marine Tipe Kolonie, Monster Bawah Laut Sekutu di Front Tarakan.
Hindia Belanda semasa “diasuh” oleh Holand, merupakan termasuk negara koloni yang lamban memodernasi alat utama sistem senjata yang dimilikinya, banyak peralatan yang digunakan merupakan produk kelas dua dari pabrikan Amerika maupun tinggalan perang dunia pertama. Namun pemerintah Kolonial Hindia-Belanda nampaknya boleh bangga karena mereka memiliki sejumlah kapal selam dimasa itu yang sempat dioprasikan semasa pecah perang pasifik.
Menurut catatan sejarah, kapal selam hindia belanda jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah K-VIII, K-IX, K-X, K-XVIII, K-XVII, K-XV, K-XIV, K- XIII dan K- XII, istilah “K” sendiri mengacu pada nama Kolonien. Kapal-kapal selam ini dulunya sebelum diberangkatkan ke Hindia Belanda sempat berpangkalan di galangan kapal Rotterdam, kemudian sejak 1934 beberapa kapal selam tersebut telah ditempatkan di Nieuwediep (Belanda).
Kapal selam ini dibuat di galangan kapal Rotterdamse Droogdok Maatschappij, Rotterdam, serta didesain oleh orang Belanda sendiri JJ van der Struyff, B.Sc.
Pada tanggal 7 pebruari 1934, kapal-kapal selam ini berangkat menuju Hindia belanda dengan mengambil rute melalui Lisbon, Cadiz, Palermo, Port Said, Suez, Aden dan Kolombo. Kemudian pada tangga 12 Apr 1934, Kapal selam tiba di Padang dan dilayarkan ke pangkalan angkatan laut di Surabaya.
Kiprah kapal selam ini mulai muncul kepermukaan setelah tanggal 19 Nov 1941, Submarine Divisi III yang terdiri dari K-XIV, K-XV dan K XVI berangkat dari Surabaya menuju Tarakan. Sejak tanggal 22 November, kapal-kapal ini sudah meronda disekitar perairan Tarakan.
Kekuatan kapal-kapal selam ini dibagi-bagi lagi, pada 8 Desember 1941 di malam hari, ada Perintah kepada Submarine Divisi III untuk membentuk garis piket Utara-Barat 'Stroomenkaap' dalam rangka untuk menutupi pintu masuk utara ke Selat Makassar. Dari posisi ini kapal-kapal selam itu juga bisa digunakan untuk pertahanan Tarakan (Kalimantan).
Mata-mata Jepang rupanya juga mengetahui, posisi pulau Tarakan hanya dipertahankan segelintir kapal selam yang selalu berpindah-pindah posisi, selain harus meronda disekitar Manado, ada juga yang di tarik Ke Balikpapan, alhasil di hari pendaratan tentara Jepang kapal selam yang meronda disekitar perairan Tarakan cuma sebiji belakangan diketahui kapal selam yang mempertahankan Tarakan adalah K-X yang bukan dari Divisi III, kapal selam ini dikomandoi oleh Letnan P. G. de Back, tiba di Tarakan pada 8 januarai 1942 setelah melakukan pelayaran dari Ambon. Tugas utama K-X saat itu adalah mengawal kapal penabur ranjau Prins Van Orange, namun kalah jumlah dan moril dari tentara penyerang, kapal selam sekutu ini gagal mempertahankan pulau Tarakan.
Walau begitu bukan berarti kiprah kapal selam kolonial diperairan Tarakan tamat, setidaknya diketahui pada tahun 1943 dan 1944, tak lama setelah pendaratan Jepang di Tarakan, kapal selam Hindia Belanda ini sempat melancarkan operasi pendaratan mata-mata dengan kode sandi “Phiton” dan “Squirel” disekitar perairan Sesayap dan Sesanip.
Demikianlah secuil sejarah kapal selam di perairan Tarakan semasa perang fasifik, semoga tulisan kecil ini dapat berguna mengingatkan kita betapa pentingnya sejarah maritim yang kita miliki. (ditambahkan dari berbagai sumber)
Sumber:
Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kx.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxvi.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxv.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxiv.htm
http://indomiliter.wordpress.com/2009/03/25/kri-cakra-siluman-bawah-laut-tni-al/
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/kapal-selam-yang-dipesan-tni-al-memakai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/05/kri-cakra-401-pasca-repowering.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/kri-nanggala-akan-jalani-overhaul-di_24.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/05/ksal-pemeriksaan-kri-nanggala-segera-selesai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2010/02/bikin-kapal-selam-pal-incar-jerman-dan-korea.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/2-kapal-selam-baru-ditargetkan-datang.html
Sebuah berita gembira saya baca beberapa waktu yang lalu, indonesia akan menambah lagi 3 armada kapal selam dari pabrikan "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME) yang dilakukan dalam bentuk joint production Indonesia-Korsel. Indonesia sendiri akan merancang kapal selam setelah melakukan Transper of Teknologi (TOT) dari korsel yang dimulai tahun 2020.
Changbogo class demikian nama yang diemban kapal selam paling mutahir TNI AL yang direncanakan bertugas sekitar tahun 2012 ini. Kapal selam ini memiliki berat 1.500 Ton, walau disebut Type 209 namun teknologi persenjataan yang diusungnya adalah Type 214, ini membuat kemampuan kapal selam terbaru ini tak kalah dengan kepal-kapal selam lainnya, Korea sendiri mendapat lisensi langsung Jerman yang tak lain adalah datuknya kapal selam dalam sejarah.
Saat ini Indonesia sudah memiliki dua buah kapal selam pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat sejak 8 Juli 1981 –sebelumnya di era Bung Karno kita memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey tahun 1960-an dari Rusia-, kedua kapal selam kebanggaan negara saat ini yakni KRI Cakra 401 dan Nenggala 402, kemampuan dan persenjataan keduanya sendiri telah ditingkatkan, KRI Cakra sendiri sudah bertugas setelah mengalami Repowering begitu pula KRI Nenggala yang telah melakukan Overhoul di pabrikan yang sama menelurkan Changbogo class, "Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd" (DSME), Korea Selatan.
Kabarnya, kapal-kapal selam mutakhir ini juga akan di operasikan disekitar perairan selat Makasar, khususnya disekitar perairan Tarakan dan Ambalat, konon penempatan ini tak lain untuk menyambut dua buah kapal selam baru negara sahabat, - KD Tun Abdul Razak dan KD Tun Abdul Rahman yang sebelumnya sudah berpangkalan di Teluk Sepanggar, Sabah, - Bila seandainya dua buah Scorpene class itu ingin melakukan kunjungan “silaturahmi” di perairan Indonesia.
Saya jadi teringat kisah pengoperasian kapal selam di perairan Tarakan sebelum indonesia merdeka, kapal selam rupanya punya sejarah tersendiri di front Tarakan, kisah mengenainya hampir terlupa oleh sejarah, tak ada salahnya kita angkat kembali kepermukaan, menjadi sebuah pelajaran bagaimana pentingnya sebuah pertahanan yang handal bagi negara ini.
Sub Marine Tipe Kolonie, Monster Bawah Laut Sekutu di Front Tarakan.
Hindia Belanda semasa “diasuh” oleh Holand, merupakan termasuk negara koloni yang lamban memodernasi alat utama sistem senjata yang dimilikinya, banyak peralatan yang digunakan merupakan produk kelas dua dari pabrikan Amerika maupun tinggalan perang dunia pertama. Namun pemerintah Kolonial Hindia-Belanda nampaknya boleh bangga karena mereka memiliki sejumlah kapal selam dimasa itu yang sempat dioprasikan semasa pecah perang pasifik.
Menurut catatan sejarah, kapal selam hindia belanda jumlahnya cukup banyak, diantaranya adalah K-VIII, K-IX, K-X, K-XVIII, K-XVII, K-XV, K-XIV, K- XIII dan K- XII, istilah “K” sendiri mengacu pada nama Kolonien. Kapal-kapal selam ini dulunya sebelum diberangkatkan ke Hindia Belanda sempat berpangkalan di galangan kapal Rotterdam, kemudian sejak 1934 beberapa kapal selam tersebut telah ditempatkan di Nieuwediep (Belanda).
Kapal selam ini dibuat di galangan kapal Rotterdamse Droogdok Maatschappij, Rotterdam, serta didesain oleh orang Belanda sendiri JJ van der Struyff, B.Sc.
Pada tanggal 7 pebruari 1934, kapal-kapal selam ini berangkat menuju Hindia belanda dengan mengambil rute melalui Lisbon, Cadiz, Palermo, Port Said, Suez, Aden dan Kolombo. Kemudian pada tangga 12 Apr 1934, Kapal selam tiba di Padang dan dilayarkan ke pangkalan angkatan laut di Surabaya.
Kiprah kapal selam ini mulai muncul kepermukaan setelah tanggal 19 Nov 1941, Submarine Divisi III yang terdiri dari K-XIV, K-XV dan K XVI berangkat dari Surabaya menuju Tarakan. Sejak tanggal 22 November, kapal-kapal ini sudah meronda disekitar perairan Tarakan.
Kekuatan kapal-kapal selam ini dibagi-bagi lagi, pada 8 Desember 1941 di malam hari, ada Perintah kepada Submarine Divisi III untuk membentuk garis piket Utara-Barat 'Stroomenkaap' dalam rangka untuk menutupi pintu masuk utara ke Selat Makassar. Dari posisi ini kapal-kapal selam itu juga bisa digunakan untuk pertahanan Tarakan (Kalimantan).
Mata-mata Jepang rupanya juga mengetahui, posisi pulau Tarakan hanya dipertahankan segelintir kapal selam yang selalu berpindah-pindah posisi, selain harus meronda disekitar Manado, ada juga yang di tarik Ke Balikpapan, alhasil di hari pendaratan tentara Jepang kapal selam yang meronda disekitar perairan Tarakan cuma sebiji belakangan diketahui kapal selam yang mempertahankan Tarakan adalah K-X yang bukan dari Divisi III, kapal selam ini dikomandoi oleh Letnan P. G. de Back, tiba di Tarakan pada 8 januarai 1942 setelah melakukan pelayaran dari Ambon. Tugas utama K-X saat itu adalah mengawal kapal penabur ranjau Prins Van Orange, namun kalah jumlah dan moril dari tentara penyerang, kapal selam sekutu ini gagal mempertahankan pulau Tarakan.
Walau begitu bukan berarti kiprah kapal selam kolonial diperairan Tarakan tamat, setidaknya diketahui pada tahun 1943 dan 1944, tak lama setelah pendaratan Jepang di Tarakan, kapal selam Hindia Belanda ini sempat melancarkan operasi pendaratan mata-mata dengan kode sandi “Phiton” dan “Squirel” disekitar perairan Sesayap dan Sesanip.
Demikianlah secuil sejarah kapal selam di perairan Tarakan semasa perang fasifik, semoga tulisan kecil ini dapat berguna mengingatkan kita betapa pentingnya sejarah maritim yang kita miliki. (ditambahkan dari berbagai sumber)
Sumber:
Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kx.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxvi.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxv.htm
http://www.dutchsubmarines.com/boats/boat_kxiv.htm
http://indomiliter.wordpress.com/2009/03/25/kri-cakra-siluman-bawah-laut-tni-al/
http://defense-studies.blogspot.com/2011/10/kapal-selam-yang-dipesan-tni-al-memakai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/05/kri-cakra-401-pasca-repowering.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/kri-nanggala-akan-jalani-overhaul-di_24.html
http://defense-studies.blogspot.com/2011/05/ksal-pemeriksaan-kri-nanggala-segera-selesai.html
http://defense-studies.blogspot.com/2010/02/bikin-kapal-selam-pal-incar-jerman-dan-korea.html
http://defense-studies.blogspot.com/2009/08/2-kapal-selam-baru-ditargetkan-datang.html
No comments:
Post a Comment